Pada pagi harinya setelah malam panjang itu berakhir, pasangan suami istri itu sedang bermesra ria di pekarangan rumah mereka yang asri, tempat bernaung kecil yang mereka sebut rumah itu mendengar desiran laut biru yang bernyanyi merdu dibawah mentari, sebenarnya apa yang terjadi pada malam gelap gulita itu?
Ketika Keanu yang beraliaskan ayah dari lelaki bernama Sean ini membuka paksa mata anaknya yang dikabarkan mengalami kebutaan total, tiba-tiba dipeluk erat pada punggung tegap nya dan kemudian dirangkul lah leher jenjang nya dan dielus pelan pula rambut lebatnya, sungguh betapa romantis nya kisah cinta mereka.
Sean yang terbangun secara tiba-tiba dari tidurnya merasa bingung dan terkejut tatkala matanya sendiri dibuka.
"I-ibu? Ibu. " Tangan mungilnya itu meraba raba sekitarnya dan matanya menatap lurus kedepan.
Mendengar hal itu ibunya berdehem dan melepaskan rangkulan suaminya itu dan menghampiri sang buah hati,
"Iya nak? Ibu disini, tidurlah lagi ya?" Katanya menidurkan sang anak semata wayang nya itu.
Keanu yang melihat itu kemudian mengecup pelan wajah anaknya, lalu memberi ciuman ringan pada istri kecilnya ini dan diapun berujar pada batinnya.
Untungnya anak ini tidak dapat melihatnya.
Sembari terkekeh dan menginjakkan kakinya pergi dari kamar sang anak, mengganti pakaian nya menjadi pakaian biasa dan duduk dihadapan televisi.
"Suamiku, kenapa cepat sekali pulang? " Datangnya lalu duduk bersebelahan dengan kekasih hidup matinya itu menyenderkan tubuhnya dan menyaksikan acara televisi malam itu dengan tenang dan damai.
"Bagaimana dengan laut kecilku? Sudah tertidur? " Keanu berujar dengan kekehan kecil dibibirnya dan mendekatkan wajahnya menuju wajah sang istri dan tersenyum.
"Sudah lama tidak pulang malah minta jatah ya...? " Aini berkata sembari mematikan televisi tadi dan merangkul leher jenjang suami nya itu.
"Lihat siapa yang bicara. " Dibalasnya dan diangkat menuju kamar tidur milik dua insan itu.
Malam itu adalah malam yang cukup panas bagi pasangan suami istri tersebut.
Kembali pada cerita, pagi itu pada pukul 7 dini hari, Sean Rajendra membuka matanya lalu menginjakkan kakinya, cahaya matahari yang masuk melewati jendelanya serta lautan yang berhadapan langsung dengannya, dia merasakan ketenangan, melangkahkan dirinya menuju cermin lalu menyentuh pantulan dirinya pada cermin datar tersebut dan berujar.
"Sean bisa liat? " Ucapnya, lalu dia melangkah dan terus melangkah menuju pekarangan dimana ayah dan ibu nya berada, tanpa tergesa-gesa dan tanpa panik sedikit pun.
Sean
Seann
Ayo bermain
Ayo bermain
Suara itu datang lagi sekali lagi, telinganya berdenging dan pandangannya sedikit kembali, sebenarnya apa yang terjadi pada anak kecil berumur 6 tahun ini?
Dia terus berusaha berdiri dengan tangannya yang bertumpu pada dinding dan kakinya yang terus menerus melangkah. Dia merintih tetapi tidak bersuara bahkan kerongkongan nya terasa sedikit asin.
Sean
Aku disini
Ayo bermain
Temani aku
Matanya terpejam, tubuh nya yang tidak sanggup lagi menopang berat kemudian ambruk seketika bersamaan dengan hilangnya kesadaran sang Sean.
Kedua pasangan suami istri yang tengah bermesra ria di taman depan rumahnya pun terkesiap terkejut dan bangun kemudian menyusuri arah dimana sang bunyi itu berasal, dan tanpa simsalabim terbaringlah lemas seorang anak laki-laki kecil rupawan yang tengah bersilahturahmi bersama lantai.
"SEAN!" Dengan nada kepanikan miliknya, dia, sang ibunda tercinta dari Sean bergegas berlari kearah tubuh yang tengah terbaik lemah dan lemas seakan-akan tidak bernyawa tersebut.
Selang beberapa menit kemudian, Ayahandanya yang tengah menyetir mobil tersebut berhenti mendadak di pertengahan jalan, ketika itulah, Tsunami besar menghantam penghamparan pinggir pantai tersebut dengan dasyat, hantaman keras tersebut membuat mobil, rumah, apartemen, bahkan hotel bertingkat pun hancur luluh lantah oleh dinginnya manik manik air asin, yang datang menyapa.
Ditengah hantaman itu, terdapat kedua pasangan suami-istri sedang berusaha melindungi putra kecilnya, sehingga membuat mereka berdua menerima seluruh hantaman reruntuhan bangunan yang ada pada saat itu, seluruh daerah tersebut kemudian dibanjiri air asin dari lautan yang biru nampak indah.
Betapa ganasnya, betapa besarnya kejadian yang menimpa mereka, dan orang orang disana, ditengah tengah air yang sedang memuncak, terbangunlah Sean.
Ketika lelaki kecil itu terbangun, dia melihat jasad ibunya yang tengah mengandeng, melindunginya dari semua mara bahaya yang ada, kemudian meninggal dalam keadaan mengenaskan.
Anak kecil yang belum dewasa tersebut merasakan dinginnya tangan sang ibunda lantas memeluknya, dan ketika dia melepaskan pelukannya, jasadnya, jasad sang ibunda, merauk, memunculkan diri ke permukaan, meninggalkan Sean, meninggalkan dia sendirian tanpa kehangatan yang tersisa.
Dan Sean pun, kehilangan separuh cahayanya.
•°•
Hari demi bulan dan bulan demi tahun telah dilalui sang lelaki, sekarang dia telah memasuki umur 15 tahun, berat sedih nya dia lalui bersama ayahanda nya, dia mendapat caci dan makian karena matanya yang tidak dapat melihat, ibunya yang telah tiada, seberapa besar yang dapat kalian bayangkan dari kesedihan yang terjadi pada anak sekecil itu? Menurut kalian bagaimana dia dapat menahan itu semua? Tanpa dapat melihat dunia, tanpa bantuan dan papahan seorang ibu? Yang dapat ia lakukan untuk mengingat ibunda nya adalah dengan melihat indahnya Swastamita yang indahnya seperti sang pelita di gelapnya dunia, walau tidak dapat melihat senja itu sendiri secara langsung, aneh bukan? Bahkan ada seorang yang bertanya kepada pemuda itu.
"Hei Sean, kenapa kamu masih memandangi indahnya senja walau yang kamu lihat adalah kegelapan?" Tanya pemuda itu kepada Sean.
"Karena sesungguhnya, sesuatu yang indah tidak perlu dilihat, dengan merasakannya saja aku sudah tau bahwa itu indah." Dia tersenyum.
To be continue
-----------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Lautan
FantasySean Rajendra, nama seorang lelaki yang lahir dengan dengan kelebihan, yaitu dapat berbicara dengan lautan dan melihat lautan itu sendiri.