BAB 5 ( LULUH )

71 7 0
                                    

"Cinta gak akan pernah bisa dibeli "

* Dava *


Matahari sudah berada tepat di arah utara dan jam makan siang sebentar lagi tiba. Sudah seharian ini Zeeva dan Dava menghabiskan waktu di perpustakaan bersama.

Kini perpustakaan telah tertata rapi dan hanya meninggalkan meja sedikit berdebu dengan Zeeva yang siap sedia membersihkan. Saat dia tak sampai ujung membersihkan atasan rak buku, dia mengambil kursi untuk menaikinya sambil bersenandung. Namun tak lama kursi yang dia naiki goyang. Zeeva berteriak histeris, sebelum dia benar-benar jatuh, Dava datang menahan punggung dia dengan tangan kanan lalu kembali mendorong Zeeva hingga kening gadis itu terbentuk buku-buku.

Brukk!!

" Akkhh! " Zeeva melirik ke bawah dan melihat Dava sedang membaca buku. " Kasar banget, "
" Makanya hati-hati, untung gue peka. Udah badan lo kecil, kalo jatuh mau jadi apa badan lo,tuh? " Dava kembali fokus pada bukunya.
" Liat aja kalo badan Zeeva lebih tinggi dari pada lo. "
" Ya, terserah lo, deh. Gue gak peduli. "

Dava meninggalkan Zeeva dengan melontarkan tatapan sinis. Lelaki itu duduk di meja baca lalu tertawa manis dibalik bukunya seakan menertawakan Zeeva yang sebenarnya terlihat imut ketika marah. Kemudian Zeeva juga datang untuk duduk di berhadapan dengan Dava.

" Udah siap? "
"Udah! " Cuek Zeeva seraya membuka buku. " Kak, "
" Hmm? "
" Udah berapa lama kakak pacaran sama Ilona? "

Dava terdiam lalu dia menutup buku sedikit kencang. Beberapa detik sebelum berbicara Dava menatap Zeeva dengan senyuman miringnya.

" Kenapa? Penasaran? Atau, " Dava meletakan tangan kirinya keatas meja sambil mendekat pada Zeeva. " Lo nanya gitu karena penasaran, gimana rasanya pacaran sama gue? "
" Apa? "

Zeeva mematung di tempatnya karena tidak bisa berkata-kata. Kenapa pria ini selalu saja bersikap seperti ini. Benar-benar suka membuat jantung Zeeva berdebar seperti ingin melompat ke luar.

Untuk menutup rasa malu dan debarannya, Zeeva tertawa terbahak-bahak dan Dava hanya bisa menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

" Aduh,aduh! Ada-ada aja. Ini gak serius,kan? " Tawa Zeeva.
" Kalau gue serius? " Pertanyaan Dava seketika dia benar-benar serius dengan ucapannya barusan.
" I-itu... Ze-Zeeva ngantuk. Hehe, hoam!! " Pura-pura mengantuk. " Padahal Zeeva udah laper banget dari tadi. Tapi karena udah ngantuk, ya udah, deh tidur aja. "

Zeeva membaringkannya kepalanya ke atas meja lalu pipinya langsung merona disaat itu juga. Dasar Dava. Apa maksudnya bersikap manis pada gadis lain padahal dirinya sendiri sudah memiliki kekasih?

Degup jantung semakin kencang membuat Zeeva lebih malu untuk mengangkat kepalanya. Untung saja sekarang dia benar-benar ngantuk setelah lama kelelahan sehingga mudah membuatnya terlelap tidur di tempatnya.

10 menit, 20 menit. Selama waktu berjalan, Dava tak bosan-bosan membaca buku sambil sesekali melihat Zeeva tertidur. Perlahan, Dava bangkit dari duduknya untuk berpindah tempat ke sebelah Zeeva, dia meletakkan kepalanya keatas meja seperti bersiap untuk tidur juga. Namun, arah pandangan beralih ke Zeeva dan tampak seperti saling bertatapan.

" Gue gak perlu lo jadi tinggi. " Dava mulai menyentuh rambut Zeeva yang menutupi mata. " Karena gue takut kenyamanan waktu gue peluk lo itu hilang. Jadi lebih baik gini aja, oke? "

Secret 8,3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang