Second

109 10 0
                                    

Tumpukan salju di depan pintu menyulitkan Heewon ketika dia akan keluar. Saat pintunya terbuka, tumpukan salju tersebut malah masuk ke dalam dan mengharuskan Heewon bekerja ekstra membersihkan salju yang menumpuk.

Heewon menghabiskan waktu sekitar 1 jam untuk membersihkan salju yang menghalangi jalan. Gadis itu menyeka bulir keringat di dahinya, asap putih mengepul tatkala Heewon menghembuskan nafas. Heewon ingin berjalan menyusuri hutan sembari menikmati udara dingin yang menusuk tulang.

Tanpa sarung tangan, syal atau perlengkapan apapun untuk menghalau dingin, Heewon melangkahkan kakinya menyusuri hutan.

Lagipula, dia sudah biasa dengan dingin.

Heewon menuruni pegunungan menuju permukiman warga, tiba-tiba dia ingin memakan makanan manusia.

Beberapa warga sedang membersihkan jalan dengan sekop dan anak-anak yang bermain lempar salju atau semacamnya. Heewon tersenyum iri melihat mereka, atensinya teralih ketika melihat selembar uang dengan nominal cukup besar tergeletak begitu saja di atas salju.

Sepertinya Sang Dewa tahu Heewon sedang butuh uang, dengan cepat Heewon mengambil uang tersebut. Berterimakasih kepada siapapun yang menjatuhkan uang itu.

Heewon berlari kecil menuju sebuah kedai makan yang terlihat sepi.

"Permisi.." Heewon disambut oleh nenek bungkuk yang sedang memanaskan sesuatu di dalam teko.

Nenek tersebut membetulkan kacamatanya lalu menarik sudut bibirnya, Heewon tersenyum membalas si nenek.

"Hai Nak, kau mau pesan sesuatu?" Heewon terpaku, dia tidak tahu ingin memesan apa.

Nenek itu terkekeh, lalu menuangkan sup ke dalam mangkuk dan menyajikannya di hadapan Heewon. Asap mengepul tanda sup itu masih panas, sangat cocok disantap saat udara dingin.

Heewon mengerjap, aroma sup itu menggoda indra penciumannya.

"Terimakasih," Ucap Heewon singkat setelah ia duduk di meja makan.

Heewon mengambil sendok dan meniup sup tersebut sebelum memasukkannya ke dalam mulut. Gurih dan pedas kuah sup membangkitkan selera Heewon, sayuran yang terasa segar membuat siapapun pasti ketagihan.

"Ini sempurna."

Heewon dengan lahap menyantap sup kimchi tersebut. Si Nenek memandang Heewon intens, lalu berujar.

"Kau penghuni baru di desa ini, ya? Aku baru melihatmu di sini."

Heewon mengelap bibirnya, "Eum, aku hanya mengunjungi saudaraku disini, Nek."

Si Nenek hanya ber-oh ria. Nenek tersebut menghidangkan secangkir teh hangat selepas Heewon menghabiskan supnya. Heewon berterimakasih lagi atas secangkir teh hangat.

"Mengapa kau tidak menggunakan syal? Di luar begitu dingin." Heewon menggeleng.

Si Nenek belum menyerah mencari topik.

"Beberapa waktu lalu sebelum kau kemari, ada seorang remaja yang sempat singgah dan mengatakan hal yang sama denganmu." Ucap Si Nenek seraya tersenyum kecil.

"Dia bilang bahwa dia juga sedang mengunjungi saudaranya di sini, tapi dia singgah sebentar untuk minum teh. Saat dia ingin membayar uangnya tiba-tiba hilang, jadi aku gratiskan saja minumannya." Si Nenek bercerita.

Heewon mengerutkan alisnya, pikirannya tertuju pada uang yang ia ambil di jalan tadi. Heewon merogoh sakunya lalu menyerahkan uang tersebut.

"Aku bayar ini sekaligus minuman yang remaja tadi minum." Heewon merasa sedikit bersalah.

S N O W [Leon X Heewon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang