01

2.3K 193 25
                                    

Adel's Pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adel's Pov.

Sinar mentari pagi menyeruak masuk kedalam pandanganku. Perlahan kubuka kedua mataku, terasa silau dan sedikit perih. Mungkin ini karena efek melambatkan waktu tidur? Ah, entahlah, yang terpenting aku masih bisa terbangun dengan keadaan sehat.

Aku mengubah posisiku menjadi terduduk, lalu terdiam selama kurang lebih sepuluh menit. Kata guruku, jika manusia terbangun dari tidur dan langsung melanjutkan aktivitas lain, maka kakinya akan lumpuh. Sebab itulah hal ini kulakukan, aku hanya menuruti apa kata guruku. Jikalau lumpuh, serem juga, kan?

Drtt! Drtt!

Pendengaranku menangkap suara getar dari ponsel. Dengan sigap aku mencarinya, dan ternyata ada dibawah bantal.

Panggilan tak terjawab dari Flora🌱💞

Keningku mengernyit heran, ada apa Flora kesayanganku menelepon pagi-pagi begini?

Tumben sekali.

Lantas, akupun meneleponnya balik.

"Halo--"

"Adel! Gue telponin daritadi juga!"

Suara Flora sudah memekik duluan sebelum aku menyapanya. Sungguh jahat (calon) gadisku ini.

"I-iya, maaf. Kenapa emangnya?"

"Lo masih nanya kenapa?! Lo lupa kalau lo itu panitia di acara hari ini?!"

Ah, benar! Aku lupa. Hehe.

Aku dipercayai untuk menjadi salah satu panitia di acara sambutan guru-guru beserta murid-murid dari luar kota sampai negeri. Hebat, bukan? Sekolahku ini memang spesial dan luar biasa. Bahkan, mereka sampai mengundang gadis-gadis cantik yang pandai menari. Tahu, kan?

"Eh, iya-ya? Emang semua panitia udah pada kumpul?"

"Udahlah! Sekarang udah jam delapan, o'on!"

Mataku reflek terbelalak kaget mendengarnya. Dengab sigap ku lirik  jam yang terpajang didinding kamarku, kemudian tanganku spontan menggaruk pelipis. "Gue baru bangun, Flo. Maaf, ya. Tunggu gue, lima menit,"

"Ck! Iya, cepetan!"

"Laksanakan, sayangku!"

"Woi, maksud---"

Tut.

Aku mematikan telponnya sepihak. Sudah tahu betul kalau Flora akan menyemburkan amarahnya kepadaku. Hal ini sudah biasa terjadi, seakan menjadi makanan sehari-hari.

Tanpa berlama-lama lagi aku bergegas menuju kamar mandi guna membersihkan diri. Atas perintah Flora aku pun melakukannya dengan cepat. Dan juga, aku tidak mau dianggap beban oleh panitia lain. Saat ini aku ingin terlihat sebagai orang yang penuh tanggung jawab.

BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang