" Hei! jangan lari lari sheina! "" ayo kak kejar sheina ! hahahah kakak ga bisa nangkap aku " teriaknya kencang. Sudah kesekian kalinya sheina berlari kesana kemari mengintari penjuru cafe milik mamanya itu. untung saja cafe lumayan sepi pengunjung, dikarenakan belum masuk jam makan siang. Mungkin sebentar lagi akan ramai?
" aduh, sheina udah dong lari larinya kakak cape nih " ucap gue kepada sheina yang tengah asik tertawa mengejek . jujur saja nafas gue rasanya mau berhenti detik itu juga, sesak banget anjir. Kadang gue suka heran sheina ini titisan siapa sih?!
" Ah kakak ga asik ! Pokoknya kakak harus tangkap sheina dulu, baru sheina berhenti " ujarnya sembari menjulurkan lidah kearah gue yang lagi mengatur nafas dikursi cafe. Lihat tuh, masih aja gak mau dengar omongan gue. huh! Gue gak mau ambil pusing,melihat tingkah sheina saat ini. gue mulai melihat jam tangan mungil di tangan kiri gue yang saat ini sudah menunjukkan angka setengah 12 siang, gue mulai bergegas untuk pergi kedapur menyiapkan bahan serta alat yang akan gue pake nantinya. Urusan dapur memang tanggung jawab gue, tapi ada juga sih tukang masak yang lain. Kata mama biar gue ga keteteran, padahal gue bisa kok, bisa puyeng maksudnya hehe. Kenapa gue pengen jadi tukang masak? Ya karena hobi gue lah! Ya walaupun ini berbahaya sih tapi namanya suka mau bagaimana lagi, ya gak sih? Jadi, lo pada jangan sesekali meragukan masakkan gue!
bugh!!
" Aduh ! " pekik sheina.
Saat sedang asyik bersenandung ria sembari mengelap piring kaca, gue terkejut mendengar suara yang familiar bagi gue, tapi suara siapa ya? Kayakk suara.. anjing sheina!! Gue buru buru kedepan untuk mengechek apa yang sebenarnya terjadi kepada sheina. Saat gue menuju kedepan, gue tiba tiba berhenti. Kenapa? Ya gue melihat sheina tersungkur di depan pria yang sedang membantu sheina berdiri di pintu. Tetapi siapa pria itu?
" Aduh, maafin abang ya dek. Adek gapapa kan? Ada yang luka? " tanya pria itu sembari mengendong sheina yang kelihatannya sedang menahan perih dikakinya. saat pria itu menoleh, begitu terpananya gue saat melihat wajah pria itu.
"MasyaAllah cogan dari mana ini YaAllah " asli asli asli, gilakk! Ganteng banget anjir. Tapi kenapa dia pake pakaian muslim begitu? Mungkin ni cogan habis dari mesjid kali, kelihatan banget aura aura habis sholat.
" mbak ! Haloo, mbak denger saya? "
Saat sedang asyik menghayal, gue dikagetkan oleh suara berat namun sedikit serak itu. Gimana ga kaget coba, tiba tiba dipanggil 'mbak' gue kan masih gadis anjir.Tambah herannya lagi kok dia tiba tiba udah ada didepan mata gue anjir. Sejak kapan dia ada disini?. YaAllah mana deket banget lagi, ga kuat gue pengen meleyot. Aduh aduh nikmat mana lagi yang kau berikan kepada hamba YaAllah.
" eh, k-kenapa ganteng? Eh astagfirullah, maksudnya kenapa bang? " gue pasang tuh senyum ala kadarnya di wajah gue, ya biar ga kelihatan lah groginya. nah nah, kan. Makanya fokus keisya!
"Anjing, pake salah panggilan lagi. Malu maluin lu! "
Gue mengigit tipis bibir gue, bukan buat menggoda tapi takut ketahuan kalau sedang memperhatikan tu orang." kamu kenal anak yang ada dimeja nomor 4 ? " Tanya pria itu dengan gue. Ada apa sebenarnya? Kok pria itu nanya adek gue sih? Kok ga nanya gue gitu loh. Apa cantikan adek gue kali ya?
" oh kenal bang, itu mah adek saya. Kenapa bang? " ucap gue sembari menatap wajah pria itu.
" kamu ada betadine? " Hah?! Wait wait wait. Excusme?! Betadine? Untuk apa betadine? Njing jangan jangan sheina luka lagi.
" Ada bang, tunggu sebentar ya " tanpa pikir panjang gue bergegas mengambil betadine di kotak p3k dimeja kasir.
" ketemu! " gue langsung berlari kearah sheina, bahkan kotak obat itu belum sempat gue beresin. Soalnya sheina lebih penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cogan Alim
Teen FictionKehidupan tanpa melibatkan Tuhan sama sekali tidak memiliki arti apa apa. Seseorang yang merasa hebat tidak akan melibatkan Tuhan dalam merencanakan sesuatu. Sebaliknya, orang yang merasa tidak memiliki kemampuan cenderung melibatkan Tuhan. seperti...