#38 - Welcome back

915 34 11
                                    

Stacey's POV

Rasanya seluruh tubuhku lemas luar biasa hingga untuk membuka mata saja aku nyaris tidak kuat. Aku melirik jam dinding dan waktu baru menunjukan pukul lima pagi. Astaga, biasanya aku sudah terbangun dan mulai beraktivitas di jam-jam segini. Tapi sekarang, untuk membuka mata saja rasanya aku tidak sanggup. Bukannya apa, pasalnya sejak aku melakukannya dengan Billy di sofa sejak subuh tadi, Billy benar-benar tidak lagi menahan dirinya seperti biasa, dan setiap kali kami mencoba memejamkan mata untuk tidur di kasur, seakan ada magnet yang terus menarik kami antara satu sama lain. Ujung-ujungnya kami terus melakukannya lagi dan lagi. Dengan berbagai macam posisi yang tidak kusangka akan memberikan banyak sensasi rasa yang berbeda. Kurasa kami sudah melakukannya sekitar.. lima kali?

Aku menelan ludah saat kurasakan kedua lengannya yang memelukku bergerak perlahan menuju kearah pinggangku, "Bil.." Panggilku padanya dan meremas jemarinya, "Udah mau tidur?"

Billy menggeleng pelan dan menyapukan bibirnya di rambutku, "Nggak bisa tidur. Gimana dong?" Jawabnya dengan nada manja yang membuatku seketika ingin meleleh. Saat aku mengangkat wajahku untuk menatapnya, dia tersenyum begitu menggemaskan menunjukan kedua lesung pipinya, "Cape ya?"

Aku mengangguk salah tingkah dan menghindari tatapan matanya yang seakan bisa menembusku.

Billy tertawa kecil dan menenggelamkan wajahnya dipuncak kepalaku, "Stop being so cute, Gwen.. You know how much I love you,"

"I love you too, Bil.," Aku ikut menenggelamkan diriku didalam pelukannya.

Aku bisa merasakan tarikan nafasnya kembali berat hanya dalam kurun waktu satu detik, "I wanna do it again," Bisiknya serak pada tengkukku penuh gairah, "Is it okay?" Aku tidak tau Billy betul-betul bertanya atau hanya basa basi semata, berhubung tangannya sudah menjalari bokongku dan meremasnya kemudian, membuatku seketika mengerang sebagai balasannya.

Saat Billy meraih wajahku, dia langsung kembali menemukan bibirnya pada bibirku dan menghisapnya. Bibirnya sebengkak bibirku karna semalaman ini kami tidak berhenti menghisap satu sama lain. Aku meremas rambutnya dan merasakan juniornya yang kembali mengeras dibawah sana, berhubung posisi kami yang begitu rapat tanpa jarak.

Tapi tiba-tiba saja, suara bel dirumah berbunyi, membuatku dan Billy langsung terperanjat bersamaan.

***
Billy's POV

Aku mengeraskan rahangku secara otomatis menyadari siapa yang selalu datang kerumahku di pagi buta seperti orang tolol.

"Gue turun sebentar. Lo tunggu dikamar ya." Kataku sembari membangunkan tubuhku dan segera mengambil celana dari gantungan.

"Bil," Stacey menahan lenganku, "Udah biarin aja. Nanti juga dia pulang sendiri."

Aku menggeleng, "Gue turun dulu ya," Ujarku mengabaikannya dan melepaskan tanganku yang digamitnya.

"Bil, listen to me.. jangan ribut ya?" Panggilnya lagi sebelum aku keluar dari kamar.

Aku menghela nafas lalu mengangguk samar.

Sekeluarnya dari kamar, aku merasakan emosi yang tiba-tiba saja menjalari hatiku. Max. Kali ini, mau apalagi dia? Kenapa dia harus datang disaat aku dan Stacey baru saja menemukan kebahagiaan kami? Aku tau selama ini dia terus-terusan mendatangi rumahku untuk menemui Stacey, tapi Stacey selalu melarangku untuk menggubrisnya, dan aku selalu menurutinya. Tapi kali ini aku merasa perlu menegaskan pada Max bahwa waktunya sudah habis dan dia harus segera menerima kenyataan. Apalagi setelah keributan yang dia ciptakan barusan saat kami kembali bertemu. Apa sih maunya?

Rewrite the StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang