Gween memijat pelipisnya yang berdenyut hebat. Kepala wanita itu terasa ingin pecah karena masalah yang terlihat buntu jalan keluarnya. Ya, pemeriksaan terus berlanjut karena wanita itu menolak keras penawaran yang Jero berikan. Ia bahkan mengancam pria itu untuk menuntut balik dengan tuduhan pemerasan dan juga jebakan yang sangat meragukan pihak Gween.
Namun sinyalnya gertakan wanita itu hanya dibalas tawa meremehkan oleh pria itu. Gween tahu, ucapannya hanya dianggap lelucon.
"Apa ada masalah?" Seorang pria dengan apron yang melekat di tubuh bertanya kepada Gween setelah mengamati kegelisahan wanita itu sejak tadi.
"Oh, nggak ada kok, Mas. Cuma kepikiran tentang Geisya saja," sahut Gween berbohong. "Mas Reza nggak ada pekerjaan keluar kota hari ini?" tanya Gween balik untuk mengalihkan pembicaraan, karena tak mungkin dirinya menceritakan masalahnya yang sangat rumit itu kepada sang bos.
"Lagi fokus di sini dulu, Gween. Karena ada sesuatu yang mau aku urus di sini," ujarnya sembari menatap lekat wanita itu.
"Oh, gitu." Gween berdehem pelan. "Aku balik ke dapur dulu ya, Mas," ujarnya pamit.
"Mmh ... Gween. Sabtu malam kamu sibuk?" tanya Reza sebelum wanita itu menghilang.
Gween mengerutkan dahi sembari menggeleng pelan. "Nggak ada, Mas. Kenapa ya?"
"Boleh temani saya jalan-jalan?"
Senyum tipis tercetak jelas di wajah wanita itu. "Boleh kok. Mas belum terbiasa ya sama jalanan di kota ini?"
Reza mengangguk dan ikut tersenyum. "Mau kan?" tanyanya memastikan.
"Siap, Mas. Kita ketemu di mana ya?"
"Aku jemput kamu aja nggak apa-apa kan?"
"Oh, okay. Kabarin aja lagi nanti."
Reza mengangguk dan tersenyum lebar kala wanita itu berbalik dan meninggalkannya sendirian. Kali ini ia akan mencoba peruntungannya sekali lagi.
Gween selesai bekerja sebagai pelayan di restoran yang baru saja dibuka oleh Reza sebagai cabang ketiga dari usaha yang dirintisnya sendiri. Wanita itu sedang menunggu ojek online yang sudah dipesannya lima menit yang lalu.
Namun, suara klakson mobil yang terdengar nyaring di belakangnya membuat wanita itu menoleh dan langsung mengetahui siapa manusia di balik kemudi itu.
Gween berusaha untuk menghindar dengan berlari menuju halaman resto untuk bersembunyi di sana. Tapi sial, tangannya tiba-tiba dicekal dan ia diseret, lalu dipaksa masuk ke dalam mobil sport berwarna hitam mengkilat tersebut.
"What are you doing?" teriak Gween kesal.
Jero melirik sekilas tapi tak menggubris kekesalan wanita itu. "Kapan kamu akan mengembalikan uangku?" tanyanya datar.
Gween menarik nafas panjang dan memejamkan matanya, tangan wanita itu ikut mengepal karena sangat geram. "Secepatnya! Aku sedang mencari tahu ke mana perginya Mami Flo."
"Untuk apa? Mencari mangsa baru lagi?" sindir pria itu sinis.
Gween mendelik dan ingin sekali mencekik pria itu. "Ya, Aku ingin mencari pria kaya raya yang tidak hanya punya selangkangan tapi punya otak dan hati!"
Jero tiba-tiba menghentikan mobilnya sehingga membuat Gween sangat terkejut dengan suara rem yang berdecit dan juga guncangan yang terjadi akibat pria itu yang tiba-tiba saja membelokkan mobilnya dan parkir di pinggir jalan.
"Kamu ingin mati?" teriak Gween sambil memegang dadanya dan merasakan jantung yang berdetak sangat kencang.
"Dengar, Gween. Aku sedang tidak ingin bermain-main, dan perlu kamu ketahui bahwa batas kesabaranku sangatlah tipis."
"Sangat terlihat dari tingkah laku mu," tukas Gween telak.
"Maka dari itu jangan bermain-main denganku!"
"Aku tidak pernah mempermainkanmu, Jero Axford. Bahkan hidupku sudah sangat cukup melelahkan untuk kuhadapi, dan aku tak punya cukup waktu untuk bermain-main dengan hidup orang lain."
"Kalau begitu buat keputusanmu sesegera mungkin. Atau --"
"Atau apa? Kamu ingin mengancamku? Atau menyuruh orang untuk membunuhku?" tantang wanita itu yang sampai saat ini tetap tidak merasa bersalah karena dirinya memang benar-benar tidak mengambil uang pria itu.
"Atau pemeriksaan akan berlanjut dan merambat ke mutasi rekeningmu yang mencakup pembayaran di rumah sakit sehingga orang tua dan adikmu akan tahu atau bahkan ikut terseret dalam masalah ini."
"Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Jero?"
"Sudah sangat jelas kukatakan!" sahutnya datar.
"Bukankah saat itu kamu yang mengatakan bahwa jangan menemuimu lagi setelah malam itu? Tapi sekarang malah kamu yang mempersulit semuanya!"
Jero menipiskan bibirnya dengan wajah datar. "Tentu saja karena saat itu aku belum kehilangan dua miliarku."
Gween menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Jadi, berapa lama aku harus menjadi pengisi ranjangmu?"
Jero menarik satu bibirnya dan bersandar ke kursi kemudi dengan senyum yang tercetak miring. "Tiga bulan," sahutnya setelah menimbang beberapa hal.
Ia yakin sebelum waktu itu sampai, dirinya sudah akan merasa bosan dan tidak penasaran lagi seperti sekarang ini yang membuat dirinya uring-uringan dan tak bisa fokus pada pekerjaannya karena wanita itu.
Jero bahkan sempat mencoba dengan beberapa wanita lain dan anehnya dirinya kembali tak bergairah seperti pada malam itu saat bersama Gween. Mungkin dirinya harus mencoba beberapa kali lagi bersama Gween agar dirinya benar-benar sembuh dan bisa melakukannya lagi dengan orang lain selain perempuan itu.
"What? Itu terlalu lama!"
"Ditambah biaya pengobatan adikmu yang masih memerlukan beberapa kali terapi lagi agar kakinya benar-benar sembuh dan menjamin ekonomi keluargamu selama tiga bulan itu!"
Gween jelas tergiur, biaya yang diperlukan untuk pengobatan Geisya masih cukup besar. Ditambah lagi hanya dirinya yang menjadi tulang punggung keluarga karena sang Mama full menjaga Geisya di rumah sakit.
"Okay. Deal! Tapi, aku akan tetap terus mencari Mami Flo. Jika suatu hari nanti aku mampu membuktikan bahwa aku tidak bersalah maka kamu wajib membayar sepuluh kali lipat dari dua miliarmu itu!"
Jero tertawa dan kembali menjalankan mobilnya. "No problem. Teruslah mencari sampai ke ujung dunia, Honey!"
Jero memacu kemudi dengan kecepatan kencang menuju apartemen miliknya karena mulai saat ini wanita itu harus ikut tinggal bersamanya. Sebab banyak hal yang ingin ia cari tahu tentang wanita itu.
Dilihat dari segi wajah dan tubuhnya, Gween masih terbilang biasa saja dibanding dengan wanita-wanita yang berkeliaran di sekeliling Jero. Tapi mereka semua tak berhasil mengalahkan trauma pria itu.
Hingga Gween datang dan menjadikan Jero pria normal yang bahkan dengan melihat belahan dada wanita itu saja membuat Jero merasa panas dingin dalam waktu bersamaan.
Apa spesialnya Gween? Jero ingin tahu. Dan tentu ia tak mau wanita itu sadar tentang hal ini dan memanfaatkan kelemahan Jero untuk mengendalikan pria itu. Tidak bisa, Jero harus mencegahnya.
Tiga bulan adalah waktu yang sangat cukup untuk pria itu merasa bosan dan menyingkirkan perempuan itu dari hidupnya.
Ya, tujuan hidup Jero bukan lagi perempuan setelah pengkhianatan hebat yang dulu diterimanya sehingga meninggalkan banyak trauma.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
I Order You
Short StoryGween Calista, harus rela mengorbankan kehormatannya demi biaya pengobatan Geisya Putri, sang adik yang terbaring koma di rumah sakit. Perempuan itu menerima tawaran dari sang Mami yang mengatakan bahwa pria yang membelinya ini adalah seorang impot...