Bab 1. Pocong!!!

22 2 0
                                    

"Teror ibu Anita." part 1 full.

"Pocong!"

Teriakku ketakutan, setelah melihat sosok yang berkain kafan lusuh, kulitnya melepuh apalagi matanya yang bolong membuatku bergedik ngeri. Kurapal doa yang masih teringat di benakku. Wajahku menoleh ke belakang berharap dia tidak mengejar namun aku salah sosok itu masih mengejarku melompat lompat.

"Ibu tolong Anita," teriaku menembus kebun pohon pisang yang gelap.

Jantungku berburu dengan cepat. Aku terus menangis histeris tidak menghiraukan jalan lagi. Sebatang pohon pisang yang tumbang di depanku karena kondisi yang gelap gulit dan panik badanku menabraknya lalu terjutuh berguling guling.

"Au.....sakit," rintihku kesakitan.

Tiba tiba aku merasakan ada sosok yang berdiri di belakang. Kuputar tubuhku sedikit demi sedikit, aku melotot tajam sosok pocong terbang tepat di atas badanku.

"Allahuakbar!" ucapku gemetar.

Badan ku gulingkan ke samping lalu berdiri dengan cepat. "Mak tolong ada pocong," pekik suaraku. Aku terus berlari hingga ku lihat rumah emak.

Tanganku merogoh saku celana mengambil kunci rumah dan membukanya. Napasku memburu dengan cepat sambil menyandar pada pintu kayu. Ku terus baca ayat ayat suci Al Quran.

"Anita."

Suara Ibu membuat ku terkejut setengah mati. Raut muka Ibu cemas melihatku basah kuyup karena keringat mengalir deras.

"Ibu, ada pocong," ucapku lirih.

"Pocong," sahut Ibu dan mengangkat gorden melihat ke luar. Tiba tiba tangan Ibu menarik bajuku, raut mukanya diam membisu berubah total.

"Dia ada di depan nit, ayo kita masuk kamar!"

Suara pintu di ketok ketok dengan kencang terdengar, dan bau bangkai tercium menyerbak di seluruh penjuru rumah.

"Ibu."

"Diam Anita! Atau kita akan mati."

Ibu menarik bajuku. "Anita jangan menoleh ke pintu sebelum masuk kamar," kata Ibu gemetar.

Ku anggukan pelan lalu mengikuti langakah Ibu. Kepalaku menunduk kebawah seketika tubuhku tidak bisa ku gerakan. Kain putih lusuh terlihat di bawah kaki, aroma kembang melati tercium. Ubun ubun seperti ada yang meniup seakan pocong itu telah masuk dan berdiri di belakang. Ingin ku berteriak dengan keras agar Ibu menoleh tapi suaraku hanya sampai tenggorokan.

"Ayo Anita." Ibu menarik tubuhku ke kamar dan menguncinya.

"Bu," ucapku lirih.

"Anita." Ibu menurunkan satu alis menenangkanku.

"Dengerin Ibu baik baik! Setelah ini Kamu hati hati mungkin ini terakhir kali Ibu melindungimu."

"Apa sih bu! Ngomongnya gitu." Ku tatap sekilling mencari keberadaan pocong itu. Akhirnya dia sudah pergi dari rumahku.

Ibu hanya diam, wajah ibu mulai memucat. "Anita kita istirahat serahkan semuanya pada yang di atas."

Satu jam berlalu, aku tidak bisa tidur padahal mata sudah mulai berat. Kesunyinya dan bau kembang melati yang menemaniku malam ini.

Suara pasir jatuh terdengar dari atas genteng. Kegelisahan mulai muncul benakku. "Ya Allah, siapa ya usil malam malam begini." Ku putar bola mataku ke semua penjuru dan terhenti di atas lemari kayu.

"Siapa itu?" teriaku sambil menutup pandangan menggunakan telapak tangan.

Sedikit ku lihat kembali ke atas lemari. "Sial cuman boneka putihku. Siapa yang taruh boneka di situ sih?" desisku kesal.

teror ibu AnitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang