Sex in the Car (21+)

209K 885 6
                                    

Pergumulan malam itu tidak bisa Maya lupakan. Ralat. Jangankan melupakan, sentuhan demi sentuhan yang Saka berikan masih terpatri jelas di benak Maya. Dia masih ingat bagaimana nikmatnya permainan Saka di atas tubuhnya kala itu.

Sialan! Membayangkannya saja berhasil membuat Maya panas dingin dan gagal fokus.

"Kamu kenapa? Sakit perut?"

Pertanyaan Saka berhasil menyentak Maya. Wanita itu buru-buru memutar kepalanya ke kanan hingga matanya bertemu dengan mata Saka. Maya bahkan hampir lupa kalau mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah seorang klien, dengan Saka di bagian kursi kemudi.

"A-ah, itu ...."

Mata Maya turun menuju tangan Saka yang sedang berada di atas setir mobil. Urat-uratnya menonjol jelas, membuat Maya semakin gelisah.

Apa kamu turn on cuma karena urat tangan? Kamu gila, May!

Maya terus merutuki diri. Dia merasa benar-benar gila sekarang.

"Ti-tidak apa-apa," jawab Maya sambil membuang muka menuju jendela mobil di sisi kiri.

Dia tidak mau dicap binal hanya karena gagal menahan nafsu. Lagi pula, satu jam lagi mereka ada janji dengan klien. Tidak seharusnya Maya memikirkan hal yang tidak-tidak di saat genting seperti  ini.

Maya masih mencoba menahan diri saat merasakan sebuah tangan besar mengusap tengkuknya yang terekspos akibat rambutnya yang sengaja dia ikat tinggi-tinggi. Masih sambil mengusap tengkuk Maya, sebuah ibu jari beringsut naik menuju bibir Maya, lalu menekannya pelan.

Mata Maya memejam saat ibu jari itu perlahan menerobos masuk menuju celah mulut yang terbuka. Maya mengisap ibu jari itu sensual sambil mengusap tangan kokohnya lembut.

"Mmm ...."

Satu desahan Maya lolos, membuat sang pemilik tangan bergerak semakin liar dengan menurunkan jemarinya menuju pusat tubuh Maya yang tertutup rok sepaha. Saka menyusupkan tangannya ke pangkal paha Maya lalu mengusap lembut bibir liang kewanitaan Maya yang masih terbalut underware.

"Ah ...."

Desahan Maya semakin menggema saat jari panjang Saka menerobos masuk melalui celah underwarenya. Pria itu memainkan klitoris Maya gemas, sesekali mencubitnya kecil.

"Ahh ... S-Sak ...."

Bersamaan dengan cairan cinta Maya hampir meledak, permainan Saka di bawah sana ikut terhenti. Maya refleks membuka kembali matanya lalu menatap Saka bingung dengan napas memburu.

"Kita sudah sampai," ujar Saka, membuat Maya langsung tersadar detik itu juga. Membuatnya refleks mengeluarkan tangan Saka yang masih berada di dalam underware-nya, lalu mengempasnya pelan.

"K-Kamu ...."

Wajah Maya memerah. Dia malu setengah mati. Bagaimana bisa dia terlena dan bertindak bodoh seperti ini di depan Saka? Sialan! Apa bedanya dia dengan jalang sekarang?

Saka tertawa kecil melihat reaksi Maya. "Kamu lucu kalau lagi turn on kayak tadi."

"Saka!"

Saka semakin tergelak. Pria itu buru-buru melepas sabuk pengamannya lalu mengecup bibir Maya kilat.

"Setelah ketemu klien, nanti kita lanjut lagi."

***

Saka tidak berbohong. Setelah bertemu klien, pria itu dengan cepat membawa mobil Maya menuju sebuah taman yang terletak di pinggiran kota. Suasana terasa cukup sepi meski jam masih menunjukkan pukul tujuh malam.

Maya penasaran, bagaimana Saka tahu tentang tempat ini? Apakan dia sudah merencanakan semuanya? Apakan membawanya ke sini memang jadi tujuannya sejak awal?

Namun, rasa penasaran Maya terpaksa harus dia kubur dalam-dalam saat Saka dengan cepat menyambar bibirnya lalu melumatnya kasar dan menuntut. Maya yang sejak bertemu klien sudah tidak fokus dan ingin buru-buru menuntaskan hasratnya dengan Saka pun langsung menyambut lumatan bibir tersebut tak kalah bernafsu.

"Kamu pernah having sex di mobil sama suamimu?" tanya Saka di sela-sela ciumannya.

Maya menggeleng sambil menarik tengkuk Saka agar kembali melumat bibirnya, seolah tak ingin melepaskan pagutan mereka barang sedetik pun. Saka menyeringai kecil sebelum mengurai kembali pagutan bibir mereka.

"Bagus. Kalau begitu, saya yang pertama."

Saka menurunkan kursi penumpang yang Maya duduki lalu bergerak cepat mengungkung tubuh kecil wanita itu. Meski ruang gerak mereka terbatas, hal tersebut justru membuat Maya semakin bernafsu.

Sex in the car ... Maya tidak pernah membayangkan hal ini terjadi padanya. Jantungnya bergemuruh hanya dengan membayangkannya.

Saka kembali menyambar bibir Maya, menyesapnya penuh nafsu, membelit lidah masing-masing dengan kasar. Dibantu Maya, pria itu segera menurunkan celana kain dan boxer-nya hingga kejantanannya yang mengacung sempurna itu berdiri tegak menusuk perut Maya yang masih tertutup kemeja.

"Ahh ... punyamu ... nusuk ...."

"Celana saya udah sesak gara-gara kamu. Kamu nggak tahu gimana tersiksanya saya di rumah klien tadi?"

Maya tergelak kecil di sela-sela desahannya. "Kamu sendiri yang godain saya."

"Kamu yang mancing saya."

Maya menggigit bibir saat Saka mengangkat roknya tinggi-tinggi hingga menampilkan underware-nya yang sudah basah gara-gara permainan tangannya siang tadi. Pria itu meraih celah underware Maya lalu menyingkapnya ke kanan. Tanpa benar-benar melepasnya, Saka mulai menggesekkan kejantanannya di sepanjang bibir vagina Maya.

"Ahh!"

Maya nyaris menjerit saat Saka memasukkan inci per inci batangnya ke dalam liang senggama Maya. Kejantanan Saka menyodok miliknya dengan dalam dan kuat hingga sukses membenamkan seluruh batang besar tersebut.

Perlahan, Saka mulai menarik kejantanannya lalu menyodoknya lagi. Pelan, pelan, lama-lama menjadi cepat. Tak mau kalah, Maya pun ikut menggerakkan pinggulnya seirama, membuatnya semakin kelonjotan saat ujung penis Saka menyentuh titik terdalam pusat kenikmatannya.

"Sak ... ahh ... enak ... men ... tok ...."

Tangan Maya bergerak meraih apa pun yang bisa dia pegang saat hunjaman Saka terasa semakin memanas. Masa bodoh jika mobilnya terlihat bergoyang kuat dari luar sana. Maya tidak peduli jika dia digrebek warga sekarang. Yang dia mau sekarang hanya satu.

"S-saya ... mau ... keㅡargh!"

Maya menjerit kencang saat pelepasannya datang. Perut atasnya bergelinjang memuntahkan cairan cinta yang merembes membasahi pangkal paha dan kursi mobilnya. Sangat deras hingga Maya terus menjerit kesetanan.

Sialan! Ini jauh lebih nikmat dari semalam.

"Kamu squirt di saat saya belum keluar," ujar Saka sambil menggesek kembali kejantanannya di bibir vagina Maya yang masih memuntahkan cairan. "Kamu harus dihukum. Kali ini, kita harus keluar bersama."

Maya masih lemas. Pusat tubuhnya masih berkedut hebat. Namun, sialnya, dia tidak bisa menolak Saka.

Ah, tidak. Lebih tepatnya, dia tidak mau menolak Saka. Dia ... ingin lebih dari ini.

***

(Short Series) Brondong Simpanan Bu BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang