Ketika Khayalku menjadi Adiksi

2 1 0
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 8 Pagi dan aku baru terbangun dari tidur. Kulihat ponselku untuk memastikan bahwa benar hari ini tidak ada kegiatan yang penting.

Aku bergegas membersihkan diri karena suhu hari ini sangat panas padahal masih jam 8 pagi. Lalu ku duduk dibalkon kamar dengan membawa roti dan segelas air minum. Untuk menyelesaikan tugas kuliah yang menumpuk.

Saat ingin melihat tugas apa saja yang ada di buku kecilku, aku melihat 3 kata

Monster, tangis, aku...

POV ON: MASUK KEDALAM KHAYAL

Saat bencana itu terjadi ada monster yang terkurung didalam diriku. Monster itu berbahaya tapi aku menganggapnya teman.

Monster itu mulai mempertanyakan wujudnya. Kenapa aku tidak menakutkan? Kenapa aku terlihat seperti pelangi? Yang ada setelah kesedihan melanda. Aku monster tapi kenapa aku tidak bisa  berlagak seperti monster. Pikirnya....

Si Monster :
Aku ingin merusak dia sebagaimana mestinya agar dia bisa melanjutkan hidup yg baru. Tapi dia malah melakukan sesuatu yg membuat hidupnya lebih dari kata rusak. Dia seperti Si peri yg terjebak dalam lingkaran monoton (menemukan orang untuk dibantu - menyelamatkannya - membuat mereka bahagia - lalu pergi) tepatnya hidup dia hanya untuk orang lain bahagia, tugasnya tidak pernah berhenti dia tidak akan mati dan dia tidak akan pernah bahagia. Sangat miris hidupnya dibandingkan Si nenek sihir karena tidak ada pegangan yang pasti.

Tapi didalam tubuhnya aku mempunyai teman seperjuangan Tangis namanya. Si Tangis lahir bersama manusia ini. Tapi ada 1 Tangis yang tak pernah dia gunakan.  Si Tangis karena Aku Si Monster. Padahal Si Tangis takut kepadaku tapi dia tidak pernah dijauhkan dariku. Bahkan suatu ketika saat Si Tangis sangat-sangat tidak tahan denganku dia nekad lari menjauhiku.

Kalian penasaran apa respon Si Dia? Dia buru-buru mendorong masuk Si Tangis yang lari secara tidak sengaja dan tersenyum lebar lalu mengirimkan sinyal ketempat kami "Wahai Tangis jangan lari kamu tidak mempunyai alasan untuk menjauhi Si Monster, kamu bahagia disana" Yah begitulah.
Apa kalian tau kenapa Aku Si Monster Menganggap Si Tangis itu teman seperjuangan?

Si Tangis :
Hai! Aku Tangis musuh Si Monster. Sebenarnya aku bisa melawan Si Monster dan membantunya keluar dari Si Dia. Tapi Si Dia selalu berlaku tidak adil denganku dan Si Monster. Padahal niatku baik yaa walaupun caraku dapat menghabiskan suaranya dan membuat lingkaran hitam dimatanya tapi itu hanya sebentar bukan?

Daripada otak dan jaringan tubuh yang lainnya rusak akan sulit memperbaikinya dan akan berlangsung lama. Tapi Si Dia telah melewati jalan yang salah. Dan kami semua menderita. Bahkan Si Monster yang seharusnya hanya sebentar membuat kekacauan disini menjadi penyebab wabah itu untuk selamanya.

Si Monster :
Iya aku sudah tidak tahan, ini jalan satu-satunya agar dia sadar. Aku melepaskan racun kedalam otaknya agar otak mengirimkan sinyal kepadanya.

Si Tangis :
Alhasil aku keluar tapi Si Monster masih tidak dapat keluar. Apakah ini jebakan Si Monster?

Si Monster :
Bisa dibilang begitu. Dia masih belum mempunyai pegangan, hidupnya masih dalam dunia Peri.

Waktu demi waktu Aku mulai keluar dari dunia Peri

BRAKKK, Pintu teras terbuka dengan kencang karena angin sore. Kulihat langit biru tadi sudah menjadi senja yang gelap...

POV OFF

Kulihat ponsel ternyata sudah pukul 6 Sore, diriku menghela nafas dan bergumam... "kumat lagi..."

Aku bergegas masuk kedalam kamar dan membereskan buku-buku yang tidak tersentuh sama sekali selama berada di balkon.

Kemudian, aku pergi ke dapur dan seperti yang kuharapkan tidak ada siapa-siapa.

Setelah selesai memasak makanan untuk malam itu, ponselku berdering. Ternyata ada banyak panggilan tidak terjawab dari orang yang sama dan ada banyak pesan dari orang-orang yang kukenal.

"Padahal tadi aku cek ponsel untuk liat jam, tapi kenapa baru saja ku liat pesan-pesan ini" aku bergumam sendiri sembari masuk kedalam kamar.

Pesan dari Cowoku:

Hei, kamu kemana aja? Tidak apa-apa kan? Ngapain aja hari ini? Tugasmu udah selesai? Apakah sudah makan? Aku tau ini hari libur tapi kenapa tidak ada kabar darimu sampai selarut ini? Mau telpon malam ini?

Aku membalas tiap pesan darinya dan pesan-pesan orang lain.

Kemudian aku menerima telpon darinya, dan dia bercerita tentang kehidupannya yang campur aduk itu. Aku hanya mendengarkannya dengan seksama dan sesekali mengiyakan ceritanya.

POV ON

Malam ini kita ada tempat untuk berlindung dari badai yang mengerikan dan monster yang meneror kita (bukan hanya meneror dia juga tidak segan untuk melukai kita) yaa, aku tau itu... (aku bingung dia adalah kita tapi kenapa dia tega menyiksa kita? )

Mungkin karena kesalahan dari kita juga yang menciptakan monster itu... (mungkin, aku harap kita dapat menjaga dan merawat rumah ini, agar tidak menemui monster yang lainnya)
Iyap, kamu benar.

Untuk rumah kita yang pertama semoga juga yang terakhir.

Terimakasih karena sudah melindungi kami dari monster itu, tahukah kamu, kami hampir kehilangan arah dalam kabut yang diciptakan monster itu. Tapi karena kehangatan yang kamu berikan membuat kami tahu jalan pulang.

Walau kami sudah kelelahan dan mendapatkan luka, kamu masih mau membuka pintu dengan mudah untuk kami.

Padahal, kamu juga lelah karena sedang digerogoti oleh rayap yang ada di atap. Kami mohon bertahanlah, kami berusaha untuk membuatmu melupakan rasa sakit itu, kami selalu berusaha untuk menenangkanmu, kami selalu ingin mengobati luka-luka itu agar kamu tidak hancur lebur dan menjadi monster.

Terima kasih, karena sudah menjadi rumah kami dan sudah menyayangi kami.
Maaf, karena terlalu banyak merepotkan mu dan masih sering tidak percaya kalau kamu rumah yang baik.

Satu yang harus kamu tahu, kami sangat menyayangimu. Kami juga bisa menjadi rumah mu, tolong percaya pada kami dan jangan sungkan untuk berbagi cerita.

POV OFF

Grrrr... Suara dengkur dari cowo itu membangunkan ku dari dunia fana itu. Kulihat kami sudah terhubung telpon selama beberapa jam lamanya.

"Capek, kenapa selalu kambuh. Aku merasa bersalah, dia anggap aku dunianya. Sedangkan aku masih mencari duniaku" aku bergumam sendiri lagi...

Melalang Buana mencari cerita nyataku sendiri. Untuk memulai torehan tintaku sendiri dikertasku sendiri tanpa bayang-bayang cerita orang lain memiliki tujuan yang jelas dan pegangan yang kuat untuk diriku sendiri.

Berbagai cara kulakukan, berbagai macam kertas dan tinta yang kubeli dari toko sudah kucoba berbagai macam kertas dan tinta yang kutiru dari toko juga sudah. Awal mula semuanya berjalan lancar tapi pasti ditengah-tengah kertas itu robek ntah tintanya yang bocor ntah macet ntah habis. Itu semua karena aku masih belum mempunyai pegangan yang kuat. Tidak ada pegangan yang dijual tidak ada pegangan yang dapat kutiru.

Aku dikelilingi dengan dongeng indah orang lain yang masing-masingnya memberi ku tempat untuk sementara agar aku bisa membangun dunia ku sendiri. Hanya sebentar duniaku muncul lalu runtuh rata dengan tanah. Mencoba terus mencoba tetap tidak dapat aku mendapatkan kunci emas itu. Dimana tidak ada yang tau.

Rasanya aku ingin ikut rata dengan tanah itu, padahal masalahku sudah hilang bayang-bayang masalalu sudah lenyap.

Tapi kenapa?
Kenapa, aku masih belum bisa menemukan jati diriku dan terjebak didunia fana ini...

KhayalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang