Pada pertengahan Juni, para siswa dan siswi SMP akhir semester genap sedang mengikuti acara sekolah kenaikan kelas. Banyak siswa dan siswi juga mengikuti acara pentas seni di akhir semester itu.
"Nina km sudah siap?" Pria tampan itu sedang bertanya kepada anak gadisnya yang tak ingin masuk kelas.
"Papa, kalau aku gak juara gimana? Raut wajah gadis bernama Nina itu ragu dan takut.
"Dengerin Papa, juara ataupun tidak itu urusan belakangan Nina. Papa gak mau km memaksakan diri dengan juara. Yang pasti anak papa sekarang naik kelas." Pria itu tersenyum simpul dan mengusap kepala gadis itu lembut.
"Sekarang senyum dong," Nina tersenyum sekarang dan memasuki ruangan kelasnya. Orang tua murid ada yang mengantarkan mereka ke sekolah untuk mengambil raport nya.
"Saka?" Wanita cantik yang menghampiri pria yang duduk di bangku taman sekolah.
"Hara?Anak Lo disini ?" Wanita yang bernama Hara kini duduk di sebelah Saka.
"Iya, hehe. Haris sekolah disini dia, anak km juga ?"
"Benar, Nina juga disini sekolah. Anak kita satu angkatan." Jawab Saka yang berjalan menuju bangku taman sekolah, memperhatikan sekitar rumah
"Udah mulai belum?"
"Kayaknya belum deh ya, karena mereka masih main di lapangan." Saka menunjuk dengan dagunya, Nina sedang di jahili dengan anak laki-laki.
"Itu anak siapa sih, ganggu anak gue aja!" Omel Saka yang kesal melihat ank itu mengambil buku milik anak perempuannya.
Hara tertegun mendengar Omelan dari Saka, yang terus memperhatikan anak laki-laki itu.
"buset anak gue bisa gitu ternyata," bathin Hara yang terus menatap tajam Haris. Ketika Haris sadar kalau ia di ciduk oleh dua orang sekaligus, ia menghentikan aksinya. Dan mengikuti dua gadis itu masuk ke kelasnya.
"Oooo... Jadi anak itu satu kelas dengan Nina." Gumam Saka yang mengangguk sambil tersenyum simpul. Hara memperhatikan Saka yang mungkin akan terjadi sesuatu antara anak laki-lakinya itu. Perasaan seorang Ayah untuk anak perempuannya itu sangatlah besar, apalagi yang terjadi pada anaknya tadi.
"Ra, Lo kerja dimana?" Tanya Saka yang memulai pembicaraan, Hara yang tadinya berpikiran positif saja dengan kejadian tadi, ia akan menegur Haris.
"Aku kerja di toko bunga, di jalan asmaraloka itu." Saka mengangguk mengingat toko bunga satu-satunya di jalan itu.
"Ooh iya, tau. Tapi bukannya suami kamu kerja kontraktor?" Tanya Saka pada Hara.
"Iya, tapi dia sakit. Kemarin baru keluar rumah sakit. Dan aku harus lembur juga untuk membiayai biaya pengobatan dia. Dan karena sekarang lagi musim kelulusan, jadi aku lumayan buat buket bunga." Jelas Hara pada Saka.
"Lalu anak kamu gimana?"
"Anak aku sama neneknya kadang juga sama bibiknya, karena dia sudah besar jadi anak aku bisa mandiri."
"Sudah lama banget, kita gak ketemu." Saka terkekeh, mengingat dulu semasa kuliah mereka sudah dekat dan mempunyai jodoh masing-masing.
"Oh ya, maaf sebelumnya. Soal Kinan ? Aku waktu gak bisa datang di pemakaman dia." Saka mengangguk sambil tersenyum.
"Kinan sudah bahagia disana Ra, aku bertahan sampai sekarang untuk Nina kecilku. Lalu km punya cuma satu aja?"
"Iya ... Satu cowok." Jawab Hara
"Anak kita udah SMP, dah tua dong ya." Canda Saka lagi, mereka tertawa bersama setelah sekian lama tak jumpa.
"Tapi yang mana anaknya?" Tanya Saka penasaran dengan anak Hara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merried With Single Mom (SEOKJIN)
Fanfictionbagaimana kalau anakmu dan anaknya saling crush ??lalu km juga crushin bapaknya crush anakmu? "Pisahin anak kita atau kita yang pisah?" cuma Saka dan Hara yg tau Rasanya