🦩🦩🦩
02
Fayyana Shazana Aurora🦩🦩🦩
Fayyana Shazana Aurora. Jika mendengar nama itu, semua orang tau seorang Fayyana merupakan idaman semua laki-laki di EHS, dan menjadi sumber ke irian para perempuan. Bukan cuma satu kali Fay dilabrak pasukan kakak kelas, karena pacar mereka menyukainya.
"Dirga! Filenya lo simpen dimananya? Lo aja deh yang kirim!" Suara teriakan dari seorang gadis yang baru saja datang itu membuat Al menoleh ke belakang.
"Bukannya udah gue masukin folder?" sahut Dirga yang buru-buru datang dan mengambil alih laptop yang dibawa gadis itu lalu membukanya.
"Gak ada.. Lo tuh kebiasaan. Gue pusing ngecekin satu-satu."
"Iyaa Fay maaf. Gue aja yang nyari. Lo duduk manis aja sana."
Perempuan yang di panggil Fay itu menghela napasnya dalam. Tak ingin terbawa emosi pagi-pagi. Dan tatapannya bertubrukan pada laki-laki yang duduk di depan mejanya. Ia berjalan mendekat dan tanpa kata duduk di kursinya sendiri yang berhadapan dengan laki-laki itu.
Tanpa kata, seolah Fay tak melihat ada orang di depannya. Rambut panjangnya ia gulung lalu menjepitnya dengan jedai menyisakan anak rambut di sisi wajah. Fay kembali sibuk sendiri dengan handphonenya.
"Dari mana?" tanya Al yang merasa diabaikan.
"Kelas." Fay mendongak sekilas, kemudian mendongak lagi saat menyadari sesuatu. Ia meneliti penampilan laki-laki di depannya dengan lamat. Kemeja putih dengan rompi warna navy dan jas almamater berwarna sama tampak licin sehabis disetrika. Bukan itu masalahnya. "Dasi lo mana?"
Al merogoh saku celana sebelah kiri, dan mengeluarkan apa yang Fay maksud. Melihat itu, Fay menghela napas dalam lagi.
Gadis itu bangkit dari duduknya, dan mengitari meja, mengambil dasi dari tangan laki-laki itu. "Berdiri," ucapnya.
Al pun berdiri di hadapan Fay. Gadis itu mendongak kemudian berdecak pelan menyadari tinggi mereka berjarak jauh. Ia lupa kalau di depannya ini adalah tiang listrik.
"Duduk."
Al menurut dan duduk lagi, menahan senyumnya. "Lo gak nyampe ya?"
Fay memberengut. "Diem." Ia tak sependek itu. Hanya saja lehernya akan pegal jika terus-terusan mendongak.
Gadis itu menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Al. Mengalungkan dasi di leher Al, membuat posisinya setengah memeluk laki-laki itu. Semua siswi yang ada diruangan itu menatap Fay iri karena mereka berdua terlihat dekat.
Fay sendiri lelah dengan kebiasaan Al yang jarang memakai dasi. "Tau foto lo nanti dipajang di mana aja?" tanyanya.
Al diam.
"Di poster tahun ajaran baru, brosur, majalah tahunan, mading, beranda sosmed, dan website portal sekolah. Awas kalo lo gak serius," ucap Fay panjang.
Al memandangi Fay yang sedang serius mengikat dasinya dengan mulut yang bergerak lucu. "Lo ngeremehin gue?" salah satu sudut bibirnya terangkat.
Tangan Fay berhenti bergerak. "Lo yang ngomong gitu," jawabnya lalu kembali lagi merapikan dasi yang selesai di bentuk dan kerah kemeja Al. "Selesai."
Dua tahun ini, Al terpilih menjadi perwakilan murid berprestasi dan menjadi wajah sekolah. Sebenarnya ia bukanlah murid paling pintar. Murid paling pintar di sekolah ini menolak. Jadilah Al yang maju, tentu saja dengan banyak faktor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only We Know
Teen FictionAda dua hal di dunia ini yang menjadi mimpi, dan tetap akan menjadi mimpi untuk Fay. Keduanya adalah balet dan Alex. Mustahil lagi ia menari balet semenjak kecelakaan yang menimpanya 6 tahun yang lalu. Menjadi ballerina adalah impiannya sejak kecil...