Rentetan Kesialan Si Panda Nyinyir

319 7 0
                                    

Jika saya dapat menciptakan satu pahlawan super, saya akan menciptakan pahlawan yang disebut Panda Nyinyir. Dia akan memakai sebuah topeng mata murahan dan kaos (dengan huruf kapital T di atasnya) yang terlalu kecil untuk perut pandanya yang besar, dan kekuatan supernya adalah mengatakan kepada orang-orang, kebenaran yang menyakitkan dan tergolong pedas tentang diri mereka sendiri yang perlu mereka dengar namun tidak ingin mereka terima.

Ia akan pergi dari pintu ke pintu seperti salesman Kitab Suci dan membunyikan bel pintu lalu mengatakan hal-hal seperti, "Tentu, menghasilkan banyak uang membuat Anda merasa senang, namun itu tidak akan otomatis membuat anak-anak Anda mencintai Anda," atau "Jika Anda ditanya apakah Anda memercayai istri Anda, mungkin hati kecil Anda menjawab tidak," atau "Apa yang Anda anggap sebagai 'pertemanan' sesungguhnya adalah upaya Anda secara konstan untuk membuat orang lain terkesan." Lalu ia akan berkata kepada tuan rumah semoga harinya menyenangkan, dan melenggang ke rumah berikutnya.

Ini akan terdengar luar biasa. Dan gila. Dan menyedihkan sih. Tapi jelas memotivasi. Dan penting. Lagipula, kebenaran yang paling agung dalam kehidupan biasanya kebenaran yang paling tidak enak didengar.

Panda Nyinyir akan menjadi pahlawan yang tidak diinginkan seorang pun namun diperlukan siapa pun. Ia akan menjadi sayuran untuk melawan makanan sampah yang dikonsumsi mental kita.

Dia akan membuat hidup kita lebih baik meskipun membuat kita merasa lebih buruk. Dia akan membuat kita lebih kuat dengan membuat kita menangis, mencerahkan masa depan kita dengan menunjukkan kepada kita seperti apa itu kegelapan. Mendengarnya akan seperti menonton sebuah film di mana sang pahlawan mati di akhir cerita: Anda akan semakin menyukainya meskipun membuat Anda merasa tidak karuan, karena itu nyata.

Jadi, selagi Anda masih di sini, perkenankan saya memakai topeng Panda dan menyampaikan kebenaran yang tidak menyenangkan lainnya untuk Anda:

Alasan sederhana mengapa kita mengalami penderitaan adalah bahwa secara biologis penderitaan bermanfaat. Ini adalah agen alami yang diperlukan untuk perubahan yang menginspirasi. Kita telah berevolusi untuk selalu hidup dengan derajat ketidakpuasan dan kegelisahan tertentu, karena hanya makhluk yang kurang puas dan tak terlalu amanlah yang mampu berinovasi dan bertahan hidup. Kita merasa tidak puas dengan apa pun yang kita miliki dan merasa puas hanya dengan sesuatu yang tidak kita miliki. Ketidak- puasan konstan ini telah membuat spesies kita terus bertarung dan berjuang, membangun dan menaklukkan. Jadi, jelas keliru rasa sakit dan penderitaan kita bukanlah hama bagi evolusi manusia; itu adalah suatu keistimewan.

Rasa sakit, dalam segala bentuk, merupakan alat yang paling efektif dari tubuh kita untuk mendorong suatu aksi. Ambil con- toh sederhana seperti ketika tersandung sesuatu. Jika Anda seperti saya, ketika kaki Anda terantuk sesuatu Anda akan meneriakkan 4 huruf berawalan "F" (dalam bahasa Inggris-red.) yang akan membuat Paus Fransiskus menangis. Anda mungkin juga menyalahkan beberapa benda mati atas penderitaan Anda. "Meja goblok," teriak Anda. Atau mungkin Anda bahkan bertindak lebih jauh lagi seperti mempertanyakan seluruh filosofi desain interior gara-gara kaki yang tersandung: "Orang idiot mana yang menaruh kursi di sini? Punya otak nggak?"

Beralih dari kesakitan tersebut. Rasa sakit karena jari kaki yang tersandung itu, yang Anda dan saya, bahkan Paus sendiri benci, ada karena sebuah alasan yang kuat. Penderitaan fisik tersebut merupakan produk sistem syaraf kita, sebuah mekanisme umpan balik yang memberi kita pengetahuan akan proporsi fisik kita sendiri-dimana kita dapat dan tidak dapat bergerak dan apa yang dapat dan tidak dapat kita sentuh. Ketika kita melewati batasan itu, sistem syaraf kita, sebagaimana mestinya, menghukum kita dengan memastikan agar kita benar-benar memperhatikannya dan tidak per- nah melakukannya lagi.

Dan rasa sakit ini, sebagaimana kita membencinya, ternyata ber- guna. Rasa sakit memberi pelajaran kepada kita akan apa yang harus kita perhatikan ketika kita masih muda dan suka teledor. Ini membantu menunjukkan kepada kita apa yang baik dan apa yang buruk bagi kita. Ini membantu kita memahami dan menaati batasan kita masing-masing. Ini mendidik kita agar tidak main-main di sekitar kompor atau menempelkan benda logam ke colokan listrik. Itulah alasannya bahwa menghindari rasa sakit dan mengejar kenikmatan tidak selalu berguna, karena rasa sakit dapat, sewaktu-waktu, menentukan hidup-mati kita.

Tetapi rasa sakit tidak semata-mata secara fisik. Seseorang yang telah menonton prekuel Star Wars pertama akan berkata kepada Anda kalau kita, manusia, mampu mengalami rasa sakit psikologis yang akut juga. Faktanya, penelitian telah menemukan bahwa otak kita tidak mencatat banyak perbedaan antara rasa sakit fisik dan psikis. Jadi ketika saya bercerita kepada Anda tentang pacar pertama saya yang selingkuh dan mencampakkan saya, dan itu membuat saya merasa seperti ada alat pemecah es yang dimasuk kan pelan-pelan ke tengah-tengah jantung saya, well, kenyataannya memang kejadian ini sangat pedih, persis seperti ditusuk perlahan dengan alat pemecah es tepat di tengah jantung.

Sama halnya dengan rasa sakit fisik, rasa sakit psikologis merupakan indikasi adanya sesuatu yang keluar dari keadaan wajar, ada beberapa batasan yang telah dilanggar. Dan seperti rasa sakit fisik, rasa sakit psikis kita tidak selamanya buruk atau bahkan tidak diinginkan. Dalam beberapa kasus, mengalami rasa sakit emosional atau psikis justru menyehatkan atau perlu. Seperti halnya jari kaki yang terantuk mendidik kita untuk tidak lagi tersandung meja, deri- ta emosional akibat penolakan atau kegagalan mengajarkan kita bagaimana cara mencegah kesalahan yang sama di masa depan.

Dan inilah hal yang sangat berbahaya dari suatu masyarakat yang dari hari ke hari, selalu mengelak dari ketidaknyamanan hidup yang jelas-jelas ada: kita kehilangan manfaat dari mengalami dosis rasa sakit yang menyehatkan, sebuah kerugian karena kita ter- putus dari kenyataan dunia di sekitar kita.

Anda boleh saja ngiler dengan ide tentang kehidupan yang bebas dari masalah, penuh dengan kebahagiaan yang tidak pernah berakhir dan kasih yang abadi, namun di bumi ini masalah tidak pernah berakhir. Sungguh, masalah tidak akan pernah selesai. Si Panda Nyinyir baru saja mampir. Kami minum margarita, dan dia mengatakan kepada saya tentang semua hal itu: problem tidak ada habisnya, katanya-masalah-masalah itu sekadar meningkatkan diri. Warren Buffett punya masalah keuangan; gelandangan mabuk yang tergeletak di Kwik-E Mart juga punya masalah keuangan. Bedanya, masalah keuangan yang dihadapi Buffett lebih baik ketim- bang gelandangan itu. Begitulah kehidupan.

"Pada intinya, hidup hanyalah rentetan masalah yang tidak ada ujungnya, Mark," ujar panda itu. Dia menyeruput minumannya dan membetulkan letak hiasan payung merah jambu kecil di gelasnya. "Solusi terhadap satu masalah hanya akan menciptakan masalah lain."

Waktu berlalu, kemudian saya heran dari mana panda tukang ngoceh ini datang. Dan hey, siapa yang membuat margarita ini?

"Jangan mengharapkan suatu kehidupan yang bebas dari ma- salah," kata panda. "Tidak ada hal seperti itu. Sebaliknya, berharaplah akan hidup yang penuh dengan masalah-masalah yang baik."

Setelah itu, ia meletakan gelasnya, membetulkan letak sombrero-nya, dan berjalan heroik menuju matahari terbenam.

Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat(terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang