Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar di kamar mandi
Galvin. Galvin yang mendengarnya seketika panik.
pasalnya saat ini dia sedang mengalami mimisan dan
banyak darah yang sudah berceceran di lantai kamar
mandinya. membuat anak itu takut kalau salah satu dari
keluarga nya tau.Galvin menatap pintu kamar mandi yang masih
di ketuk. "Ino? apa kau berada di dalam?" tanya Liam."Iya bang. kenapa?"
"Cepatlah ke bawah, yang lain sudah menunggu.
bukankah kita akan bermain?" ujar Liam menatap
pintu kamar mandi yang masih di tutup."Abang duluan aja. Galvin masih belum selesai mandi nya"
Liam mengernyitkan keningnya mendengar
jawaban itu, melirik jam tangannya. "Kau sudah
berada di dalam selama satu jam lebih. apa itu masih
kurang? ingatlah Ino, jangan mandi terlalu lama. nanti
kau bisa sakit" ucap Liam khawatir."Bang Liam gak perlu khawatir. tunggu lima menit
lagi, nanti Galvin turun ke bawah. kalian main duluan
aja. nanti Galvin nyusul" ucap Galvin sedikit berteriak agar
Liam mendengar nya."Baiklah, abang menunggu mu di bawah"
"Oke bang!"
Galvin mendekatkan telinganya ke pintu,
menerka-nerka apakah Liam sudah keluar dari
kamarnya atau belum. tapi sepertinya dia sudah keluar,
begitu Galvin mendengar pintu kamarnya yang kembali
di tutup.Ia menghela nafasnya, membersihkan darah nya.
Galvin duduk di lantai dengan lesu. sampai kapan dia
akan terus mengalami ini? sebenarnya dia kenapa? kenapa
dia terus mengalami mimisan seperti ini?Galvin menangis dalam diam, memeluk
tubuhnya sendiri yang bergetar. "Daddy hiks abang,
Galvin takut hiks".
.
.
Di lapangan basket milik keluarga Alvarendra,
terdapat empat pemuda berbeda usia tengah bermain
bola basket."Akhh kalah lagi kita" ucap Ken frustasi.
Kyler memutar bola basketnya dengan jari
telunjuk, menunjukkan ekspresi penuh kemenangan
dan meledek. "Huh cupu!" ledek Kai, menunjukkan jari
jempolnya yang di balik ' 👎🏻 '.Liam dan Ken mendengus kesal, melihat
raut kesombongan dari Kyler dan Kai. ingin
rasanya mereka mencakar wajah tengil mereka itu."Kau menang juga karena ada kak Kyler, huh"
"Eh enak saja kau berkata seperti itu!"
"Memang benar!"
Galvin yang baru saja tiba langsung duduk di
kursi panjang yang ada di lapangan itu, dengan
pakaian santai nya.Ia tersenyum melihat perdebatan para kakaknya.
dia ingin sekali bergabung untuk bermain, tapi dia
sadar dengan kondisinya sekarang ini. sepertinya sangat
tidak memungkinkan kalau dirinya bermain basket.Di tengah keributan, Kyler yang menyadari
kehadiran si bungsu langsung saja menghampiri nya
dan duduk di sebelah anak itu.Ia mengusap rambut Galvin dengan lembut,
tersenyum tipis. "Mau ikut bermain?" tanyanya.Galvin menggeleng, masih menunjukkan
senyum terbaik nya. "Enggak deh bang, Galvin
liat aja dari sini" tolaknya.Anak itu memeluk tubuh Kyler, membuat
si sulung terkejut. tapi tak ayal dia juga senang dan
membalas pelukan tersebut dengan hangat dan penuh
kasih sayang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Galvin Malvelino ( S1 & S2 )
Teen FictionGalvin Malvelino adalah remaja berusia 15 tahun yang tidak pernah membayangkan kalau ternyata dia adalah anak bungsu dari keluarga mafia yang bermarga Alvarendra yang selama ini telah hilang dan di cari-cari oleh keluarganya. Galvin yang dasarnya me...