[I]

94 14 1
                                    

"Diamlah dan duduk disini"

Seorang pria berbadan kekar menepuk pundak seorang lelaki 15 tahun dengan keras hingga ia berdecih.

Rasanya si pemuda yang bernama jiwoong benci sekali dengan keadaan yang dihadapinya saat ini, dimana ia harus melihat para bangsawan bahkan ia tidak tau acara apa yang harus ia tonton kali ini.

(Ilustrasi area teater pertunjukan bangsawan)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ilustrasi area teater pertunjukan bangsawan)

Omong-omong tentang bangsawan, hidup mereka hanya sex dan berjudi lalu membakar uang pajak untuk jamuan-jamuan tidak berguna. Namun apa daya, setiap jiwoong mencoba untuk berdiri, ayahnya akan menarik celana dan mempermalukannya di depan penonton lain.

Pikiran jiwoong berkecamuk, panas area dan saut menyaut penuh dengan para lelaki bertelanjang dada. Hal ini karena pakaian agak susah didapat bagi kalangan mereka, hanya bangsawan yang memakai kain menutupi tubuh bagian atas.

"Akhirnya aku mendapat anugerah untuk melihat wajah putra mahkota, aku mungkin telah menyelamatkan banyak nyawa pada kehidupanku sebelumnya"

Dua pria yang terlihat sedang memegang botol miras itu saling berbisik dan menepuk pundak satu sama lain. Oh Tuhan maafkan jiwoong karena telah menguping tapi ia jadi tau bahwa ini adalah acara penunjukan putra mahkota. Itu artinya ini menjadi pertama kalinya mereka menghadap ke publik. Pantas saja ayahnya begitu semangat hingga tersandung-sandung di jalan.

Ya tidak heran kenapa acara ini begitu meriah dari biasanya, kerajaan sangat ketat terhadap putra mahkota, bahkan gerbang-gerbang ditutup rapat semenjak mereka lahir. Orang-orang kerajaan hanya keluar untuk sekedar berjudi dan hura-hura, sedangkan untuk kelas bawah, hanya yang beruntung dapat memasuki pelataran kerajaan.

Jiwoong paham kata ayahnya, hal ini karena putra mahkota dipercaya membawa anugerah. Kelahirannya begitu sempurna dan fisiknya juga begitu sempurna.

Putra mahkota dari kerajaan lain sudah berdatangan, mereka kini duduk di singgasana emas yang tentunya sangat berjarak dengan  kaum bawah. Badan mereka kekar dan bersih.

Salah satunya adalah pangeran hanbin, ia sangat tampan. Rambutnya yang kebiruan berkilau dibawah terpaan cahaya matahari siang ini. Pangeran Hanbin dikenal dengan rasa tidak senangnya dengan kerajaan ini, setidaknya itulah yang jiwoong dapat. Ia juga tidak ingin tau lebih, sekali lagi, jiwoong tidak akan pernah menyukai bangsawan.

"Kami ucapkan selamat siang kepada para pangeran yang bersedia untuk datang saat ini, silahkan nikmati jamuan yang ada"

Jiwoong mulai mendengarkan dengan malas.

"Pangeran Jeong-hyeon dari kerajaan Aseatha, bagaimana perasaan anda saat ini?"

Oh? Jiwoong menelengkan kepalanya ke samping. Jadi dialah yang dikenal dengan sebutan si skakmat, pangeran yang tidak pernah kalah dalam berjudi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For Life To The Death [Ppusamz, Haobin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang