1. Berita Besar

55 10 0
                                    

"Jadilah pemberani."

°°°

"Hey! Berikan itu padaku!" Teriakan melengking berasal dari pemuda berjubah cokelat tua. Sedang susah payah mengejar langkah kaki seorang teman yang baru saja merampas buah apel miliknya.

"Coba saja kalau kau bisa!"

Jisoo, yang baru saja ditantang seperti itu oleh Mingyu spontan berlari dan menjambak rambut lelaki yang lebih tinggi dari dirinya, membuat Jisoo yang tidak siap akan itu sampai terjatuh ke belakang dengan posisi -yang sialnya- menindih tubuh Mingyu.

Mereka berdua saling mengaduh kesakitan terutama Jisoo yang kini sudah mengeluarkan seluruh kosakata penuh amarahnya.

Sementara itu, pemuda lain yang sedari tadi berjalan tenang di belakang mereka menyaksikan pemandangan yang bukan lagi menjadi hal mengherankan sebab dua sahabat itu memang selalu begitu.

"Tidak bisakah kalian tenang sedikit?"

Seungcheol, melirik teman-temannya yang kini tumpang tindih di lantai lorong kerajaan.

Paham situasi ini tidak akan berakhir dalam waktu cepat, terbukti dengan Mingyu yang kini sudah berakhir mengenaskan oleh tangan Jisoo yang tak henti menjambak rambut pemuda tersebut, Seungcheol mau tak mau turun tangan dengan segera menarik jubah panjang Jisoo.

Cukup sulit memisahkan mereka berdua, sebab Jisoo yang tidak main-main kuatnya, Seungcheol terkadang heran bagaimana bisa omega bertubuh mungil ini memiliki kekuatan setara dengan para tukang pukul.

"Aku bahkan bisa memukulmu hingga terpental sampai ke pusat kota jika aku mau."

Begitu ucap Jisoo kala suatu hari Seungcheol mengatakan jika tenaga ia mirip tukang pukul. Menyeramkan.

Cukup lama membuat keadaan di antara mereka bertiga -terutama Jisoo dan Mingyu- kembali kondusif, sampai tak lama suara langkah kaki berlari terdengar di telinga mereka.

Rupanya seorang adipati, berhenti di hadapan mereka dengan nafas tersengal-sengal yang membuat ketiganya bertanya-tanya tentang sudah berapa lama dia berlari sampai lelahnya seperti itu.

"Tenangkan dirimu dahulu, Kim." Ujar Seungcheol

Kim Jiwoong, berusaha mengatur nafasnya dengan susah payah, diambilnya sapu tangan untuk menyeka peluh yang juga mengalir dari keningnya.

Jisoo mengernyit, memperhatikan Jiwoong dari atas ke bawah dengan saksama, lantas berkata. "Kau ini, lari sampai sebegitunya seperti sedang ada peperangan saja."

Mingyu yang mendengar celetukan dari bibir teman ributnya tak segan menjambak kecil rambut Jisoo. "Bicaramu macam tidak pernah belajar tata krama kerajaan."

"Bisakah kalian berdua diam?" Tegur Seungcheol sebelum keributan yang baru saja tenang tadi terjadi kembali.

Tidak ada yang berbicara sampai Jiwoong membuka suara.

"Izin menyampaikan sebuah pesan, bahwasannya Putra Mahkota Choi Seungcheol berserta para ksatria sekalian diundang Yang Mulia Raja ke aula pertemuan."

°°°

Pintu besar aula terbuka, memperlihatkan aula yang ternyata sudah terisi oleh banyak orang yang sebagian besar adalah para ksatria terbaik kerajaan.

Datangnya mereka bertiga cukup membuat banyak pasang mata memberikan atensinya terutama untuk Choi Seungcheol, sang putra mahkota.

Seungcheol bersama kedua temannya mencari tempat untuk duduk, Jisoo dan Mingyu sedari tadi berisik bertanya-tanya perihal sebab dari dikumpulkannya mereka.

Lucerna • The Real Serenity || JeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang