Di sebuah lapangan, semua orang mengelilingi lapangan. Ada gadis remaja, pria, anak kecil, ibu-ibu dan bapak-bapak juga ada. Kerumunan itu sangat ramai dan banyak juga yang bertepuk tangan.
Moon dan Jarel berjalan ke arah kerumunan itu. Moon dan Jarel melihat seorang pemain basket yang sangat tampan, dan dia berkali kali melakukan dunk dan mencetak poin beberapa kali.
"Wah hebat banget gila, tuh cowok tinggi banget ya Moon?"
Moon hanya menatap ke arah Jarel. Terus nganggukin kepalanya doang. Tuh cowok emangnya seganteng apa?
Setelah beberapa menit, akhirnya permainan basket berakhir dan para pemain basket itu duduk dan beristirahat.
"Jarel pulang ayo"
Jarel berdecak kesal "Nanti aja, gua masih mau ngeliatin tuh cowok"
Moon hanya diam saja, dia menatap ke arah pria berbadan tinggi itu. Tanpa sengaja mereka melakukan eye contact, dengan cepat Moon langsung memalingkan wajahnya. Wajahnya tersipu malu.
'Dia memang tampan' Ucap Moon dalam hatinya
Namun, pria itu malah mendekati Moon dan Jarel. Jarel langsung menepuk pundak Moon
"M-moon! Liat deh! Dia ke arah kita kan??"
Moon langsung membelalakkan matanya dan menatap ke arah pria itu, benar saja dia berjalan ke arah mereka berdua.
'D-dia marah?' Moon menatap pria itu ketakutan dan segera berlari.
Jarel menatap bingung "L-loh? Moon?? Mau kemana?"
Moon terus berlari dan berlari hingga akhirnya dia tersesat. Dia mulai melihat ke sekitar, apakah dia mengenali tempat ini. Dan akhirnya dia duduk di sebuah bangku taman dengan kekecewaan. Dia.. tersesat.
Moon mencoba menelepon Jarel, namun ponselnya mati.
Moon mulai terisak dan menangis "Hwaa.. Kenapa hidup Moon sial banget sih"
Saat Moon mulai menangis, seseorang menepuk pundaknya. Moon menoleh
"Hai?"
Moon sontak terkejut karena itu adalah pria pemain basket yang berbadan tinggi tadi. Moon ingin kembali berlari, namun tangannya sudah di cekal duluan oleh pria itu.
Moon semakin menangis ketakutan "Hwaa.. Maafin Moon! Moon gatau kalo kamu gasuka di tatap! Hwaa!"
Pria itu menatap Moon dengan bingung, setelah beberapa menit dia diam dan hanya terdengar isakan Moon, pria itu tertawa terbahak bahak. Moon melihatnya dengan kaget, sempat mengira bahwa orang itu adalah orang gila.
Pria itu memegangi perutnya yang sakit karena tertawa terbahak bahak.
"Apa kamu orang gila?" Tanya Moon dengan polos
Pria itu semakin tertawa hingga air mata keluar dari matanya. Moon menatapnya takut "Hwaa!! Mama ada orang gilaa! Lepasin Moon!"
Moon mulai menangis lagi, lalu kemudian pria itu menarik Moon mendekat ke arahnya.
"Nama lo Moon? Nama lo cantik.. Gua bukan orang gila. Gua pemain basket, Nama gua Sun"
Moon menatap pria itu dengan bingung "Jadi kamu bukan orang gila?"
Sun menggeleng, Moon hanya terdiam dan mengangguk
"Lo cowok?" Tanya Sun
Moon mengangguk "Iya.. Aku cowok"
Sun menyeringai "Kayak cewek. Cantik"
Moon langsung cemberut "Gausah panggil Moon cantik!"
Sun tertawa lagi "Lo lucu, gua boleh minta nomer telepon lo?"
Moon menatap curiga ke arah Sun dengan memicingkan matanya "Mau ngapain minta nomer Moon?"
"Siapa tau, gua bisa jemput lo kalo lo mau kemana gitu"
Mata Moon berbinar "Kamu mau jadi supir Moon??"
Sun menyeringai "Tapi ada syaratnya"
Moon langsung berdecak kesal "Kenapa harus ada syarat? Apa syaratnya?"
Sun menyeringai semakin lebar "Lo harus jadi pacar gua."
"Hah?"
...
Wait for the next chapter!🎉
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun & Moon
Teen FictionSun seorang pemain basket yang sangat tampan dan populer di pertemukan dengan Moon yang polos? "Lo tau? Lo indah, kayak bulan" -Sun "Dan kamu kayak Matahari, selalu bersinar di hariku" -Moon ... It's a happy ending? Or a sad ending? Tergantung alur...