13: Gadis Tomboy

273 144 747
                                        

Haii ai comeback!

Maaf telat update karena ada kesibukan acara kelas 12 hehe

Disini gada part Zenia jadi aman gada melow, tapi jangan kaget kalo udh baca sampe bawah 🤞🏻🤞🏻

Janlupa votmen di setiap paragrafnya 🔥

____♡♡____

Hembusan asap putih di keluarkan dari mulut Mayra. Tangan gadis itu memegang sebuah rokok yang sudah tersisa setengah. Mayra berdiri di sebuah balkon apartemen, dia tidak sendiri, di samping ada seorang laki-laki yang setia menemani.

"May, mau sampe kapan?" Tanya Davino. Cowok yang di sebelah Mayra itu adalah Davino—sahabat Mayra selain Altezza.

Mayra tersenyum kecut. "Sampai gue mati," jawab Mayra santai.

Cewek tomboi itu kembali menghisap rokok yang sudah di gapit oleh kedua jarinya. Sedangkan Davin hanya menghela napas gusar. Davin geram sekali melihat Mayra seperti itu. Tangannya mengambil rokok di mulut Mayra, lalu membuangnya ke bawah sana.

"Vin lo gila?" Tanya Mayra sewot.

"Lo yang gila! Lo perempuan, nggak baik ngerokok kaya gitu!" Walaupun Davin ini seorang playboy berkelas, dia juga masih perduli dengan sahabatnya ini. Dia tidak ingin Mayra di rusak oleh dirinya sendiri. Davin juga tidak suka dengan gadis yang melampiaskan emosinya dengan merokok.

"Semua bisa di selesaikan baik-baik, May." Lanjut Davin.

Kepala Mayra menggeleng. Tidak setuju dengan kalimat yang di lontarkan Davin. Di selesaikan secara baik-baik? Menata rasa sakit berlarut-larut? Tidak ada masalah yang di selesaikan baik-baik, hanya diantara mereka memilih untuk mengalah.

"Gue benci nyokap! Gue benci Vin!" Mayra tidak menangis. Dia bukan tipe cewek lemah. Davin juga sudah tahu itu. Ketika gadis itu sedang kacau, pasti memanggil Davin untuk datang ke apartemen milik papanya.

"Surga itu ada di telapak kaki ibu. Nggak baik kalau benci nyokap lo."

Mayra menoleh kearah Davin dengan tangan yang sudah terkepal kuat. "Lantas kalau nyokap gue lacur, apa masih pantas surga di telapak kaki ibu? Nyokap gue aja udah kayak jalang murahan, dia ninggalin ayah demi laki-laki lain, dia juga nggak perduli sama keadaan gue yang kayak gimana!" Emosi Mayra membludak. Dia sudah tidak tahan dengan semua permainan alam.

Davin menarik tubuh Mayra ke bidang dadanya. Tangannya mengelus rambut Mayra yang beraroma mint. Kalau kalian pikir Mayra menyukai rasa strawberry itu salah besar. Cewek tomboy itu tidak menyukai warna pink. Yang jelas, apa yang di sukai laki-laki, Mayra suka. Seperti merokok tadi.

"Nangis aja, May. Gue tahu lo capek kan?" Suara Davin seperti sedang berbisik. Mayra itu perempuan, pasti dia juga punya titik kelemahannya. Namun, gadis itu enggan untuk memperlihatkan posisi rapuhnya.

"Gue bukan cewek lemah!" Perkataan Mayra membuat Davin tertawa kecil. Keras kepala? Ya, itu sikap Mayra.

"Hey, setiap manusia itu punya titik kelemahannya. Wajar kalau lo nangis. Gue aja yang laki-laki pernah tuh nangis." Katanya. Berhasil membuat Mayra tertawa kecut.

"Vin, Altezza gimana kabarnya?"

Davin melepas pelukannya. Menatap wajah datar Mayra. "Seperti yang lo liat. Ini kesempatan lo May. Gue setuju kok kalau lo beneran bisa deket sama Al," jawab Davin.

SERPIHAN LARA || Jake Sunghoon EnhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang