1.2 August Girl (wuyiz)

272 8 5
                                    

Hari itu mungkin aku pulang dengan keadaan kacau. Hati yang nyeri, perasaan kecewa, dan sedih semua terkumpul menjadi satu.

Namun, aku usahakan untuk tidak menangis sebisa ku. Walaupun hatiku bertanya-tanya apa arti kedekatan kita selama hampir dua tahun ini? Dan kepala ku semakin pusing menyadari ternyata sudah selama itu kita bersama.

Mungkin aku hanya terlalu berlebihan membawa perasaanku sementara kamu hanya melakukan hal normal untuk bersikap kepadaku.

Aku bertekad untuk melupakan segala perasaan ku untukmu, untuk kamu yang mungkin akan lebih sibuk dengan pasanganmu kedepannya.

"Emang futsal ga ada acara apa gitu habis menang? " Aku berbicara di tengah permainan online dengan Galen, teman sekelas yang juga salah satu anggota inti ekskul futsal sekolah.

"Udah kemaren waktu pulang, si Joan bayarin, " Jawabnya di seberang.

"Oh, " Jawabku seakan acuh, meneruskan permainan dengan serius.

"El, " Ibu muncul di daun pintu kamar, "ada Joan tuh nyariin, "

"Hah? " Aku yang kaget langsung menoleh, mengabaikan permainan ku.

"El woy anjir mundur lu! "

Celoteh Galen pun seakan sama sekali tak terdengar meski earphone masih terpasang manis di telingaku.

Aku turun, mendapati Joan tersenyum lebar menyambutku. Aku merutuk, kenapa harus senyum itu?

"Sesuai janji nih, gue traktir lu kalau menang, "

Aku bingung, menatap Joan dalam diam hingga tangannya meraih tanganku, mengajakku keluar dari rumah.

^=^

"Lu udah punya pacar, Jo, " Kata ku di sela mengaduk makananku tak selera. Hal ini sudah ingin aku katakan dari tadi, hanya saja di rumah pasti akan canggung.

"Ya terus kenapa? Kita kan tetep temenan, " Jawab Joan enteng membuatku terkekeh remeh menyadari betapa bodohnya aku.

"Kayanya kita harus jaga jarak deh, " Ucapku lagi.

Joan yang semula sibuk dengan makanannya mendongak, menatap ke arahku serius, "apanya sih yang perlu di jaga, kita kan temen, masih wajar, "

Aku kehabisan kata-kata, ini semua dia anggap normal? Bahkan hatiku masih tidak bisa berdetak normal saat bersamanya hingga sekarang, di tengah pengetahuanku tentang kamu yang sudah memiliki orang lain.

Joan kembali melayangkan senyum cerah kepadaku yang sibuk melamun, "udah lu makan dulu aja, tau gue lu pasti skip sarapan kalau libur gini, "

Aku menghela napas berat, merutuki diriku yang seakan menurut, memasukan makanan yang bahkan aku tak selera hanya dengan melihat saja.

Mengunyah dengan setengah niat, menegaskan dalam hati kalau mulai sekarang aku harus benci dengan senyuman itu.

^=^

Namun nyatanya semua hanya berakhir sebagai niat belaka. Di hampir setengah tahun hubungan Joan dan pacaranya, Melani. Tidak ada satu sikap pun yang berubah dari Joan. Dia masih sering datang kerumah untuk mengajariku materi di kelas tiga yang sulit ini, dia masih selalu mengajakku makan bersama, dia juga masih berbagi minum denganku di botol yang sama.

Aku cukup kewalahan awalnya, menghadapi sikap Joan yang tak berubah di statusnya yang baru, sudah memiliki perempuan lain. Aku bingung, harus bagaimana aku pergi jauh dari dia sementara aku sangat mudah luluh hanya dengan senyumannya.

Teman-teman ku sering menegurku, bilang bahwa sudah saatnya aku menjaga jarak, aku hanya akan menyakiti diriku sendiri. Aku mencobanya, namun disisi hatiku yang lain menolak, kita hanya sebatas teman, bukankah perlakuan seperti itu normal? Sama seperti yang Joan bilang padaku.

Cordiform | 04LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang