Gadis malang

14 0 0
                                    

Mobil yang melaju di tengah hiruk pikuk keramaian kota itu terus mencuri perhatian pengendara lainnya, dengan kecepatan diatas rata-rata dan tidak peduli dengan protes orang-orang yang mereka lewati.

"Ibu ayah kita mau kemana?" Kata Daisy saat melihat orang tuanya terburu-buru.

"Daisy sayang, kita sekarang mau ke rumah sakit jenguk nenek. Katanya nenek sedang mencari kita sayang" kata ibu Daisy sambil menguatkan diri akan kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

"Tapi kok ayah ngebut sih" kata Daisy kepada ayahnya yang sedang menyetir.

"maaf sayang, ayah mau Daisy duduk yang tenang, pegang sabuk pengamannya kuat-kuat yah, Daisy kan anak pintar". Kata ayahnya dengan lembut sambil terus berkonsentrasi menyetir mobil.

"Tapi ayah Daisy nggk mau, Daisy mau pulang, Daisy mau main sama dolphin. Huaaaaaa hiks hiks " pupus sudah harapan karena Daisy mulai menangis dengan kencang bahkan membuat kedua orang tuanya panik. Maklum saja Daisy sangat polos tidak mengerti kabar buruk dari rumah sakit. Bocah jelita itu masih berusia lima tahun, dan yang ia tahu hanyalah bermain.

"Pokoknya Daisy mau pulang, ayahhhh ibuuu Daisy mau main sama dolphinn" dengan nekat bocah kecil itu untuk membuka sabuk pengaman dan mencoba meraih tangan ibu dan ayahnya"Jangan Daisy, bahayaaaa" teriak ibu dan ayahnya melihat tindakan anak gadisnya.

"Braaak" suara dentuman yang sangat keras. Mobil sedan itu terguling beberapa kali kemudian menabrak pembatas jalan dan tak lama kemudian mobil itu mengeluarkan asap tebal. Suara rem mobil, suara sirene, serta suara klakson mobil lain menjadi saksi atas kejadian yang merenggut kebahagiaan kecil seorang anak. Pada dasarnya mobil sedan itu tertabrak mobil trek yang hendak lewat dari arah samping namun ayah Daisy tidak dapat menghindari lagi. Daisy yang berada di dalam mobil hanya dapat melihat keadaan kedua orang tuanya yang penuh darah.

"Ayah ibu bangun. Daisy takut, kaki Daisy sakit". Gadis kecil yang malang sebelum iya menutup matanya ia sempat melihat wajah ibunya yang tersenyum padanya sambil berkata

"tenang sayang, ibu disini, ibu dan ayah sayang Daisy". Kata ibunya lirih sampai kemudian matanya terpejam. Semua terjadi begitu cepat dan berlalu begitu cepat, begitulah takdir membawa kita.

Dalam sehari dia telah kehilangan nenek, ayah bahkan ibunya. Di dunia yang indah sekaligus kejam ini hanya tinggal Daisy, pada siapa lagi gadis kecil itu bersandar. Iya tidak memiliki sanak saudara Lalu siapa yang akan merawatnya. Warisan peninggalan orang tuanya hanya cukup sampai dia SMA. Kemana dia akan pergi, tempat satu-satunya yang dapat dia tuju adalah panti asuhan. Ya benar ia di titipkan pada panti asuhan sampai ia dewasa nanti atau sampai ada keluarga yang mau mengadopsi nya.

"Ayah, ibu, nenek sekarang Daisy sendiri di rumah ini, tapi Daisy tidak takut karena disini banyak orang" katanya sambil menatap foto keluarga miliknya. Dalam kegelapan malam di temani sedikit cahaya yang mengintip dari balik gorden, ia merindukan kehangatan keluarga nya.

"Ibu Daisy hari ini berani tidur sendiri. Ayah Daisy janji tidak akan menangkap ikan ayah lagi, tapi tolong ayah ibu-- datang ke mimpi Daisy karena Daisy rindu. Daisy Sangat-sangat merindukan kalian. Ibu ayah kalian sudah pergi Setelah ini siapa yang akan membangunkan Daisy, siapa yang memarahi Daisy kalau nakal, siapa yang akan memasakkan makanan untuk Daisy, siapa yang menyanyikan lagu tidur, siapa yang membacakan dongeng, siapa memberikan hadiah, siapa yang mengajak Daisy bermain, siapa ayah... Siapa ibu... Siapa yang menjaga Daisy kalau sakit.." menangis gadis kecil itu hanya bisa menangis. Di malam yang sunyi ditemani suara burung dan jangkrik ia meluapkan segala kerisauannya dengan menangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pulau BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang