⁰⁸- Tidak sendiri

40 10 3
                                    

"Air surut dan pasang. Mereka tidak menyalahkan danau apabila harus menghilang dan air baru menggantikan mereka"

-tertulis Kina





……



Lebih dari yang orang tau, mungkin Yodya jadi salah satu orang yang tau Kama luar-dalam selain keluarga nya. Mereka selalu menghabiskan waktu berdua selama beberapa tahun ini. Teramat banyak cerita yang ingin ia ucap namun sirna bersama pahit kenyataan yang terlontar begitu saja.

Apakah pantas bila ia marah?

Pantas kah ia kecewa atas apa yang terjadi hari ini, padahal itu bukan salah semesta nya? Tidak. Wajar bila Kama berkata tegas akan perilaku Baskara, sebab tanpa bisa ia sangkal lagi-Baskara telah masuk dalam daftar orang yang di beri kepercayaan lebih oleh Kama.

Kini, daftar itu tak hanya berisi Sanu dan Yodya-tapi Baskara juga.

Bohong. Bohong jika Yodya mengatakan ia tidak kecewa-sangat kecewa.

Yodya memang tidak menyangkal bahwa ia pengecut. Namun, kira nya ada yang lebih penting dari rasa nya saat ini. Sebab, dari awal dia sudah tahu jika Kama adalah sosok yang tak akan pernah ia rebut Kebahagiaan nya.

Tapi bila kebahagiaan yang Kama incar sekarang bukan dari diri nya, ia rasa tak rela.

-sebab selama ini ia lah sumber kebahagian Kama.

"Yodya?"

Yodya mengerjap, petikan gitar nya terhenti lalu kepala nya mendongak ke atas. Latar mereka hanya berada di belakang kampus, tepat di bawah pohon mangga yang rindang.

Alis nya menukik, mengingat siapa gerangan gadis di depan nya. Gadis dengan rok pendek selutut dan baju yang nyaris menyingkap pusar nya.

"Lo lupa gue ya?"

Oh, Kina. Gadis yang beberapa saat lalu sempat ia sumpah serapahi karena menjadi biang hukuman nya.

Yah, walau memang bukan sepenuh nya salah gadis itu.

"Lo Kina kan?"

"Oh, lo inget? Gue kira lupa" Kina tersenyum remeh, ia mendudukan diri nya di samping Yodya.

Yodya tak menjawab ejekan gadis di sebelah nya. Ia malah sibuk memetik asal senar gitar nya.

Memainkan melodi antah berantah yang justru mengalun sedih. Mungkin saja efek perasaan yang mendera relung nya.

Menoleh sekilas, Kina tahu pemuda di samping nya hanya mencoba menggambarkan perasaan nya melalui nada-nada abstrak dan kasar yang di ciptakan jemari panjang itu.

Pemuda ini, desas-desus mengenai nya yang bersikap kasar pada Baskara dan Kama di perpustakaan beberapa saat yang lalu, entah mengapa membuat nya gelisah.

Dari yang ia dengar, pemuda itu biasa nya akan bersikap acuh dan membiarkan ucapan buruk mengalir pada nya.

Namun entah mengapa, kali ini pemuda itu terlihat sekali menanggung banyak beban pikiran di otak kecil nya.

Kina tak yakin, apakah kehadiran nya di samping pemuda itu akan membantu. Namun, Kina pikir daripada mengajak nya untuk bercerita-tentang apa yang di pikirkan-akan lebih baik seperti ini.

Petikan gitar terhenti, kepala Yodya menoleh ke arah gadis yang sedari tadi memperhatikan nya.

"Ngapain liat-liat? Terus ngapain duduk di situ?"

Yodya mempertahankan sifat angkuh nya, menatap lurus di depan nya. Tak ada niat sedikit pun untuk kembali melirik Kina di samping nya.

"Terserah gue lah, ini kan tempat umum juga. Jadi suka-suka gue mau duduk di mana"  Kina menyahut tak kalah angkuh. Sejujur nya ia sedikit kaget tadi saat ketahuan memandangi wajah super tampan milik pemuda Ragnala.

Bukan Kuasa Ku✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang