57. Jeff's Daughter

17.2K 1.4K 82
                                    

“Halo?”

Suara itu membangunkanku dari tidur siangku. Aku sangat kelelahan setelah beberapa—entah berapa ronde bercinta dengan Harrold. Selangkanganku terasa begitu pegal.

“Serius? Di mana dia sekarang?” seraknya suara si Tampan ini menyita perhatianku. Aku menoleh ke arahnya yang mengerutkan kedua halisnya serius. Apa lagi setelah ini? Aku setengah bangun untuk menguping sesuatu di ponselnya. “Aku akan ke sana. Aku akan ada di sana sesegera mungkin.” Dia membuka selimut dari tubuhnya dengan terburu-buru lalu bangun dari posisinya dengan ponsel yang masih menempel di kupingnya. Beberapa detik kemudian, ia mematikan ponselnya lalu melempar ponsel ke atas ranjang. Sampai ia menyadari sesuatu.

Ia menoleh ke arahku dengan tatapan bingung.

“Brit?” panggilnya dengan nada yang tak terprediksi olehku. Aku menyahut panggilannya dengan tatapan yang melongo. “Apa yang kaulakukan di sini? Um—maksudku sejak kapan kau di sini? Aku tak ingat tidur denganmu.” Baiklah, lelaki ini Harry. Aku tidak boleh asal bicara.

“Aku seharian ada di sini Sayang. Tadi tiba-tiba saja kau merasa pusing, jadi aku membimbingmu masuk ke kamarmu. Karena aku kelelahan, aku juga berbaring di sebelahmu dan akhirnya aku ikut tidur bersamamu. Tidak apa-apa kan?” aku harap Harrold tidak mengirimkan sinyal pembaca pikirannya pada Harry. Aku memang tidak berbohong pada Harry, tadi ia memang kembali memaksa Harrold keluar dari jasad Harry. Aku juga yang mengantarnya ke kemarnya. Hanya saja saat ini aku tak dapat berhenti memikirkan hubungan terlarang kami beberapa saat yang lalu.

Harry masih termenung di sana. Aku melirik jam dinding yang menunjukkan waktu pada 7.00 pm. Wah, tidak terasa sekali.

“Harry?”

“Ya, tentu tidak apa-apa. Kau ini.” Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali seperti pusing. Mungkin ia benar-benar pusing. “Aku tak dapat mengingat apa pun. Aku juga merasa sangat lelah.” Katanya. Kupikir aku saja?

“Istirahat Sayang.” Aku turun dari ranjangnya dan menghampirinya menatapnya begitu ironi. Apa aku sudah sangat jahat menggunakan tubuh Harry untuk memuaskan birahiku?

“Mmmhh... tidak—tidak. Aku harus menemui seseorang.” Klarifikasinya membuatku mengerenyit heran.

“Siapa?” ia terdiam sebentar lalu menatapku begitu dalam.

“Kau takkan menilaiku salah kan?” pertanyaannya lagi-lagi membuatku kebingungan.

“Tentu saja tidak. Siapa yang akan kau temui?”

“Ayahku Des. Dia menyusulku ke sini. Aku sangat senang ia masih ingin bertemu denganku. Mom memberitahuku jika aku boleh bertemu dengannya hanya saja aku harus berhati-hati kalau-kalau Dad masih bajingan seperti dulu.” Katanya dengan nada yang amat bergetar. Di otakku tiba-tiba terbesit seorang anak lelaki tampan tak berdosa harus menerima kenyataan ayahnya dibui karena kesalahannya yang begitu fatal. Ia harus melewati semuanya sendirian, hingga ia berdoa pada Iblis untuk menemaninya hidup.

“Boleh aku ikut?” kini Harry yang mengerenyit.

“Aku takut kau kenapa-napa.” Ia membelai rambutku dengan sayang. Oh aku menjadi begitu merasa bersalah telah mengkhianatinya. Aku mengatakan aku tak mencintainya, aku juga mengatakan aku mencintai Harrold. Tenang Brit! Itu hanya permainan dan itu sudah berlalu. Pada kenyataannya adalah kau sangat mencintai Harry. Batinku menenangkan.

“Tidak. Justru aku yang takut kau kenapa-napa.” Setidaknya aku masih bisa melakukan sesuatu jika Harrold tiba-tiba datang dan membuat kerusuhan nantinya. Aku tak mau merusak momen di mana Harry ingin sekali bertemu dengan ayahnya yang sangat ia rindukan. Ia tersenyum pahit menghadapiku lalu memelukku ke dalam dekapannya. Aroma yang aku rindukan. Aku baru saja memandikannya memakai sabun pemabuk cintanya.

(TERBIT) Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang