Prolog/ Perkenalan Penuh...

30.7K 49 0
                                    

Tiga pedagang sedang mempersiapkan dagangan yang akan mereka jual hari ini, tapi satu pedagang dua pedagang langsung tidur lagi setelah menyiapkan dagangan yang akan mereka jual. Praktis hanya satu pedagang yang siap untuk berjualan itu pun agak siang sedikit.

"Bang Ali sudah tidur lagi Ningrum?"

Seseorang menyapa salah satu istri pedagang yang bernama Ali.

"Iya mas Karto, kan bang Ali jualannya nanti malam sama seperti pak Nando.

Obrolan tesebut sudah biasa terjadi setiap hari, tidak ada apa-apa karena mereka rukun sedari awal menyewa di kontrakan milik Bu Laila.

Ningrum sendiri adalah istri dari Ali, bisa dibilang Ali mendapatkan Ningrum bagaimana durian runtuh. Bagaimana tidak, Ningrum digagahi oleh Ali sebelum mereka menikah. Sampai ketika mereka melakukan hubungan intim yang ketiga kalinya, orang tua Ningrum memergoki dan pada saat itu juga mereka dipaksa menikah. Tapi sesuai menikah orangtuanya mengusir mereka berdua, kekecewaan tidak bisa disembunyikan oleh orangtuanya apalagi Ningrum dinilai wanita yang taat agama.

Apalagi Ali seorang yang bisa dibilang bukan menantu yang diharapkan oleh orangtuanya, walaupun Ali sopan kepada orangtuanya tapi mereka tahu kalau Ali adalah seorang maniak seks,  sudah banyak ceritan tentang dirinya yang membuat orang tua Ningrum bergidik mendengarnya. Tapi apalah nasi sudah menjadi bubur, walaupun sudah menjadi menantu dalam hitungan jam mereka diusir oleh orangtuanya Ningrum. Tapi usai itu alai berjanji akan merubah dirinya asalkan Ningrum selalu mau melakukan hubungan seks setiap hari usai menikah, tentu saja Ningrum tidak menolak karena itu adalah hal yang membuatnya merasakan kenikmatan ditengah malam. Kebiasaan Ali adalah menggagahi istrinya setiap jam 2 pagi usai dirinya pulang dari jualan sebagai tukang nasi goreng.

Karto hampir dua kali dalam satu bulan pulang ke Brebes untuk pulang kampung, hal itu bukan tanpa alasan karena urusan birahi harus tuntas walaupun hanya sebulan dua kali saja. Karto menyewa di kontrakan Bu Laila hanya sendiri saja, istrinya ditinggal di kampung halamannya. Tapi Karto pernah berbicara kepada Ningrum dan pak Nando kalau dia akan membawa istrinya kemari kalau sudah cukup. Entah cukup dalam artian apa itu setidaknya yang dikatakan oleh Karto. Dia sendiri berjualan baso keliling dan akan pergi sebelum adzan dhuhur berkumandang.

Setiap tengah malam sekitar jam dia pagi Karto selalu memasang alarm pada gawai miliknya, rupanya dia sengaja melakukan itu untuk mendengarkan desahan Ningrum dan erangan Ali. Jelas Ali yang keturunan Batak memiliki suara agak keras, sehingga ketika dia mengerang Karto bisa mendengarnya. Tentu saja mendengar mereka berdua berhubungan badan membuat Karto dilanda birahi yang luar biasa, sudah tidak aneh kalau dia melakukan masturbasi setiap malam.

Nando merupakan pedagang sate, aneh rasanya kalau seorang macam Nando jualan sate. Pasalnya dia adalah seorang yang gagah blesteran Arab dan Padang, gosipnya dulu ibunya TKW dan diperkosa oleh orang Arab sampai dia mengandung. Tapi dia enggan untuk bertanggung jawab dan hanya memberi uang untuk pulang dan lahirlah di Indonesia, ibunya pun tidak sanggup untuk menanggung malu ketika hamilnya sudah besar. Walaupun keluarganya menerima dan tidak menuntut banyak, tapi nampaknya ibu dari Nando tidak tahan. Pada usia 7 bulan usia kandungan, dia mencoba bunuh diri tapi gagal karena ditemukan orang tuanya. Tapi karena sudah niat setelah melahirkan Nando maka dia lakukan hal  gagal tesebut.

Kini Nando berjualan sate atas dasar saran dari istrinya yang bernama Fatima, mereka berdua asli Padang. Fatima selalu dibuat puas ketika adu kelamin dengan suaminya, tentu saja sebagai keturunan orang Arab, Nando memiliki rudal lebih besar dari orang Indonesia pada umumnya. Tapi seperti ayahnya dulu, selalu ada kecabulan dari setiap gerak-geriknya. Contohnya ketika dipagi hari setiap dirinya bertemu dengan Ningrum, ingin dirinya menikmati tubuhnya dan membenamkan kemaluannya pada lubang kemaluannya Ningrum.

----

"Kami ngobrol lagi sama bapak-bapak diluar?"

"Iya."

Ali yang masih belum tidur sejenak menatap istrinya yang terlihat cantik, tiba-tiba saja dia memeluk tubuhnya dan birahinya memuncak.

"Lho, tumben Abang mau minta sekarang?"

"Gak tahan nih."

"Aku belum mandi lho bang, kan Abang gak suka kalau aku belum mandi."

Ali langsung menarik tubuhnya dan membaringkannya di tempat tidur, cumbuan demi cumbuan dilakukan oleh Ali. Sampai kini Ningrum memakai pakaian dalam saja, tercium aroma ketiak Ningrum yang memang agak menyengat. Maklum saja Ali yang seorang maniak tidak membiarkan Ningrum untuk mencukur bulu ketiak dan bulu kelaminnya. Tapi anehnya Ali tidak suka kalau Ningrum berbau badan menyengat.

"Aku tidak jadi."

"Tuh kan sudah aku bilang."

Ningrum memakai kembali pakaiannya, Ali sudah ingin muntah ketika mencumbu bagian payudaranya dan tercium aroma menyengat dari ketiaknya.

"Aku cukur yang bulu keteknya."

"Janganlah."

"Tapi Abang sudah mau muntah saat tadi ciumnya."

"Itu kan kamu karena belum mandi saja, kalau malam kan Abang gasak juga."

"Ah Abang ini, cepat tidur nanti aku bangunkan jam 3 sore."

"Iya, sini!"

Ningrum dekatkan wajahnya pada wajah Ali dan ciuman sebelum tidur sudah biasa mereka lakukan.

Diluar Karto dan Nando sedang mengobrol, sementara Fatima seperti biasanya beres-beres rumah. Hal itu bukan tanpa alasan karena ketika mereka berhubungan badan sangat brutal dan kadang sampai di ruang tengah. Sehingga sering tercium bau keringat dan bau sperma pada ruangan yang bukan seharusnya. Usai beres-beres barulah Nando masuk untuk istirahat tidak juga pula kalau sudah gak tahan dia akan mencumbu Fatima dimanapun dia mau. Tapi satu yang Fatima tidak berikan adalah lubang anusnya, dia menolak kalau harus disodomi oleh Nando. Selain kemaluannya yang besar dan panjang, dia tahu kalau lubang anusnya sarang penyakit.

"Bang, sudah siap!"

Tiba-tiba saja panggilan dari Fatima untuk Nando, makan Nando pun segera masuk. Rapi dan asri ruangan yang sudah dilakukan oleh Fatima.

"Bang, aku berangkat ya."

"Iya, hati-hati dijalan."

Fatima sendiri bekerja sebagai pembantu rumah tangga yang tidak jauh dari rumah kontrakan yang mereka sewa, mereka sadar kalau uang jualan sate saja tidak cukup untuk membayar rumah kontrakan milik Bu Laila.

Sudah jadi kebiasaan Karto sebelum jualan bakso bukannya mandi dia buka bajunya, dia hisap ketiaknya demi menikmati aroma yang keluar dari ketiaknya. Bau kecut dan menyengat membuat dirinya terangsang, dia ingin menikmati sekali aroma ketiak dan lubang surgawi yang menyengat. Karena istrinya di kampung halamannya selalu merawat tubuhnya dan Karto hanya menikmati lubang kemaluannya saja tanpa menikmati hubungan intim tersebut.

Bersambung

Tiga Pedagang 3 CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang