Prologue

4 0 0
                                    

Maaf, saya tidak bisa.

Oh, baik tidak masalah. Terimakasih atas
waktunya.

Aku pikir bahkan awal kisah ku tidak dapat dimulai karena kamu menolak nya. Namun, siapa sangka Tiara wanita 20 tahun ini masih belum sepenuhnya dewasa. Masih egois dan terbelenggu dengan pikiran egosentris nya. Langsung menyimpulkan bahwa Dia menolak untuk Aku dekati, memprediksikan skenario terburuk yang akan terjadi, sampai berpikir untuk melenyapkan keberadaan dari radar mu adalah hal paling baik dan memungkinkan untuk dilakukan.

Entahlah, kalau dipikir lagi, jika ini bukan takdir, lantas harus Aku sebut apa? Bukankah sangat konyol jika dinamai 'sebuah kebetulan' yang nyatanya Kamu dan Aku ambil andil dalam merancang kebetulan ini? Kita bahkan bukan siapa-siapa pada mulanya, tidak terindikasi sebagai sahabat atau sekedar teman, tidak juga sebagai musuh. Hanya sebatas aku tau namamu dan pernah melihatmu sekilas, tanpa ada interaksi. Nyatanya takdir telah melibatkan keberadaan kita dan masuk dalam lajur hidup masing-masing layaknya NPC dalam game yang sangat suka Kau mainkan. Seperti sebatas figuran, hanya agar tidak terlalu kosong dan sedikit menggambarkan situasi yang ada, tapi dipertengahan menjadi tokoh utama dalam cerita sedih antara Aku dan Kamu.

Katanya, tidak ada yang salah dalam cinta. Semua hal boleh dan harus dilakukan untuk mempertahankannya. Terlebih lagi jika sudah melibatkan Yang Maha Segalanya. Namun, apakah aku memahami Cinta? Atau sudahkah kamu mengerti cinta? Atau bahkan kedua dari kita ternyata tidak familiar dengan kata itu, sebatas fatamorgana yang tak pernah bisa di capai, layaknya delusi di siang hari. Aku masih belajar, begitupun dirimu, apalagi dengan bebanmu sebagai Nahkoda kapal yang berlayar tanpa try out terlebih dahulu. Aku pun begitu, baru pertama kali menjadi awak kapal, dengan sedikit bekal pengetahuan dari cerita pengalaman beberapa rekan.

Kau bilang, kita harus yakin untuk tetap mampu menjalankan nya, walaupun sudah pasti tidak selalu akan bahagia, diselingi dengan gemuruh badai emosi, cemburu, dan sedih hati. Kau bilang tak mengapa, ayo percaya pada satu sama lain untuk membentuk susunan puzzle menjadi nyata. Mungkin bahkan kita akan menemukan kepingan puzzle yang tidak pernah kita bayangkan keberadaan nya.

Ayo, kita mulai saja....
Ayo, kita jalani saja....
Ayo, kita akan bisa bersama....



Kepingan Puzzle TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang