"Cakra mau kemana?"
"Pasar, mau ikut?"
"MAU!"
Seorang gadis dengan postur tubuh tinggi berlari-lari kecil dari teras menghampiri sosok tetangga diseberang rumahnya, Cakra namanya. Cakra Aryama. Cakra adalah tetangga sekaligus teman kecilnya. Banyak hal sudah mereka lalui bersama-sama sebagai teman kecil dan sebagai tetangga seberang rumah. Cakra yang manis, pintar, dan Cakra yang ramah membuatnya nyaman dengan pertemanan ini. Iya, pertemanan.
"Mau beli apa, Cakra?" tanya gadis itu begitu sampai didepan laki-laki itu.
"Banyak nanya kamu, Nur."
"Ih Cakra jangan panggil Nur!" ucap gadis itu dengan cemberut.
Cakra hanya terbahak dengan panggilan yang dia berikan untuk Nura. Gadis itu bernama Asa, Asa Nura Pertiwi. Cakra suka memanggil gadis itu dengan panggilan Nur untuk menggodanya. Cakra itu memang usil, dan Asa adalah orang yang sering menjadi sasaran keusilannya.
"Ayo Naik!" ucap Cakra yang sudah siap dengan motor scoopy kesayangannya. Namanya pining, scoopy kuning. Asa naik dengan bersemangat. Ini hari minggu, sekolah libur dan sangat menyenangkan untuk keluar seperti ini di hari minggu. Sebuah bentuk refreshing walaupun hanya ke pasar menemani Cakra yang entah ingin membeli apa.
Setelah 15 menit perjalanan mereka pun sampai di pasar. Pasar Agung ini memang pasar terdekat dari komplek rumah mereka. Cakra memarkirkan motornya didepan ruko penjual bahan-bahan kue. Asa mengernyit heran, buat apa Cakra datang ke toko seperti ini. Apa dia mau membuat kue? Entahlah tapi Asa tetap mengikuti langkah Cakra menuju ruko tersebut. Cakra memesan tepung ketan, susu, cocoa powder, dan whipped cream. Asa semakin bingung Cakra ini mau membuat apa?
Langkah Cakra kemudian berlanjut ke tukang buah-buahan, memesan mangga dan nanas. Mata Asa berbinar melihat nanas, buah kesukaannya. Pasti Cakra membelikan untuknya.
"Udah ayo pulang!" ajak Cakra. Asa yang disampingnya hanya manggut-manggut saja. Saat menuju parkiran mata Cakra menangkap penjual es teler, kemudian matanya melirik Asa yang disampingnya juga melihatnya.
"Kenapa berhenti?" tanya gadis itu.
"Mau es teler?" tanya Cakra balik.
"Hah?"
Melihat Asa yang lemot Cakra berdecak dan langsung berjalan menuju tukang es teler tersebut.
"Bang es teler dua ya!"
"Siap, mas."
Cakra duduk dikursi yang disediakan di sebeah gerobak es teler dan diikuti oleh Asa.
"Cakra kamu mau buat apa sih? Gak biasanya beli bahan-bahan kue." Asa yang sudah penasaran daritadi akhirnya bertanya.
"Mau buat mochi mangga."
"Hah emang bisa?"
"Dih ngeremehin aku, bisa lah. Cakra mah bisa apa aja," ujar Cakra dengan nada tengil dan sombong.
"Tumben banget mau buat sendiri. Kenapa gak beli aja?" Asa bertanya dengan heran. Masalahnya Cakra itu tipe orang yang simple dan lebih suka yang instan. Makanya ketika mendengar Cakra ingin membuat mochi Asa heran, karena Cakra yang biasanya itu males ribet.
"Mau buat pacar aku, masa aku beli. Gak ada effort-nya banget dong kalau beli," jawab Cakra.
Asa mematung. Hah? Pacar? Cakra punya pacar? Kapan? Sejak kapan? Siapa? Anak mana? Kenapa Asa tidak tahu? Saking banyaknya pertanyaan yang ada dibenak Asa membuat gadis itu melamun dan tidak fokus. Dia hanya terkejut. Kenapa Cakra tidak pernah cerita? Jadi sekarang dia sudah punya pacar. Entah mengapa Asa merasa ada yang hilang. Hatinya sedikit tidak rela. Kalau Cakra punya pacar, bagaimana dengan Asa? Apa Cakra tidak akan mengajaknya bermain dan bepergian lagi? Apa cakra akan menghabiskan banyak waktu dengan pacarnya dan melupakannya? Kenapa Asa tidak rela dengan munculnya pemikiran itu. Cakra kan hanya teman masa kecil hingga sekarang. Ya, hanya teman kan? Kenapa Asa harus sedih dan sedikit tidak suka mendengarnya. Harusnya kan dia bahagia karena Cakra sekarang punya sosok pendamping. Iya, harusnya Asa senang. Tapi kenap-
"ASA!"
Asa terkejut dengan panggilan Cakra yang membuat semua lamunannya buyar. Dia melihat wajah Cakra yang sedikit panik.
"Hah? Kenapa sih Cakra?"
"Kamu yang kenapa! Diajak ngomong malah diem aja, gak kedip lagi matanya. Aku kira kesambet. Takut banget kalau sampai kesurupan tiba-tiba."
Asa tersenyum, "Ih apasi, aku gak apa-apa. Ngawur banget bilang aku kesambet."
"Beneran gak apa-apa kan?" tanya Cakra memastikan lagi.
"Iya ih. Oh iya kok kamu gak cerita kalau punya pacar sih!"
Cakra hanya nyengir dan berkata,"Masih kemarin sih jadian, belum sempet cerita jadinya."
"Akhirnya gak jomblo lagi haha."
"Iya dong! Kamu sana cari pacar juga biar gak jomblo terus."
Asa hanya tersenyum masam, ketika ingin membalas ucapan Cakra es teler yang mereka pesan sudah datang.
"Ini mas dan mbak es nya. Wah pacarnya ya ini mas?" tanya bapak penjual es teler tersebut.
"Oh bukan pak. Ini temen saya dari kecil, udah kaya adik," jawab Cakra yang membuat Asa lagi-lagi tersenyum masam.
"Oalah, saya kira pacarnya mas. Silahkan dinikmati ya!"
"Iya, Pak. Terima kasih."
Asa memandang es teler dihadapannya yang dibelikan oleh Cakra. Perasaan apa yang saat ini hinggap dihati Asa tidak bisa dimengerti olehnya. Hatinya sedikit sakit. Hatinya kenapa? Kenapa begini?
...
KAMU SEDANG MEMBACA
ASA
Teen FictionAsa butuh Cakra, Cakra merupakan sahabatnya sedari kecil. Mereka tumbuh bersama sebagai tetangga rumah. Asa butuh Cakra sebagai teman dihidupnya yang begitu kosong tanpa kehadiran orang tua maupun saudara. Cakra menyayangi Asa, namun dia punya Nura...