Anné menghela napas gusar.Sore ini dia sedang mengerjakan tugas dan harus dikumpulkan besok, tapi justru dia sama sekali tidak bisa mengerjakannya.
Matematika.
Mata pelajaran yang sama sekali tidak bisa Anné kerjakan walau hanya sebuah perhitungan tambahan sekalipun.
Iya, sebodoh itu dia.
Namun, mampu membuat seorang Justin jatuh cinta.
"Huhuuu... Sepertinya besok aku harus mempersiapkan diri untuk di hukum lagi.." Keluh nya yang tampak putus asa.
Kini dia menelungkupkan wajahnya di meja depan TV.
"Honey."
Anné mendengus sebal mendengar panggilan tersebut, siapa lagi kalau bukan Justin.
"Apalagi?" Tanya Anné dengan malas.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Justin mendudukkan bokongnya di samping Anné.
"Sedang mengerjakan tugas sekolah." Jawab Anné seadanya.
Justin melirik buku di depannya. "Kau bisa mengerjakannya?"
"Kau meremehkan ku? Aku selalu juara kelas jika kau ingin tau." Ucap Anné percaya diri.
Justin tersenyum miring. "Kalau begitu, kenapa tidak dikerjakan sekarang?"
"Tanpa kau suruh pun, aku akan mengerjakannya." Seru Anné dengan ketus.
Anné mulai membaca soal di bukunya dan ber-acting seolah-olah sedang berpikir, namun sekeras apapun dia berpikir, dia tidak akan bisa.
"Aku tau kalau gadis kecilku tidak akan bisa mengerjakan tugas semudah ini." Justin tersenyum.
"Fine! Aku tidak bisa dan aku bodoh! Lalu kau ingin apa? Mengataiku bodoh?" Anné akhirnya mengaku.
Dia tidak peduli lagi apakah Justin akan menertawainya.
"Jika kau ingin tau, aku menyukai gadis bodoh." Ucap Justin.
"Apa kau gila?!" Anné tergelak sendiri mendengar ucapan Justin.
"Iya, dan orang gila ini hanya cocok dengan gadis bodoh sepertimu." Justin tiba-tiba mencium pipi Anné sekilas.
"Brengsek!" Maki Anné namun Justin mengabaikan umpatan Anné dan mengambil alih buku di depannya.
"Sini, biar aku yang mengerjakannya untukmu." Ucap Justin.
"Memangnya kau bisa?"
"Itulah untungnya memiliki kekasih sepertiku, babe." Justin fokus menjawab pertanyaan demi pertanyaan di buku tersebut.
"Kau yakin semua jawabannya benar? Kau tidak menipuku kan?" Anné memperhatikan gerak gerik Justin.
Justin melirik Anné sejenak. "Bahkan aku lebih pintar dari gurumu."
Justin kembali mengerjakan tugas sekolah Anné.
Anné hanya memperhatikan Justin, kemudian sebuah ide muncul di kepalanya.
"Tunggu sebentar!" Anné berdiri dari duduknya dan berlari pergi.
Setelah beberapa menit, Anné tiba-tiba datang dengan membawa setumpuk buku dan meletakkannya di atas meja depan Justin.
"Honey, apa semua ini?"
"Bukankah kau mengaku pintar? Ini semua adalah tugasku, jika kau bisa mengerjakan semuanya maka aku akui kau benar-benar pintar." Anné mendudukkan dirinya di samping Justin.