Malam Penuh Nafsu

30.3K 54 0
                                    

Fatimah yang kehujanan langsung ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya yang sudah basah kuyup, sementara Nando masih tertidur pulas setelah masturbasi.

Samar-samar Nando bangun dari tidurnya dan melihat Fatimah hanya memakai handuk saja dengan bau sabun batangan.

"Baru bangun?"

"Udah dari tadi nungguin kamu."

"Mau apa? Biasanya juga gak tidur aja kamu bang."

"Abang lagi pingin, tapi udah sore mau jualan."

"Ya udah malam aja nanti ya, kan bsok aku libur kerja."

"Ok, siap!"

Nando bangun dari tidurnya dan sebelum keluar kamar dia sempatkan untuk meremas payudara Fatimah yang memang ranum dan sangat menggoda.

"Kamu kehujanan dimana?"

"Dijalan pas mau kesini bareng mas Karto."

"Lah tumben si Karto sudah pulang."

"Iya katanya diborong dihajatan tadi."

"Ohh, ya udah Abang mau mandi dulu. Ketek Abang sudah gak enak baunya."

"Biarin bau juga, aku sudah kok bang."

Sate yang hendak dijual oleh Nando segera dipersiapkan oleh Fatimah, dia tidak kenal lelah setelah seharian jadi pembantu di rumah orang, kini dia langsung membantu suaminya untuk menyiapkan barang jualan berupa sate.

----

Karto masih membayangkan bagaimana tadi payudara Fatimah menyentuh punggungnya, kalau bukan kejahatan tentunya dia akan meremasi payudaranya dan memperkosanya dia saung dimana mereka berteduh. Tapi dia masih belum berani, terlebih badan Nando lebih besar darinya. Bisa-bisa wajahnya babak belur dengan bogem mentah darinya.

"Mas? Mas Karto?"

Karto yang sedari tadi mengelus kemaluannya dikagetkan dengan panggilan dari arah luar, dia tahu kalau itu adalah suara dari yang punya kontrakan yaitu Laila.

"Iya bentar."

Tak lama berselang Karto membuka pintu dengan bertelanjang dada, Laila menelan ludah karena aroma tubuh Karto membuat dirinya sedikit tergoda.

"Mas, saya mau nagih uang kontrakan bulan sekarang."

"Waduh, besok bisa gak Bu. Kebetulan uangnya kurang 100rb."

"Gini aja mas, kan mas Karto itu kalau pagi-pagi gak ada kerjaan. Gimana kalau yang 100rb-nya diganti dengan jadi tukang kebun di rumah saya selama satu Minggu."

Karto agak keberatan kalau harus dibayar 100 ribu selama satu Minggu, masalahnya kalau uang segitu bisa dia dapatkan nanti malam juga.

"Gini aja Bu Laila, nanti malam saya kasih sama ibu."

"Jam berapa takutnya saya sudah tidur?"

"Saya jam 10 malam sudah pulang Bu."

"Ya sudah saya tunggu nanti malam ya, awas jangan sampai kemalaman."

"Iya Bu."

Laila-pun pergi dan Karto menggaruk kepalanya, sebenarnya uang untuk membayar kontrakan ada. Hanya saja sudah dia kirimkan untuk anak da istrinya yang ada di kampung.

----

Jam 5 sore Ali sudah berada di tempat jualan di pinggir jalan, jualannya laris manis karena memang nasi goreng buatan Ali cukup enak. Bahkan banyak orang yang kagum sama dia, karena biasanya orang dari Jawa jualan nasi goreng, tapi ini dari Sumatra tepatnya dari Batak dan masakannya enak.

Tiga Pedagang 3 CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang