Waktu menunjukan sekitar pukul tengah malam di hari yang sama ketika Fourth merasa seseorang menggeser tubuhnya dan menarik-narik bajunya. Ia mengerang pelan saat merasakan pegal di sekujur tubuhnya dan lalu perlahan membuka mata. Fourth menemukan Gemini menatapnya dan ia mengusap mata Fourth yang masih basah.
"Kak?"
"Kamu tidur pakai celana jeans," ujar Gemini.
"Hm..."
Gemini menarik Fourth ke posisi duduk dan Fourth membiarkan suaminya melucuti segala pakaian yang melekat di tubuhnya. Dia menggigil sedikit ketika tubuhnya yang telanjang merasakan angin dingin dari udara karena longgarnya jalinan tangannya dengan Gemini.
"Tidur," bisik Gemini ketika ia selesai memakaikan Fourth sebuah piyama biru dan Fourth hanya bergumam dengan suara sengau saat Gemini menyelimutinya dengan selimut tebal. Gemini hendak menarik diri tapi ternyata Fourth malah meraih lengan Gemini dan mempererat cengkeramannya.
"Tidur disini," pintanya pelan. "Sama aku."
Gemini menatap jalinan tangan mereka. "Aku nggak kemana-mana."
"Aku juga," bisik Fourth pelan sambil menutup matanya. "Maafin aku. Maaf..."
Satu tangan Gemini yang bebas tertinggal di pipi si pemuda manis, ke tempat yang sama ia telah layangkan sebuah tamparan dan lalu membelainya penuh kepedulian dengan ibu jari. "Tidur, sayang. Aku juga minta maaf."
Fourth terisak saat ia meringkuk lebih dekat ke kulit pria yang lebih tua. "Aku sayang kamu. Aku cinta kamu..." Fourth mendesah lega ketika mendapati Gemini tidak bergerak sebagai tanda bahwa ia tidak pergi kemanapun. "Kasih aku sedikit kepercayaan kak, aku nggak akan kemana-mana."
Gemini yang secara mental memarahi dirinya sendiri membenamkan wajahnya di rambut halus Fourth. Rasa sakit di dadanya datang tiba-tiba saat ia merasa bersalah mendengar permintaan maaf yang tulus dari Fourth, karena Gemini tahu semua kesalahan terletak padanya. Gemini tidak menjawab karena Fourth tertidur dengan seketika dalam pelukannya, tapi cengkraman Fourth tetap mengerat pada dada si laki-laki yang lebih tua dan perlakuan itu membuktikan lebih jelas daripada kata-kata.
.
.
.
Fourth menggerakan tubuhnya pelan dan merengutkan dahi saat sadar jika kamar mereka sangat terang. Apakah Gemini lupa mematikan lampu?
Fourth yang masih mengantuk akhirnya bangun dan menatap langit-langit. Fourth menyesuaikan matanya pada situasi tersebut dan lalu berkedip-kedip dengan cepat. Lampu kamar memang mati. Dengan malas ia memandang sekilas pada jam alarm disebelahnya.
Matanya pun membulat seketika.
"Astaga!"
Fourth terlihat sangat terkejut lalu mengguncang-guncangkan bahu Gemini dengan sangat-tidak-lemah-lembut.
"Kak, bangun, kita bisa telat!"
Gemini mengerang protes pada keributan yang dibuat Fourth dan menutup matanya dengan punggung lengan.
"Aku udah ngasih info kalau kamu ambil libur hari ini."
"Eh?" Fourth menghentikan paniknya.
"Iya," Gemini menatap Fourth dengan sebelah matanya yang terbuka. "Anak magang itu ngasih tau aku kalau kamu kacau banget waktu kerja kemarin. Kamu butuh istirahat."
Gemini ikut bangun dalam posisi duduk yang sama dengan Fourth. Mata Fourth memandang kebawah dan menyadari ia berpakaian piyama berwarna biru. Jadi itu bukanlah mimpi. Gemini benar-benar membantunya mengganti pakaian—atau itu adalah Fourth yang membiarkan Gemini melakukan semuanya?—. Pemikirannya terpotong saat ia merasakan sebuah tangan hangat mengelus pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right where you left me | GEMINIFOURTH
Romance𝑫𝒖𝒔𝒕 𝒄𝒐𝒍𝒍𝒆𝒄𝒕𝒆𝒅 𝒐𝒏 𝒎𝒚 𝒑𝒊𝒏𝒏𝒆𝒅-𝒖𝒑 𝒉𝒂𝒊𝒓 𝑻𝒉𝒆𝒚 𝒆𝒙𝒑𝒆𝒄𝒕𝒆𝒅 𝒎𝒆 𝒕𝒐 𝒇𝒊𝒏𝒅 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒘𝒉𝒆𝒓𝒆 a geminifourth au