01. Berbicara

17 3 1
                                    

Di suatu pagi yang cerah di sebuah pesisir pantai hiduplah sepasang suami-istri dengan satu buah hati mereka yang menginjak umur 6 Tahun. Semuanya masih terlihat biasa saja dan menyenangkan tanpa ada sebuah masalah, suami dari istri tersebut adalah seorang koki kapal pesiar besar, dan istrinya dahulu adalah seorang pelukis terkenal. Namun, beberapa hal membuatnya berhenti menjadi pelukis dan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga yang telah disetujui suaminya.

Keluarga tersebut dibilang cukup sederhana, rumah minimalisnya dengan desain perdesaan yang lumayan menyejukkan mata, dan tumbuhan-tumbuhan hijau yang ditanam di pekarangan depan bangunan tersebut terlihat sangat asri nan elok ditangkap netra mata.

Semuanya masih baik baik saja pada keluarga tersebut, hingga akhirnya sebuah tragedi terjadi pada anak kecil berumur 6 tahun tersebut.

Cerita ini dimulai ketika Sean, anak dari pasangan suami istri tersebut datang untuk melihat Lautan.

•°•

Desiran ombak mengulum merdu nan asri di dengar telinga, dengan pemandangan sore hari dimana langit berwarna oranye kemerahan muncul menampakkan dirinya dan matahari yang hampir terbenam, langkah kaki terdengar dari pasir putih yang diinjak, kaki yang melangkah itu meninggalkan jejak kecil dari kaki laki-laki tersebut, dengan tawa riangnya dia nampak seperti terhipnotis dengan desiran ombak dan pantai pasir putih yang menawan.

Laki-laki tersebut seperti amnesia dengan perkataan ibu nya ketika ia pamit bermain bersama teman-teman dia. Berjalan dan berjalan melewati ombak dan membuat kaki yang tak beralas tersebut basah sampai kepada mata kakinya.

Matanya bak sedang terhipnotis dengan keindahan sore itu, seakan-akan laut berbisik pada dirinya,

Wahai anak lautku, kemarilah, kemarilah.

Anak lelaki tadi menjulurkan tangannya seakan-akan ada seseorang yang ingin mengajaknya bermain.

Ayo

Ayo

Bermainlah bersama kami.

Suara suara tersebut terus menerus berteriak ditelinga sang anak, hingga sampai pada pertengahan laut dimana air laut yang sepinggang nya itu menghasilkan ombak dan menghantam tubuh nya dengan keras.

Sean

Sean

Anak lautku, Sean.

Sekali lagi suara itu meneriakkan namanya, suara lembut yang seperti ombak biru pantai yang lembut.

Hingga pada dimana pandangannya menjadi putih dan nampak sekelilingnya juga nampak putih tanpa ada apapun, hanya ada dia.

Suara desiran ombak sekali lagi terdengar dari telinganya, dari arah belakang tangan wanita menampakkan dirinya, tangan yang dingin dan pucat pasi tersebut kemudian merangkul erat leher milik Sean dan berbisik pada lelaki kecil itu.

"Bangunlah anak laut ku, bangun." Kata kata yang nampak seperti menghipnotis keadaan bawah sadar lelaki itu pun membuatnya terbangun dari tidurnya.

Netra matanya sedang berusaha menangkap cahaya dari sekelilingnya dan berakhir nihil.

"Anakku!" Perempuan yang berlebelkan ibu nya tersebut kemudian memeluk erat anaknya dan menangis lumayan dasyat melihat mata anaknya yang memutih.

Sang LautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang