Bab 5 - Tanda-Tanda Yang Terlambat Disadari

332 16 0
                                        

Sudah beberapa hari ini tubuhku terasa makin berat. Nafasku cepat lelah, dan jantungku kadang berdetak lebih cepat dari biasanya. Tapi aku terus pura-pura baik-baik saja. Kakak Taehyung terlalu perhatian akhir-akhir ini, dan aku nggak mau bikin dia makin khawatir. Jadi aku memilih diam, seperti biasanya.

Sebenarnya... aku kehabisan obat.

Obat yang biasanya aku minum tiap malam-yang bisa menenangkan nyeri di dadaku dan bantu tubuhku tetap stabil-udah habis sejak tiga hari lalu. Tapi aku nggak bilang siapa pun. Apalagi ke Kakak Taehyung. Aku takut kalau dia tahu, dia bakal mulai tanya-tanya banyak hal yang nggak bisa aku jawab.

Sementara itu, dua kakakku yang lain-Yoongi dan Namjoon-mulai merasa ada yang nggak beres.

"Gue ngerasa Jungkook makin lemah, Yoong. Lo perhatiin nggak?" tulis Namjoon dalam chat grup kami.

"Iya... gue juga mikir gitu. Tapi kemarin gue kejar deadline, belum sempat ngomong sama dia," balas Yoongi.

"Kita harus cari tahu. Ini udah nggak wajar," tulis Namjoon lagi.

Mereka mulai sadar, tapi pekerjaan bikin mereka harus menunda rasa curiga itu.

---

Malam itu, tubuhku benar-benar tumbang. Aku nggak bisa bangun dari tempat tidur. Badanku panas, tapi tubuhku menggigil. Nafasku sesak, dan pandanganku mulai kabur. Kakak Taehyung panik dan langsung membawaku ke rumah sakit.

"Kita ke UGD sekarang," katanya tegas sambil bantu ganti bajuku yang basah karena keringat dingin.

Di tengah perjalanan, kesadaranku hilang.

Waktu aku bangun, aku sudah terbaring di ruang perawatan dengan infus di tanganku. Kakak Taehyung duduk di sebelahku, wajahnya pucat dan matanya merah. Sepertinya dia habis menangis.

Tak lama, pintu terbuka. Seorang dokter masuk. Aku mengenalnya-dokter yang biasa memeriksaku diam-diam.

"Bagaimana kondisi adik saya, Dok?" tanya Taehyung.

Dokter tersenyum tipis. "Dia hanya kelelahan," jawabnya ringan.

Taehyung menatapnya tajam. "Kelelahan seperti ini? Dengan demam, sesak, dan pingsan?"

Dokter terdiam sejenak. "Kami sedang memantau dulu," katanya, berusaha tetap tenang.

Tapi Taehyung nggak gampang dibohongi. "Dok, saya tahu Anda bukan dokter biasa. Saya tahu Anda bukan pertama kali menangani Jungkook. Saya tahu dia menyembunyikan sesuatu... dan Anda ikut menutupinya."

Dokter mengalihkan pandangan. "Saya hanya menjalankan permintaan pasien saya."

Taehyung mengepalkan tangannya. "Saya keluarganya. Saya berhak tahu."

Dokter tetap diam. Lalu menunduk pelan. "Saya... mohon maaf, tapi saya tetap harus menjaga kepercayaan pasien."

---

Setelah diperbolehkan pulang, kami kembali ke rumah. Sepanjang jalan, Kakak Taehyung nggak berkata apa pun. Tapi aku bisa ngerasain kalau pikirannya penuh. Tangannya menggenggam setir erat sekali.

Aku menatap ke luar jendela mobil, mencoba menyembunyikan wajahku yang lemah.

Sesampainya di rumah, suasana sunyi. Kakak Taehyung hanya bilang aku harus istirahat. Tapi malamnya, dia masuk ke kamarku sambil membawa semangkuk sup hangat.

"Aku tahu kamu sembunyikan sesuatu," ucapnya pelan.

Aku menggeleng. "Nggak ada apa-apa, Kak."

"Kamu pikir aku nggak tahu kamu makin lemah? Kamu pikir aku nggak lihat kamu sembunyikan rasa sakit itu?"

Aku menunduk. Nafasku pendek. Mataku mulai berkaca-kaca.

"Aku cuma nggak mau jadi beban, Kak..."

Dia menghela napas dan menyandarkan dahinya ke dahiku.

"Kamu bukan beban. Kamu adikku. Satu-satunya alasan aku tetap kuat."

Aku menangis. Bukan karena sakit, tapi karena merasa dicintai. Tapi aku tahu... badai belum selesai.

---

Sementara itu, Yoongi dan Namjoon makin serius menyelidiki. Mereka bertukar pesan:

"Gue cari tahu catatan medis Jungkook. Lo bisa bantu cek info sekolahnya?" - Yoongi

"Siap. Gue juga curiga. Dia kayak nyembunyiin sesuatu yang gede." - Namjoon

Mereka belum tahu apa yang akan mereka temukan. Tapi mereka yakin... aku dalam bahaya.

---

Keesokan harinya, Taehyung mengajakku kembali ke rumah sakit. "Kamu harus dicek lagi. Kakak nggak bisa tenang kalau belum tahu pasti."

Di ruang tunggu, aku hanya bisa duduk lemas. Ketika masuk ke ruang dokter, aku langsung tahu-dokter itu yang biasa merawatku.

"Bagaimana kondisi Jungkook?" tanya Taehyung tajam.

Dokter ragu sejenak. Aku buru-buru menyela. "Kak... jangan tanya dia."

Taehyung menatapku. "Kenapa? Kamu takut aku tahu sesuatu?"

Aku menunduk. Diam.

Dokter menghela napas. "Kami akan beri resep obat baru. Dan mohon... jaga pola istirahatnya."

Keluar dari ruangan, Taehyung masih menatap lurus ke depan. Tapi aku tahu... hatinya mulai menyusun puzzle yang selama ini kubongkar diam-diam.

Dan aku... mulai takut semuanya akan terbongkar.

---

TBC
Revisi: Sabtu, 12 April 2025
Waktu: 01.28

TAEKOOK || BERSAMBUNG ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang