Bisakah kita bertahan?
Johnny menatap layar ponselnya dalam diam. Nomor Jiyu tertera di sana, tapi ia tak bisa menghubunginya.
Kenapa?
Tentu saja karena ia juga bingung saat ini. Sudah seminggu berlalu dan mereka tidak saling menghubungi lagi sejak Jiyu bilang tak punya lagi perasaan untuk Johnny.
Johnny tak mengerti.
Jelas saja, ini terlalu tiba-tiba. Rasanya mereka baik-baik saja selama ini. Mereka jarang bertengkar, jarang beradu argumen juga. Johnny tak berselingkuh begitu pun Jiyu. Johnny mengenal Jiyu dengan sangat baik, tapi kali ini ia tak tahu apa yang gadis itu pikirkan.
Mau dipikirkan berapa kali pun, selama apapun, Johnny tetap tidak mengerti dengan Jiyu.
Ia tak ingin begini, ia tak salah apa-apa, jadi kenapa mereka harus putus? Johnny tak mau putus jika karena sesuatu yang tak jelas begini.
Dan saat ini ia hanya berdiri di kejauhan, menatap sosok Jiyu yang berada cukup jauh di depannya sana. Berjalan dengan lesu sendirian ke arah rumah gadis itu.
Sosok Jiyu yang berjalan sendirian terlihat begitu kosong tanpa dirinya di sisi Jiyu, begitu pikir Johnny. Dan itu membuat hati Johnny sesak.
Ia berlari, menghampiri gadis itu dari belakang dan meraih tangan Jiyu. "Babe..."
Dan Jiyu begitu terkejut dengan kehadiran tiba-tiba Johnny. Gadis itu menarik dirinya menjauh, dengan begitu, tangannya pun terlepas dari pegangan Johnny.
Johnny tersenyum, senyum miris yang begitu kentara. Ia mengusap wajahnya, sungguh frustrasi dengan situasi di hadapannya. "Bisakah kita bicara? Jangan buat keputusan sendiri, ini hubungan kita."
Dan Jiyu menunduk segera. Kedua bahunya turun di sertai helaan napas panjang. Bahkan di saat Johnny memohon padanya, hatinya tidak merasa sakit. Bahkan wajah menyedihkan Johnny dihadapannya tak membuat hatinya bergetar.
Seakan, melihat wajah Johnny lagi setelah seminggu tak bertemu, tak menggetarkan hatinya.
Sepertinya memang hatinya telah berhenti berdebar untuk lelaki itu.
"Jiyu, aku gak tau apa yang sebenarnya kamu pikirkan, tapi aku masih sayang padamu. Aku gak mau melepasmu begitu saja hanya karena kamu bilang perasaanmu padaku sudah hilang."
Raut Johnny benar-benar terlihat putus asa. Lelaki itu ingin berusaha. Ia ingin membuat Jiyu berpikir bahwa pikiran kekasihnya itu tidak benar. Jiyu masih mencintainya sama seperti dirinya yang juga mencintai Jiyu.
"Aku gak mau menyia-nyiakan hubungan kita. Kita sudah hampir tiga tahun, dan aku masih begitu cinta padamu. Jadi,"
Johnny menghela napasnya panjang, ia menggaruk kepalanya lagi-lagi terlihat frustrasi, "aku akan coba membuatmu berdebar lagi. Dengan caraku, akan kubuktikan kamu masih sayang padaku Jiyu."
Manik hazel Johnny menatap lurus manik kelam Jiyu, "Bisakah kita bertahan sebentar? Hanya sampai aku bisa membuktikannya, jangan putus dariku."