Apa Dia Tidak Mengenaliku?

107 28 0
                                    


 

"Apa dia mati suri dan memutuskan tidak memberiku kabar karena tak ingin kembali padaku?"


"Atau dia hanya pura-pura mati, lalu menunggu hari ini untuk menghancurkanku karena sakit hatinya?!"


Ammar mulai panik. Keduanya bukan jawaban bagus untuk situasi yang mengejutkan sekarang.


Namun, Ammar bereaksi kala keduanya bertemu tatap, Hanum tak terlihat terkejut. Ekspresinya datar. Dia bahkan menyunggingkan senyum ke pada Ammar dan mengangguk menunjukkan rasa hormatnya, seolah tidak terjadi apa pun di antara mereka.

“Apa? Dia tidak mengenalku? Atau pura –pura tak mengenalku?” batin pria yang sudah dua kali menikah itu.


“Heh, ekspresi apa itu?”

“Tidak! Tidak! Tidak mungkin Hanum tidak mengenali suaminya sendiri. Dia pasti merencanakan sesuatu sampai ada di perusahaan ini.”

“Jadi selama ini dia pura –pura mati dan pergi? Atau bagaimana? Ya Tuhan, aku bisa gila!”

Tak percaya dengan apa yang diperlihatkan Hanum dari ekspresinya. Pria itu lekas meraih berkas yang ada di atas meja. Sebuah map yang menunjukkan data diri wanita berkerudung itu.

“Seorang single? Benar?” Suara seorang wanita yang duduk di kursi direksi menanyakan itu ke pada Hanum sebelum Ammar sempat mencari tahu tentang data dirinya.

Mendengar pertanyaan itu, Ammar terkejut. Single? Hanum memperkenalkan dirinya sebagai wanita single? Apa mungkin dia bukan Hanum yang dikenalnya? Kembaran? Tidak mungkin. Hanum adalah anak tunggal. Lagi pula mana ada wanita dengan nama dan wajah yang sama?

Ammar menggeleng. “Jangan bohong!” selanya sebelum Hanum sempat menjawab.

Wanita cantik itu pun kontan menoleh ke arah pria yang sedari awal dia masuk menatapnya dengan tatapan terkejut, bingung dan sekarang tak suka. Dahinya mengerut. Wajar, dia tak menyangka jika akan menerima perlakuan seperti itu dari Ammar di depan semua orang. 

Namun, Hanum tetap berusaha tenang. Tak ingin orang -orang di sana ikut membencinya, lalu hancur semua yang sudah ia upayakan sejauh ini. Dia tahu hal ini akan terjadi. Akan ada saja orang yang tak menyukainya.

Ya, mana ada manusia yang dicintai semua orang? Bahkan manusia sebaik Rasulullah pun ada yang membenci. Meski sama halnya Ammar, ia juga tak menyangka bertemu di tempat seperti sekarang. Tempat yang menjadi mimpinya.

“Jika kamu memberikan data palsu, kami tak segan akan mendisvikualifikasi kamu dari kandidat yang sudah lolos di interview sebelumnya!” Suara Ammar langsung meninggi. Ia tak segan menampakkan kemarahannya ke pada wanita pembohong di depan sana.

Dan sialnya, wanita itu adalah mantan istri, sekaligus ibu dari anak –anaknya yang mati karena merasa disia –siakan olehnya. Akan lebih baik jika Ammar menjatuhkannya sekarang, sebelum keberadaan Hanum di perusahaan ini akan jadi bumerang baginya.

“Benar –benar tidak ngaca!” dengkus Hanum.

Namun, tentu saja ia hanya berani melakukannya dalam hati. Sementara bibirnya tetap berusaha tersenyum. Dia tak ingin menjatuhkan diri sendiri.

“Bapak Ammar?” Deswita. Wanita yang mengenakan kemeja berbalut jas di depan meja mengarahkan tatapan sepenuhnya ke pada Ammar.

“Ya?” Ammar pun menoleh.

“Bagaimana Bapak tahu kalau dia pembohong? Apa kalian saling mengenal?” tanya Deswita kemudian.

“Ya?” Amma terkejut dan lekas menggeleng. “E ....” Pria itu tampak berpikir. “Tentu saja tidak. Tapi lihatlah garis –garis tua di wajahnya. Mana mungkin wanita seperti ini masih single? Dia pasti juga sudah punya anak. Lihat tubuhnya melebar.” Pria itu jadi salah tingkah dan mencari –cari alasan.

“Saya memang single. Walau pernah menikah.” Hanum menunduk lesu. Memperlihatkan ekspresi sedih.

Deswita jadi kasihan melihatnya. “Broken home ya, Mbak?” tanyanya seolah tahu bagaimana posisi wanita yang sebentar lagi akan menjadi karyawannya itu. Manager itu tahu bagaimana rasanya.

Hanum dengan cepat menggeleng. “Dia sudah meninggal,” sahutnya dengan raut wajah lebih menyedihkan dari sebelumnya.

“Ap –apa?” Ammar tak menyangka Hanum akan menyebutnya sebagai pria yang sudah mati. Bukankah dia yang selama ini pergi setelah berpura –pura mati.


'Sebentar, apa jangan-jangan dia benar-benar tak mengenalku?' tanyanya dalam hati, melihat bagaimana wanita yang memiliki nama dan wajah sangat mirip istrinya. Dia mulai meragukan pikirannya sendiri.


Bersambung 

AKU SUDAH TIDAK BODOH LAGI MAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang