02

16 2 2
                                    

Setelah pelajaran yang panjang, hari pun berganti malam. Hampir semua Na'vi sudah kembali ke maruinya masing-masing, tidak terkecuali keluarga Tonowari.

Biasanya keluarga ini akan berada di marui Tonowari dan Ronal, baru mereka akan pindah ke marui masing-masing saat ingin tidur.

"Sepertinya ada sesuatu yang kurang" ucap Ronal sambil mengingat-ingat.

Tsireya menatap ibunya dengan tatapan bingung, "apa ibu membutuhkan sesuatu?" ucapnya.

Ronal menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, Ia terus mengingat-ingat akan hal yang membuatnya merasa kurang. Sedangkan Tonowari, Ao'nung, dan Tsireya hanya bisa menatap Ronal dengan tatapan bingung.

"Dimana anak itu?" ucap Ronal setelah sadar anak perempuan pertamanya tidak ada di dalam marui.

~~~

Disinilah An'an sekarang, ditempat biasa mereka bermain dulu. Tempat yang bisa dibilang sepi, namun lumayan nyaman menurutnya.

Ntah kapan terakhir kali Ia dapat bermain bebas bersama teman-teman dan adiknya sebelum dirinya memutuskan untuk pergi. Sungguh, An'an rindu masa-masa itu.

Terukir senyuman tipis di bibir An'an saat mengingat kejadian di masa lalu, kenangan manis sungguh sangat memabukkan pikirnya.

An'an sendiri tidak tau sudah berapa lama dirinya berada disini, yang Ia tau saat ini Ia belum ingin pulang ke maruinya.

Saat sedang asyik memandangi langit, tiba-tiba An'an teringat sesuatu. Ia teringat perkataan seorang Na'vi tua yang Ia temui saat berada di luar.

'Seorang Na'vi yang kau sayang melebihi dirimu sendiri sebentar lagi akan mati, jika kau ingin menyelamatkannya, pulanglah!'

Tanpa pikir panjang, An'an langsung menuju ke kediamannya, Ia takut jika terjadi sesuatu yang menimpa keluarganya. Itu sebabnya Ia hanya pergi selama 3 minggu, biasanya Ia bisa sampai berbulan-bulan tidak pulang.

"Semoga semuanya baik-baik saja" ucap An'an.

"Semua pasti akan baik-baik saja" ucap seseorang.

An'an menoleh dan mendapati Neteyam sedang menuju ke arahnya, Neteyam lalu duduk disebelah An'an.

Neteyam menatap An'an, "Hai" sapa Neteyam sambil tersenyum.

An'an membalas sapaan Neteyam dengan senyuman, lalu kembali menatap langit. Tapi tidak dengan Neteyam, Ia terus memandangi An'an dari samping.

"Indahnya" ucap An'an.

Neteyam yang mendengar itu mengangguk setuju, "Benar" ucapnya tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari An'an.

"Apa kau pernah menyukai seseorang?" tanya Neteyam yang membuat An'an menoleh.

An'an mengangguk, "tentu saja, memangnya kau tidak?" tanyanya balik.

"Siapa?" tanya Neteyam penasaran.

"Namanya A'bay, Ia berasal dari vulkanik, kami tidak sengaja bertemu saat sama-sama keluar dari kediaman masing-masing" ucap An'an.

Neteyam mengangguk, "lalu?" tanyanya lagi.

"Ia sudah mempunyai gadis lain di kediamannya, jadi yasudah" ucapnya sambil mengangkat kedua bahunya sedikit.

Tidak tau apa yang dirasakan Neteyam saat ini, Ia merasa senang dan sedih saat bersamaan. Senang karena An'an bukan milik siapa-siapa, dan sedih karena Ia tau An'an pasti sedih karena hal itu.

"Tidak usah di pikirkan" ucap Neteyam sambil bangun dari duduknya.

Ia lalu mengulurkan tangannya, "ayo, lebih baik kita pulang" lanjutnya.

An'an menerima uluran tangan Neteyam, dan tersenyum. Setelahnya mereka kembali ke marui masing-masing.

~~~

"Kau pergi kemana?" tanya Lo'ak saat melihat Neteyam memasuki marui mereka.

"Mencari angin" jawabnya.

"Bersama An'an?" sekarang Kiri yang bertanya.

Jake dan Neytiri yang mendengar hal itu langsung menghampiri putra-putrinya. Mereka penasaran siapa gadis yang dekat dengan putranya itu selain adik-adiknya.

"An'an?" tanya Neytiri.

"Ya ibu, anak pertama dari Olo'eyktan" jawab Lo'ak.

Jake mengangguk, "ayah pernah mendengar namanya, tapi apakah dia cantik?" tanya Jake yang membuat Neteyam jadi salah tingkah.

"Tentu saja ayah! Bahkan ka An'an membuatkan kami ini" ucap Tuk antusias sambil menunjukkan perhiasan pemberian An'an.

"Sangat cantik" ucap Neytiri sambil mengelus pelan rambut Tuk.

Saat sedang berbincang, Neteyam teringat sesuatu. "Tunggu, kau tau darimana Kiri?" tanyanya.

"Oh, Ao'nung bertanya padaku tadi" jawab Kiri.

~~~

An'an menatap langit-langit maruinya, Ia memikirkan perkataan Neteyam tadi.

Ia bingung, apa benar semua akan baik-baik saja? Tapi, bagaimana jika benar terjadi sesuatu pada orang terdekatnya? Apa yang harus Ia lakukan pikirnya.

An'an sadar dengan kemampuan dirinya yang belum cukup baik, tapi Ia juga tidak akan setengah-setengah untuk keluarganya.

Tapi, ntah kenapa saat An'an melihat Neteyam, ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Perasaan yang tidak begitu mengganggu, tapi tidak nyaman jika tidak diungkapkan.

Bahkan, An'an sendiri pun bingung. Sebenarnya perasaan apa itu?

"Buang-buang waktu" ucapnya setelah sadar, dan langsung tertidur.

____________________________________________________________________________________

Haii!!!

Gimana-gimana?? Aneh ga???

Aku gatau ya hayalan aku nyambung atau ngga:) tapi ini beneran yang ada dikepala aku:)))

Kritik dan saran buat chap kali ini jangan lupa yaa!!!

Semoga sukaaa. . .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Switch - AvatarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang