Hutang Warteg - Part 1

32 3 0
                                    

"TIKAAA!" panggil seorang cewek yang Tika hindari selama hampir 2 minggu belakangan ini. Tika mengumpat dalam hati padahal Ia sudah berusaha mati-matian untuk tidak terlihat oleh cewek tersebut.

Tika pun membalikkan badan dan berusaha tersenyum walau dipaksakan dan membenarkan poninya, "Eh, Marsha. Ada apa? Kita udah lama ya gak ketemu."

"Ya, ya, kita gak ketemu kan gara-gara elo yang ngehindar terus," Marsha menatap tajam kearah Tika dan disambut oleh senyuman salting Tika.

"Maap, Mar. Masalahnya gue belom ada du-"

"Sssst! Utang warteg lo gue anggap lunas," seketika senyuman Tika mengembang.

"Tetapi ada syaratnya," lanjut Marsha. Senyuman Tika langsung menghilang. Sialan!

"Apa, Mar?"

------------------------------------------------------

"Eron!!" Panggil seorang-dari suaranya sih-cewek yang Eron tidak kenal suara siapa. Eron menoleh dan mendapati cewek mungil berdiri di hadapannya. Spesies ini siapa ya? Kok gapernah liat?

"Ada apa?" tanya Eron sok cool yang sebenarnya kayak koala ngajak ribut.
"Eng, ini, ehm, anu tadi, anu..."
"Anu lu kenapa?" tanya Eron bingung karena dari tadi cewek mungil itu hanya menjawab anu.
"Eh, bukan! Bukan itu!" Jawab cewek mungil itu.
"Ya terus apa?"
"Ehm... ini.. emm," cewek mungil itu masih ter gagap.
"Buang waktu gue aja lu. Dah ah, gue mau cabut. Bai!" Ucap Eron sambil berlalu dari hadapan cewek mungil tersebut.

"Eron tunggu!!" panggilannya membuat Eron berhenti. "Please, sebentar aja. Gue... gue mau ngasih sesuatu buat lo."

Eron membalikkan badan dan cewek mungil itupun jalan mendekat. Lalu, ia memberikan kotak kecil berwarna merah muda yang dia bawa. "Ini apa? Cincin kawin? Lo mau ngelamar gue? Aduh maaf ya, gue masih mau fokus buat sekolah dulu. Kalo mau, tunggu sekitar 6 tahun lagi. Mungkin kalo lu ngelamar gue nanti, akan gue pertimbangkan."

Cewek mungil itu mendengus kesal. Eron bisa merasakan kalau cewek mungil itu sudah benar-benar eneg sama Eron. Tapi itu berita bagus, artinya 'penggemar' Eron akan berkurang setelah mereka tahu sebenarnya siapa Eron.

"Jangan salah paham, teman gue nitip itu dan gue disuruh ngasih ke elo. Sebenarnya sih gue gamau nurutin dia sampai akhirnya dia mulai ngungkit soal utang makan warteg. Karena gue sendiri lagi bokek, terpaksa gue harus menuruti kemauannya," jelas cewek mungil itu panjang lebar.

Eron mengangguk-angguk tanda mengerti. Ternyata dia bukan salah satu dari ribuan penggemar Eron.

"Eh iya, by the way, thankyou."

"Harusnya elo ngomong itu ke teman gue, bukan gue," jawab cewek mungil itu.

"Elo mungkin benar," Eron pun menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya perlahan,"the problem is i don't even know her. Jadi, tolong bilang ucapan terimakasih ke dia dan kasih tahu dia untuk jangan repot-repot kasih gue hadiah lagi."

Eron berlalu dari hadapan gadis itu menuju ke tempat nongkrong sekaligus basecamp bagi teman-temannya yang tidak salah lagi adalah toilet lantai 2.

------------------------------------------------------

"Elo mungkin benar," Manusia menyebalkan nan tinggi itupun membuka suaranya. Tika menaikkan alisnya menunggu kelanjutan penjelasan Eron.

"The problem is i don't even know her. Jadi, tolong bilang ucapan terimakasih gue ke dia dan kasih tahu dia untuk jangan repot-repot kasih hadiah lagi."

Manusia yang disebut-sebut sebagai Eron berlalu dari hadapan Tika begitu saja tanpa pamit. Tika heran melihat kelakuan orang tersebut. Kenapa cewek - cewek di kelas gue demen banget sih ama tuh orang. Kayak gaada kerjaan lain deh suka sama begituan, pikir Tika dalam hati.

JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang