Prolog

2 5 2
                                    


langit tampak sedang murung burung burung berterbangan menuju sangkarnya, hari mulai gelap. Di sebuah rumah sederhana terjadi pertengkaran antar kepala rumah tangga dengan ibu rumah tangga sedang  melampiaskan emosi keduanya, tanpa disadari seorang anak perempuan mendengarkan segala ucapan yang keluar dari mulut kedua orang tuanya

"DASAR WANITA BUSUK SAYA SUDAH MEMBERIKAN SEMUANYA KEPADAMU TAPI INI BALASANMU!?"

"APA ALASANMU BERSELINGKUH DENGAN SAINGANKU!?"

"KAU INGIN MENJATUHKAN KU JUGA!?"

"DASAR WANITA TIDAK TAU BALAS BUDI!"

"YAA! AKU BERSELINGKUH DENGAN MUSUHMU KARENA DIA LEBIH LEBIH BISA MEMBAHAGIAKAN KU DARIPADA KAMU YANG HANYA TAU MAIN DENGAN PARA JALANGMU ITU DAN SIBUK BERJUDI!"

"OKE KALAU ITU KEPUTUSANMU DETIK INI JUGA KITA CERAI TINGGALKAN SEMUANYA DAN PERGI DARI SINI JANGAN LUPA BAWA ANAK TIDAK BERGUNA ITU!"

diam senyap anak perempuan itu tidak bereaksi apa apa hanya menatap kosong ke arah depan dan menyandarkan dirinya ke dinding dingin itu, sedangkan kedua orang yang sedang bertengkar terlihat mengeluarkan nafas yang memburu.

Dunia terasa berhenti untuk adira dia berjalan tak tentu arah, bingung. Jam sudah menandakan pukul 9 malam, dia berhenti dipinggir sungai lelah. Dia memandangi air sungai yang tenang mulai mendekat dan memainkan air dengan tangan mungilnya, dingin itu yang dia rasakan senyum kecil mulai terbit di bibir cantiknya. Adira menyukai apapun yang berbau tentang air dan langit tapi tidak ada yang menyadari itu keluarga ataupun temannya.

Tiba tiba ada seorang gadis remaja yang menghampirinya dan ikut duduk disamping adira. Adira yang menyadari itu menolehkan kepalanya ke samping dan memandangi kaka itu. Gadis remaja yang merasa diperhatikan menolehkan kepalanya ke Adira dan tersenyum.

"Adek kenapa disini sendirian?" tanya gadis remaja itu.

"Dira hanya ingin bermain kak." jawab Adira sambil memainkan batu batu yang berada di tepi sungai.

"Malam malam seperti ini? sebaiknya kamu pulang pasti orang tuamu menghawatirkanmu." ujar gadis remaja itu lembut.

Adira yang mendengar kalimat itu menunduk dan membatin aku pun berharap orang tua ku menghawatirkanku dan mencariku tapi ku rasa itu tidak mungkin. Kemudian Adira mulai menatap kaka itu tersenyum tipis.

Gadis remaja yang memandangi Dira menyadari bahwa ada gurat kesedihan dimata anak itu. Gadis remaja itu mengengam tangan Dira.

"Ya sudah, bagaimana kalau kita duduk dikursi itu?" tanya gadis remaja sambil menunjuk bangku dekat minimarket.

Adira yang merasa tangannya digenggam menundukan dan tersenyum hangat batin Adira senang. mendengar ucapan kaka itu Adira mulai berdiri dan mengangguk semangat.

sesampainya mereka di depan minimarket gadis remaja itu mendudukan Adira di salah satu kursi.

"kaka masuk sebentar ya? ingin membeli sesuatu kamu tunggu disini." ujar gadis remaja sambil mengusap rambut Adira.

Adira hanya mengangguk dan tersenyum menatap remaja itu. Sembari menunggu, Adira memandang jalanan malam yang mulai sepi dan banyaknya bintang bintang yang menghiasi langit, indah batin adira kagum dan senyum lebar.

Terlalu fokus memandangi langit Adira sampai tidak sadar bahwa gadis remaja itu sudah kembali dan duduk disampingnya sembari memandangi wajah Adira.

"cantik." gumam gadis remaja itu.

Adira yang tersadar langsung menoleh ke asal suara dan tersenyum.

"kaka sudah kembali?" tanya Adira tak sadar.

"Sudah ini buktinya saya disini." ujar remaja itu.

"iya juga ya." jawab Adira kikuk.

Gadis remaja itu tertawa melihat perilaku Adira lucu batinnya.

"ini untukmu, jika sudah selesai saya akan mengantarkanmu pulang." ujar gadis remaja sambil memberikan susu kotak dan roti.

"terima kasih kak, maaf Dira merepotkan kaka." ujar Adira merasa tidak enak.

"tidak apa, saya senang bertemu denganmu." ujar gadis remaja itu.

Mereka menikmati malam itu dengan bahagia dan sesekali bercanda.

"Karena sudah terlalu malam bagaimana kalau kita pulang?" ujar gadis remaja itu.

"baiklah, sekali lagi terima kasih ya kak sudah menemani dira." ujar Adira senang.

"tentu, sama sama anak baik." ujar gadis remaja sambil mengenggam tangan kecil adira.

Sesampainya mereka di depan rumah Adira. Adira melepaskan genggaman tangannya dan melambai ke arah gadis remaja itu.

"dadah kaka, terima kasih sudah mengantarkan Dira sampai rumah, hati hati dijalan ya." ujar Adira semangat.

"dah adek cantik kapan kapan lagi kita main ya." ujar gadis remaja sembari melambaikan tangan dan mulai meninggalkan Adira.

Adira yang mendengar itu hanya tersenyum tipis sambil memandangi punggung kaka itu.

semoga, batin Adira sedih.

Memasuki rumah dengan hati hati agar tidak menganggu kedua orang tuanya yang sedang tidur,  Namun Adira salah ternyata orang tuanya masih bertengkar dan mulai merusak barang barang yang berada di sekitar mereka. Adira menatap dengan sedih dan mulai menjauh memasuki kamarnya.

Sepi satu kata itu yang mendeskripsikan keadaannya. Sesudah mengunci pintu Adira mulai merebahkan tubuhnya dan mematikan lampu kamar, memeluk guling seolah olah dia adalah temannya.

Lagi lagi dia menangis mendengarkan kedua orang yang ia sayang bertengkar saling meninggikan suara. lelah rasanya dia ingin pergi jauh tapi dia ingat jika dia masih terlalu kecil dan seharusnya tidak merasakan ini.

UpekshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang