2. Kedatangan

53 10 2
                                    

"Yoon Jeonghan?"

Seluruh negeri bersiap, kabar terkait persiapan berlatih sudah menyebar pada setiap kerajaan, para ksatria terbaik yang orang-orang sebut para tangan emas yang paling utama dikirim ke Kerajaan Signo untuk mulai berlatih lebih dalam, nantinya merekalah yang akan memimpin pasukan saat perang. Sisanya akan tetap berlatih seperti biasa di kerajaan masing-masing.

Kurang lebih setiap kerajaan masing-masing mengirim sekitar dua puluh ksatria, dengan jumlah lima kerajaan di negeri ini berarti total akan ada seratus ksatria yang akan berlatih termasuk Kerajaan Signo itu sendiri.

Kerajaan Signo dipilih menjadi tempat pelatihan para ksatria bukan tanpa alasan, letaknya yang paling ujung di atas pegunungan hijau membuat kerajaan tersebut memiliki luas wilayah yang paling besar di antara kerajaan lainnya, bentang alam yang menjanjikan sebagai tempat untuk berlatih, suhu udara yang cukup baik sebab tidak akan terlalu panas seperti Kerajaan Orton di pesisir pantai atau terlalu dingin seperti Kerajaan Oakley di dekat pegunungan salju.

Suasana kerajaan yang juga terbilang lebih kondusif dan nyaman menjadi alasan penting mengapa kerajaan tersebut dipilih, bukan seperti Kerajaan Aru tempat di mana Seungcheol berpijak yang berperan sebagai ibu kota negeri hingga menjadi daerah paling vital dan sangat ramai.

Seungcheol sudah selesai berkemas kemarin, dan esok hari tepatnya setelah fajar mereka semua akan berangkat. Saat ini ia sedang makan siang bersama dengan ke dua puluh ksatria terpilih, bersama raja, ratu, dan juga para petinggi kerajaan.

"Sebagai yang terpilih, kerajaan sangat berharap kalian semua dapat dengan sungguh-sungguh berlatih." Raja membuka suara.

"Perang bukanlah lelucon semata, tidak ada waktu untuk bersantai dan menganggap ringan sebuah perang yang sudah pasti akan terjadi. Siapkan diri kalian sebaik mungkin, Kerajaan Aru akan terus mendukung kalian." Sambung Raja.

Makan siang selesai dengan sisa-sisa puding anggur di setiap piring, semua ksatria beranjak untuk lanjut berkemas dan istirahat, besok akan jadi hari yang cukup melelahkan.

Choi Seungcheol tak langsung kembali ke kamarnya, ia melenggang pergi ke arah barat daya kerajaan jaraknya cukup jauh dari ruang makan istana dan lebih dekat dengan lapangan panahan.

Genggamannya mengerat pada gagang pintu besar yang ada di hadapannya, mendorong dengan cukup hingga ruangan tersebut terbuka lebar dan menunjukan setidaknya belasan lemari dan tiang-tiang yang berisikan senjata.

Mulai dari busur dan anak panah, pedang dengan berbagai macam panjang juga bentuk, tombak-tombak dengan ujung beracun, pun zirah tersimpan apik pada lemari kaca sana, sampai ke yang paling kecil namun cukup mematikan derai saka-senjata bersejarah milik Kerajaan Aru.

Bentuknya persis seperti bulu angsa, putih bersih bulunya indah, ujungnya runcing dan bagian itu yang paling mematikan.

Hanya ada satu, satu-satunya yang diletakkan pada kotak kaca di tengah ruangan sana, beralaskan bantal merah dengan renda emas, dikunci dengan gembok yang kuncinya hanya dimiliki anggota inti kerajaan, cukup menandakan seberapa berharganya derai saka.

Senjata suci derai saka.

Tak ada yang bisa menggunakan senjata itu, sekalipun Choi Seungcheol yang merupakan Alpha Sirius. Hanya seorang yang diutus oleh Dewi Bulan, entah siapa karena itu sebuah rahasia. Terakhir kali setahu Seungcheol derai saka dimiliki dan dapat digunakan oleh Alpha Sirius sebelum dirinya. Tapi entah mengapa, sampai sekarang belum ada lagi yang bisa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lucerna • The Real Serenity || JeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang