001: Aluna Gebria C.

12 9 4
                                    

Happy Reading gaiss.
Semoga sukaaaa.

Jangan lupa Vote dan komen🧡



____________

Seorang gadis melangkahkan kakinya menuju keluar rumah, dengan tas ransel berwarna hitam serta seragam putih abu-abu kebanggaannya.

"Aluna," panggil seorang ibu paruh baya, dengan nada lembutnya.

Gadis bernama Aluna itu pun menoleh, tersenyum manis ke arah sang ibu.

"Ada apa Bu?" tanyanya.

"Nanti sepulang sekolah jangan lupa mampir ke warungnya Bi Eem ya, sekalian ambil uang kue kemarin sore."

Aluna mengangguk, menatap lembut sang ibu. "Ibu jangan capek-capek di rumah, nanti biar Aluna saja yang cari uang. Terima kasih karena selama ini Bu Alya sudah mau merawat Aluna, walau Aluna bukan anak kandung Ibu."

Bu Alya terkekeh geli, mendengar penuturan Aluna. "Kamu ini bicara apa sih, antara ibu dan anak tidak ada itu yang namanya terima kasih. Sudah menjadi tugas ibu merawat kamu dan juga anak panti disini."

"Lun, dengarkan ibu. Jika suatu hari ini ada keluarga dermawan yang ingin mengasuh mu, tolong jangan lupakan ibu dan yang lain di sini ya. Ibu akan selalu merindukan kamu," ucap Bu Alya, sembari memeluk Aluna dengan tetesan air mata yang tak berhenti mengalir.

Bu Alya melepas rengkuhannya, beliau tersenyum manis menatap Aluna yang sudah semakin dewasa.

Dielusnya kedua bahu Aluna dengan tangan yang sudah semakin renta. "Ya sudah, sebaiknya kamu cepat berangkat ke sekolah supaya tidak telat. Ingat Aluna, jangan pernah melawan siapa pun yang mencari masalah denganmu, agar beasiswa mu aman. Biarkan saja mereka mengoceh apa pun itu tentangmu, jangan didengar ya."

Aluna mengangguk, lalu mencium punggung tangan Bu Alya dengan takzim.

"Aluna berangkat dulu, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Bu Alya.

Aluna duduk dengan tenang, kedua telinganya sibuk mendengarkan lagu yang mengalun lembut dari earphone yang sengaja ia pasang supaya tidak mendengar kegaduhan di dalam bis.

Merasa risih dengan orang di samping tempat duduknya, yang sedari tadi sibuk menghentak-hentakkan kakinya, entah apa yang didengar orang itu sampai begitu menghayatinya.

Aluna menghela nafas panjang, sembari berusaha menyadarkan orang di sampingnya.

"Mas," panggil Aluna, namun tidak ada respon apa pun dari orang tersebut.

"Mas." Aluna masih berusaha, dengan sedikit mengeraskan suaranya.

"Apa sih, ganggu aja!" sentak orang itu.

Aluna terperangah. "Hellow, situ artis? Atau seleb?! Minat banget kayaknya saya gangguin kamu. Kalau mau denger lagu ya dengerin aja, tapi kakinya diem aja gak usah banyak tingkah. Ganggu!"

Laki-laki itu mendengus kesal mendengar ucapan Aluna. "Heh mbaknya! Mbak pikir bis ini punya nenek moyang mbak, segala ngatur-ngatur orang. Ya terserah saya dong, mau kaki saya berisik kek, konser kek, goyang dumang kek, terserah saya!"

"Gini nih contoh manusia yang pas lahirnya gak kebagian sinyal 4G, lemot banget! Mas saya cuma nyuruh diem bukan mau dengerin ceramah situ," gerutu Aluna, membuat laki-laki yang berada disampingnya menatapnya tajam.

"Heh! Enak banget ya cocotnya kalau ngomong. Otak saya ini udah 10G, bukan 4G lagi," balasnya.

"BISA DIAM TIDAK?!" jerit seorang ibu paruh baya dibelakang kursi Aluna dan laki-laki tadi.

"Bisa bu," jawab keduanya.

Ibu paruh baya itu memandang keduanya tajam. "Kalau gak bisa, saya nikahin juga kalian berdua! Dari tadi berdebat terus, herman saya. Lagian masnya ini laki-laki bukan sih? Ngalah dong sama perempuan."

Laki-laki itu mendelik tak terima, lalu berdiri menghadap ke belakang tepat ibu paruh baya itu berdiri.

"Heh, saya laki-laki tulen ya bu! Nama saya Haikal Fahraza bin Yusuf Fahrizi. Lahir di rumah sakit muahall double L, biar tau ibu kalau saya anak orkay," ujar laki-laki bernama Haikal tersebut dengan nada kesalnya.

"Saya gak tertarik kenalan sama kamu, ngapain kamu jelasin asal usul mu?" seloroh Ibu-ibu tersebut membuat Haikal sangat kesal, namun berusaha menahan emosinya.

Haikal menoleh ke samping, dimana Aluna sedang menutup mulutnya sendiri menahan tawa agar tidak terdengar oleh Haikal.

"Kenapa lo ketawa? Puas kan lo denger gue di ledekin emak-emak pesbuk?! Walaupun diledekin itu emak-emak gak ada akhlak, tetep aja gak merubah kegantengan gue," tanya Haikal kepada Aluna.

Aluna melirik sinis ke arah Haikal. "Gue rasa, cuma lo di dunia ini yang mengakui kegantengan diri sendiri."

Haikal terkekeh geli sembari menyugar rambutnya yang berantakan. "Halah, jujur aja kalau lo juga mengakui kegantengan gue, gue ganteng kan?"

Aluna berdiri dari tempatnya. Tersenyum semanis mungkin, lalu tanpa aba-aba dirinya meraup wajah Haikal dengan tangannya sembari mendorongnya ke belakang, membuat Haikal hampir terjengkang.

"Makan noh ganteng!" ucapnya, lalu meninggalkan Haikal yang sedang merengut kesal menatap kepergian Aluna.

"Astaghfirullah, orang ganteng terdzolimi!" ucap Haikal, sambil mengusap dadanya prihatin.



_____________

See you beib
Have fun 🌼




Alissa Snk.


ALCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang