Namaku Cora Ophelia,
Sebuah nama pemberian ayah yang cukup langka, ada harapan besar dibalik nama itu. Cora "Gadis" dan Ophelia "bermanfaat", Gadis yang bermanfaat. Walau artinya baik, nyatanya nama itu begitu membebaniku. Ya, harapan dari orangtuaku agar aku menjadi gadis yang luar biasa bermanfaat untuk banyak orang. Kenapa itu membebaniku? Apa aku egois? Kurasa tidak. Hanya saja aku sudah lelah menjadi wanita baik yang entah kenapa orang lain tiada henti-hentinya memanfaatkan kepolosan dan kebaikanku untuk kepentingan mereka sendiri. Baik itu dalam percintaan, pertemanan, atau apapun itu.
Aku sudah 25 tahun, tapi aku belum bekerja, apalagi menikah. Hubungan percintaanku cukup rumit. Dan akhir-akhir ini penyakit secara bergantian mengunjungiku. Walau tidak parah tapi itu cukup membuatku hafal tempat-tempat berbagai macam spesialis didaerahku, mulai dari spesalis kulit, gigi, THT, Obgyn ataupun mata. Apakah ini definisi remaja jompo? Yang pasti itu menguras uangku. Dan satu hal yang paling penting untuk kusadari adalah sakitku bukan karna umurku yang bertambah tapi dikarenakan ketidakmampuanku dalam mengendalikan stress yang entah bagaimana mengundang semua penyakit itu. Terimakasih tuhan karna memberiku petunjuk.
Ya, bisa dibilang aku gadis yang banyak pikiran. Walau aku dikenal sebagai gadis yang berprestasi dan cukup cantik, nyatanya aku hanyalah gadis yang tak mampu mengontrol emosiku sendiri. ketidakterbukaanku pada kekurangan (perfeksionis) membuatku bersikap intoleran terhadap kesalahan. Dan itu membuatku merasakan emosi ataupun pengalaman seperti depresi, anxiety, ketagihan dan life-paralysis (melewatkan banyak peluang karena terlalu takut untuk membuat keputusan dalam ketidaksempurnaan).
Tidak hanya itu, sebenarnya masih banyak emosi dan pengalaman negatif lain yang kurasakan. Hal itu dikarenkan ketidakmampuanku dalam mengendalikan emosi yang bersumber dari mindsetku yang salah dan terlampau berisik.
Tapi aku.. Cora.. ingin sembuh, Cora ingin hidup lebih damai dan bahagia. Jadi, inilah perjalan Cora untuk sembuh. Bukan dari penyakit fisik yang bersifat kronis tapi dari paradigma pemikiran yang begitu beracun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan untuk sembuh
Non-Fiction"Aku menerima segala kekuranganku seperti aku menerima segala kelebihanku". Terdengar sederhana, tapi nyatanya sulit untuk dipraktekan, sangat sulit. Masa lalu yang menyakitkan dan masa depan yang begitu tidak pasti, akankah aku mampu melalui semua...