¹⁵-Epilog

43 5 7
                                    

"benar. dunia tidak jahat, tapi pemeran didalamnya yang jahat.bagaikan mengejar pelangi, tak peduli secepat apa kau berlari, maka pelangi itu akan semakin jauh. kini aku sadar, hal yang mustahil, sama hal nya engkau, yang tak bisa ku capai, meski sudah ku usahakan sepenuh hati"

-Ragnala



Tak ada kata perpisahan, tak ada kata usai di antara yodya serta kama. ke dua nya berpisah begitu saja.

Menelisik beberapa tahun yang lalu, Yodya mengambil kesempatan nya untuk pergi terbang ke Jepang.  Berbekal dengan surat rekomendasi serta izin orang tua nya, dia nekat pergi.

Perihal rasa, sejujur nya Yodya enggan untuk berpisah. Karena sejak awal berpisah dengan Kama bukan lah tujuan nya. Namun sebuah keharusan muncul, tentang tanggung jawab penuh emban yang di tanggung penuh oleh pemuda Ragnala tersebut. Tanggung jawab sebagai seorang anak—laki-laki dewasa.

Ragnala Yodya Tohpati mungkin memang bukan seorang yang berbudi luhur baik, atau seorang yang punya privilege istimewa. Dia hanya segelintir manusia biasa yang hanya melakukan kewajiban nya sebagai mahasiswa serta seorang anak.

Dari awal memang tujuan nya datang ke kota ini adalah untuk menghapus nada-nada penghinaan yang sering terlontar untuk keluarga nya. Hingga terkadang ia berfikir hingga bertemu pagi; apa ia sanggup untuk mengangkat kesejahteraan keluarga nya di masa depan? maksud nya, Yodya ini terlalu naif untuk paham jika dunia selalu berputar tak seimbang. Terlebih berandal adalah cap kasar untuk nama nya. Terlalu sulit rasa nya bagi Yodya untuk menghilangkan kesan negatif tersebut.

Berbulan-bulan bahkan hampir satu tahun. Yodya merantau pergi ke negeri orang, menimba ilmu sebagai mahasiswa pertukaran. Menduduki bangku dingin yang kerap kali membuat nya menggigil ketakutan. 

Tak pernah terfikirkan bagi Yodya untuk lepas komunikasi dengan oranh yang mengisi hati nya. Menciptakan jarak yang sangat jauh untuk sekedar tahu bagaimana kabar nya. atau sekedar ingin tahu, apakah ia benar kehilangan atau tidak.

Yodya enggan, enggan sekali untuk merajut kata 'asing' di dalam kamus cinta nya untuk Kama.

Semua nya ia lakukan terpaksa.

Begitu terpaksa hingga rasa nya seluruh hati nya enggan kembali hangat.

"Yodya, lu ada niat balik ke Indonesia enggak?"

Yodya yang tengah melamun, menoleh untuk menatap lawan bicara nya, lantas senyum kecil ia berikan. "
" Ada apa?"

"Kangen Indonesia. Gua kangen makanan jogja, kangen juga sama anak kampus lain nya"

Senyum kecil milik Yodya perlahan luntur, ia menatap gadis di depan nya dengan pandangan campur aduk. Liburan semester adalah hal yang ingin sekali Yodya hindari, sebab pasti akan banyak pertanyaan yang sering terlontar perihal mengapa ia tak kembali singgah ke negara asal nya.

Berbicara soal rindu, Yodya pun juga rindu. Rindu merokok berjam-jam di burjo, atau pun rindu memperhatikan betapa sempurna nya Kama. Ia begitu rindu rasa hangat yang menjalar di hati nya lagi.

Apakah pantas?

Apakah pantas bilamana Yodya kembali seolah tak ada hal yang terjadi. Seolah ia tak pernah kecewa? Seolah ia pergi dengan berpamitan.

Yodya di landa bimbang.

Kina, gadis yang duduk di depan Yodya tersenyum masam. Jelas begitu tahu tentang diam nya pemuda Ragnala tersebut.

Kina mengerti, alasan Yodya tetap mengambil pertukaran pelajar nya hanya untuk menjauhi Kama. Menjauhi pemilik hati pemuda itu. Begitupun Kina, ia rela bersujud pada sang ayah untuk menggunakan privilage nya agar ia juga bisa ikut terbang ke Jepang bersama Yodya.

Iya, Kina sudah memutuskan untuk menjadi seseorang yang egois ingin memiliki Yodya seorang.

"Masih belum ya?" Suara Kina gamang, terapung di tengah atmosfer yang kering.

Menghela nafas, Yodya yang memang posisinya berada di depan gadis tersebut, menarik jemari Kina untuk ia genggam dengan lembut. "Maaf, tapi seandai nya Lu mau pulang, gue bakalan anter ke bandara–gue masih ada beberapa hal lagi yang mau gue lakuin.." Yodya berujar dengan lugas.

Dan Kina dengan polos mengangguk, mengerti "oke, tapi sampai kapan?"

"Gatau, mungkin gue bakalan ikut seminar atau apapun, lama mungkin?" ujar Yodya lagi

Kina menggeleng, meremas genggaman Yodya, "Bukan itu, maksud gue–sampai kapan lo ngehindari negara kelahiran lo?" berbisik, Kina melipat bibir merah muda nya, "Sampai kapan lo jadi sepengecut ini Yodya?"

Maka Yodya terdiam. Hampir saja tersedak dengan ludah nya sendiri saat mendengar ucapan menohok Kina. Yodya bukan nya menghindar atau membenci negara nya sendiri, hanya saja untuk mengingat segala yang terjadi di sana–sakit masih menjadi pondasi terkuat nya.

"gue.." tak mampu melanjutkan ucapan nya, Yodya hanya memejamkan mata nya sekilas,

"Kama, dia kemarin kirim email ke gue" ucapan Kina membuat Yodya segera membuka mata nya, menyorot dengan pandangan sayu.

"–dia bilang bakalan nikah"  lanjut Kina

Bak di sambar petir, hati yodya kembali merasakan denyutan tak mengenakan, Yodya melepaskan genggaman tangan nya pada Kina. Menatap nya dengan tak percaya.

"Bercanda lo ga lucu"

Kina menggeleng, mengirimkan file undangan pernikahan Kama pada ponsel Yodya.

Saat itu dunia yang Yodya perbaiki, Dunia yang Yodya sirami dengan sebongkah kalimat penenang, kini kembali remuk redam.

Nama Kama bersanding di sebuah file undangan, dengan nama perempuan di sana. Bukan seorang Baskara lagi, kali ini ia kalah untuk kedua kali nya.

Yodya paham, dunia berjalan dengan normal. Berjalan dengan semesti nya norma yang berlaku. Tetapi ini adalah hal yang tak pernah sekalipun Yodya bayangkan.

Kama akan menikah.

dengan perempuan pilihan nya..

sedang Yodya, masih di ambang rasa sakit yang kemarin.

Genggaman tangan Yodya pada ponsel nya melemah, tatapan nya menyorot kesedihan juga keikhlasan yang selama ini enggan muncul sembarang.

Kali ini sekali lagi, Yodya kembali jatuh setelah sekian lama mati. Yang kali ini, Yodya benar kehilangan semesta nya. Kehilangan dunia nya.

Beginikah akhir yang Yodya dapatkan? Beginikah akhir yang penulis berikan pada Yodya? Sebuah akhir yang bahkan Yodya sendiri ketakutan menghadapi nya.

Untuk kama yang akan menikah, Yodya titipkan salam dari jepang.

"berbahagia lah, sebab sekali lagi bahagia mu selalu jadi bahagia ku. bahkan jika semesta tidak memberi izin untuk kita abadi dikisah ini, maka di kehidupan selanjutnya temuilah aku lebih dulu, inginku merasakan rayu mu sekali lagi."

End.

Bukan Kuasa Ku✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang