WAnita yang Digantung Suaminya

208 29 1
                                    



Wanita mana yang bisa terima setelah diperlakukan tidak adil oleh suami dan mertuanya? Hanum memutuskan meminta cerai. Namun, Ammar dengan sengaja menggantung hubungan pernikahan dan tak sekalipun menjatuhkan talaknya. Dengan begitu, Hanum tidak akan pernah menikah dengan pria mana pun dan hidup bahagia.

_________

"Kandidat berikutnya! Hanum Candrawinata!"

Mata Ammar melebar mendengar nama itu. Ini pasti hanya kebetulan. Tidak mungkin dia adalah wanita yang pernah menemaninya hidup selama lebih lima tahun dan memberinya tiga anak sekaligus. Dia bahkan sudah mati.

"Tidak mungkin!" Ammar menyeringai mentertawakan kekonyolan itu dalam hati. 

Ini pekerjaan untuk para wanita berpenampilan menarik, terpelajar dan tentunya belum pernah menikah dan juga untuk manusia yang masih hidup.

Dan Hanum?

“Heh!” Pria itu tersenyum sinis. “Ada banyak sekali nama itu. Juga marga yang mengikutinya. Itu hanya nama yang pasaran.”

Sudahlah semasa hidup bau ikan asin. Tidak bisa merawat diri. Meski dulunya Hanum adalah gadis yang cerdas, tapi entah kenapa pernikahan mengubahnya dalam sekejap. Sesuatu yang membuat cinta Ammar pun turut berubah.

‘Kenapa tiba –tiba aku mengingat pahitnya hidup bersama wanita tersebut?’

Wanita yang sudah beranak pinak itu sudah tiga bulan meninggalkannya. Terlepas dari sakit hati yang Hanum bawa hingga mati, adalah hal tak masuk akal wanita itu bangkit dari kubur. Tidak! Mustahil! Ini pasti Hanum yang lain.

“Tentu saja! Memangnya apa yang kupikirkan?”

Entah, kenapa dia masih saja terus ingat wanita yang telah pergi dari hidupnya, ketika melihat atau mendengar sesuatu yang menyangkut Hanum. Sekeras apa pun berusaha melupakan rasa bersalah, sekaligus sakit hati karena istrinya pergi begitu saja. Ammar tak bisa lupa detail kejadian hari itu.

Muncullah sosok yang dipanggil sang dewan direksi.

Pria itu membeku. Matanya nyaris saja lepas dari tempatnya, kala menatap setiap detail wajah cantik di depan sana. Meski penampilannya jauh dari saat mereka bersama dulu, tapi Ammar sebagai pria yang pernah sangat dekat dengan Hanum bahkan tanpa jarak –tahu bahwa dia adalah ibu dari ketiga anaknya.

“Dia benar-benar Hanum yang telah pergi meninggalkanku dan anak –anak. Apa arwahnya gentayangan tepat di hari ke 100 dan datang untuk membalas dendam?” batin pria yang memiliki jabatan penting di perusahaan tersebut.

Ammar mendelik. Syok!

Seolah alam tak mengamini keputusannya merelakan Hanum. Wanita dengan penampilan dekil, berbau ikan asin dan bicara hal-hal yang membosankan setiap harinya tersebut seperti pahatan di atas batu yang tak bisa dihapus dengan mudah dari ingatan. Namun begitu, dia tak menyangka akan bertemu lagi dengannya dengan cara yang sama sekali tidak terlintas dalam pikiran.

Ammar lupa kadang kali hal-hal mustahil di dunia ini bisa saja terjadi. Segala hal yang ia pikir telah berakhir, telah dimulai kembali. Degup jantungnya semakin bergemuruh melihat sosok wanita cantik yang berdiri di depan sana. Wanita yang menebar pesona dengan senyum indahnya pada semua orang sebagai anggota direksi yang akan melakukan interview.

Pria itu menggeleng. Lalu mengucek matanya. Ini tidak mungkin.

Ammar sangat ingin bergerak ke arah wanita itu dan mencecar dengan banyak pertanyaan yang sudah disimpan rapi di kepala. Dan ia berencana mengatakannya ke pada Hanum saat bertemu seperti sekarang. Namun, semua tak semudah itu. Ada banyak pegawai yang mengenalnya di ruangan itu. Lutut Ammar terasa lemas, hingga ia hilang keseimbangan. Meski begitu, secepat mungkin ia berusaha mengendalikan dirinya sendiri.

“Pak, Bapak tidak apa –apa?” tanya salah seorang pria berpakaian rapi yang duduk sejajar dengannya.

Cepat, Ammar menggelengkan kepala. Apa jadinya jika dia nekad dan membuat semua orang curiga? Bisa –bisa bukan Hanum yang ke luar dari kantor ini karena menakutinya dan seharusnya menakuti semua orang karena dia sudah mati. Tapi dia –lah yang akan ditendang oleh keluarga Herlambang sebab karena ketahuan berbohong mengaku sebagai seorang perjaka, hingga diterima sebagai suami Arletta Herlambang. Istri sahnya sekarang, yang tak lain adalah putri bungsu keluarga konglomerat tersebut.

“Huft! Oke mari kita bersabar sambil mencari cara mengajak wanita yang memiliki wajah dan nama yang sama dengan Hanum. Hah! Iya! Ini pasti hanya kebetulan. Haha. Sepertinya aku harus pergi ke pskiater!” Lagi, pria yang memiliki perawakan tegap itu membatin menenangkan diri sendiri.

Andai hari ini Wisnu –kakak iparnya tidak berhalangan hadir, Ammar yang memiliki posisi di bawahnya tidak akan ada di ruangan ini mewakilinya. Perasaan Ammar tak menentu. Terkejut, kesal, sekaligus senang. Akhirnya dia bertemu dengan ibu dari anak –anaknya. Wanita yang pernah ia kira sudah mati bunuh diri sebab merasa hancur karena ulah Ammar.

“Tidak! Itu tidak sepenuhnya jadi kesalahanku. Dialah yang pergi! Bukan aku yang meninggalkannya. Andai dia mau sedikit bersabar, pasti semua tidak akan seburuk sekarang.” Ammar meyakinkan ke pada dirinya sendiri. Agar tidak merasa terintimidasi atas kehadiran cinta pertamanya itu.

Dia melihat sendiri bagaimana tubuh Hanum diusung keranda. Walau ia hanya melihatnya dari video yang diperlihatkan ibunya, karena saat kejadian, Ammar sedang dinas ke luar negeri menemani sang manager perusahaan bertemu klien. Dan sekarang, dia muncul seperti hantu. Apa ibunya sendiri sekongkol dengan Hanum?

"Apa dia mati suri dan memutuskan tidak memberiku kabar karena tak ingin kembali padaku?"

"Atau dia hanya pura-pura mati, lalu menunggu hari ini untuk menghancurkanku karena sakit hatinya?!"

Ammar mulai panik. Keduanya bukan jawaban bagus untuk situasi yang mengejutkan sekarang.

Bersambung .....

AKU SUDAH TIDAK BODOH LAGI MAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang