Surat Aneh (2)

721 132 2
                                    

Seminggu setelah pertemuannya dengan anak bungu Itoshi, (Y/n) jadi lebih sering pulang sore. Akhirnya dia merasakan yang namanya pertemanan. Selama dikehidupn baru ini, teman pertamanya adalah Itoshi Akari.

Jujur saja rasa mual dan pusing itu masih terasa setiap kali mereka bertemu. Namun secara perlahan berkurang. Semenjak masuk ke Hakuho, (Y/n) tidak pernah menyentuh bola. 

Kenapa? Jelas karena Ichika tidak mau fisik (Y/n) tumbuh seperti pria pada umumnya. "(Y/n)-chan!" Suara tidak asing membuat senyuman pria itu mengembang. Manik (E/c)nya membola ketika mendapati sebuah benda asing di tangan Akari.

"Akari? Kenapa kau membawa sebuah bola?" Tanya (Y/n) membuat gadis itu menggaruk bagian belakang kepalanya. "Hehehehe, aku berfikir untuk mengajak (Y/n)-chan bermain ini. Aku sebenarnya tidak bisa bermain, tapi aku mengerti tentang sepak bola bola kok."

(Y/n) mengangguk, dia tidak heran. Menjadi adik dari dua kakak lelaki yang memainkan bola pasti membuat Akari mengerti setidaknya beberapa hal tentang sepak bola. Ah, gadis ini mengingatkannya pada Hiari.

"Tidak sama sekali, baiklah berikan bola itu padaku." 

Sang gadis menurut dan menyerahkan bola yang ia bawa pada (Y/n). Sudah lama, pemuda itu sangat merindukan benda ini. "Akari, apa didekat sini ada lapangan kosong?" Pertanyaan itu membuat lampu seolah-olah menyala diatas kepada Akari.

"Aku tau! kemari-kemari! Biasanya lapangan ini Rin-nii pakai untuk latihan!" Sang gadis merangkul lengan (Y/n) membuat pemuda itu sedikit mual. Namun tetap diam. 

Mereka berdua berlari, sepanjang perjalanan (Y/n) bingung bagaimana gadis ini memiliki stamina sebanyak ini? (Y/n) curiga Akari diam-diam melatih staminanya.

Sekitar 5 menit mereka berlari, setidaknya sampai (Y/n) melihat sebuah lapangan sepak bola yang dikelilingi jaring-jaring. "Woah, tempat ini bagus juga," Puji (Y/n). 

Rumput pada lapangan itu seperti sangat terawat. Tempat ini cukup rapi, membuat (Y/n) ragu untuk menggunakannya. "Bagus kan! Tempat terbaik untuk pemain terbaik!" Seru Akari sembari mengendus bangga. 

"Baiklah, mari kita mulai." 

(Y/n) mulai berlari menggiring bola, dia mengoper bola itu dari satu kaki ke kaki lainnya. Melakukan sedikit dribble, sebelum akhirnya (Y/n) menendang untuk mencetak gol. 

Manik cyan Akari membola melihat trik yang (Y/n) lakukan. Memang trik kecil, namun rasanya (Y/n) seperti menjelma menjadi Hatsuki (Y/n). Pemain sepak bola yang meninspirasi dia maupun kakaknya.

"Kakkoii...," gumam Akari takjub. Oh jangan salah, meski wajah (Y/n) itu cantik, Akari tau dia seorang pria. Memiliki dua kakak yang mencintai sepak bola membuat Akari harus mengetahui apa itu sepak bola.

Malah dia berjanji untuk menjadi manajer kedua kakaknya kelak. Karena itu Akari belajar dan belajar terus menerus mengenai dunia sepak bola. "(Y/n)-chan! Etto ne... cobalah untuk berlari pelan diawal agar staminamu dapat bertahan lebih lama lagi."

Seketika perasaan deja vu (Y/n) rasakan, dimana ya dia pernah merasakan perasaan ini? Tubuhnya merinding ketika pemuda itu mengingat siapa yang mengatakannya. Harvey Ludwig, mantan manajernya dahulu.

Akari, anak ini memiliki potensi menjadi manajer. Tidak, tidak, ini terlalu cepat. (Y/n) akan melakukan beberapa tes dahulu kepada anak ini. 

Permaianan dilanjutkan hingga (Y/n) mencetak 3 angka. Disaat sedang berlari, pemuda itu sengaja menyandung kakinya sendiri dan memulai aktingnya. "Argh!" Eluhnya membuat Akari berlari kearahnya.

"(Y/n)-chan! Ya ampun! Tunggu, tunggu, duduklah dengan benar dahulu ne!" Seru Akari membantu (Y/n) duduk dan memanjangkan kakinya. "Kram... ugh, ini hanya keram saja." Ucap (Y/n) yang sebenarnya tidak apa-apa.

𝙿𝚛𝚎𝚝𝚝𝚢 𝚋𝚘𝚢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang