Hoam!Michael sudah menguap entah ke berapa kali, dia sudah merasa bosan di dalam minimarket selama lebih dari 2 jam lamanya.
Dia awalnya ingin pulang namun Justin tidak memberi izin, jadi dia harus tetap di sini.
Kini Michael sendiri sedang duduk di kursi samping Edward yang sedang memainkan ponselnya. Dia sudah berusaha memakan beberapa cemilan dan minum beberapa kaleng soda agar kantuknya hilang, namun tetap saja dia masih mengantuk.
Sedangkan Justin?
Laki-laki berambut panjang tersebut kini sedang mengawasi Anné yang sedang menghitung belanjaan mereka dari 2 jam yang lalu.
Bukan tanpa alasan mereka menunggu hingga 2 jam lamanya, Justin tiba-tiba memborong seisi minimarket dan harus dihitung oleh Anné saat itu juga, karena hal tersebut Anné harus menghitung sampai 2 jam lamanya.
Awal dari ide gila Justin ini adalah di saat Michael menantang Edward dan Justin untuk melakukan balapan, dan siapapun pemenangnya harus menuruti keinginan sang pemenang apapun alasannya. Karena Justin yang menang, jadi dia ingin kedua temannya tersebut membayar seisi minimarket.
Dan disinilah mereka sekarang.
"Tidak perlu di hitung lagi! Berikan saja cek dengan harga lebih mahal agar semuanya cepat selesai." Suara Michael terdengar malas.
"Kau tidak mungkin menunggunya hingga selesai kan? Barangnya masih terlalu banyak." Sahut Edward kemudian. "Dan sepertinya dia sudah sangat lelah." Sambungnya sesaat setelah melirik Anné yang tampak pegal karena berdiri.
Justin melirik kedua sahabatnya dengan datar. "Kalian bisa pulang lebih dulu." Kemudian beralih menatap Anné yang masih sibuk menghitung. "Dan aku akan menunggu belanjaan ku terlebih dahulu." Justin tersenyum miring.
"Nah! Itu yang ku maksud!" Michael langsung berdiri.
"Ayo, pulang! Aku sudah sangat ngantuk!" Ajak Michael pada Edward.
Edward mengangguk, kemudian berjalan mendekat ke arah kasir.
Dia mengambil dua botol kaleng soda.
"Apa ini sudah di hitung?" Tanya Edward pada Anné.
"S-sudah." Jawab Anné dengan sedikit canggung.
"Aku akan mengambil dua kalau begitu." Setelah mengambilnya, Edward berjalan keluar dari tempat tersebut menyisakan Justin dan Anné saja.
"Kenapa lambat sekali?" Suara Justin terdengar.
Anné melirik Justin sekilas. "Jika anda memberikan saya izin untuk menelpon atasan saya, mungkin semuanya akan cepat selesai sesuai keinginan anda." Jawab Anné pelan.
Justin tersenyum, dia tau kalau Anné kini sedang kesal namun tidak berani menunjukkan ekspresi kekesalannya, mungkin karena takut.
Justin kemudian berjalan mendekat dan meraih tangan kanan Anné.
"A-ada apa?" Tanya Anné takut.
Apa kata katanya menyinggung laki-laki di depannya ini? Pikir Anné.
Tuhan! Dia belum siap meregang nyawa hanya karena membuat hati seorang tersinggung.
"Tangan mu sudah sangat lelah." Ujar Justin sambil memeriksa tangan Anné.
"Tidak perlu di hitung lagi." Perintah Justin sambil menarik tangan Anné. "Ikut denganku."
"Tidak bisa!" Anné menarik tangannya kembali setelah sampai di depan pintu minimarket.