Thanks udah mampir. Bantu dukung cerita ini dengan vote, komen dan follow. Happy readingg, byee~
——
"Tadi, telat?" Suara bariton itu memecahkan keheningan.
"Engga, dosennya mundurin jadwal." Karin menjawab sambil ikut menuruni tangga terakhir.
"Oh"
Karin menghela nafas lelah, Juno benar-benar menguji kesabarannya.
"Pulang?"
"Yaudah," Jawab Karin seadanya.
"Marah?" Tanya Juno sambil menatap mata pacarnya itu.
"Pake nanya. Aku ga ngerti deh, kok bisa-bisanya dulu aku mau sama kamu." Ucap Karin kesal.
Juno hanya menatap Karin yang sekarang berjalan cepat di depannya. Ia jadi teringat perdebatan Haikal dan Mozza, temannya itu.
"Jun, si Karin mana? Ihh anjirr, gue jadi pengen minta tanda tangan dia. Baper banget gue abis baca novel punya dia"
"Jan tanya dia Za, Juno mah mana tauu. Liat noh bentukannya lempeng bat begitu," timpal Haikal sambil menyeruput kopi ala bapak-bapak miliknya.
"..."
"Noh kan, lempeng bat. Gue heran kok si Karin bisa betah sama dia"
"Betah lahh, si Juno mah jelas cakep trus pinter begitu. Kaga kaya lo."
"Ngaca mbak, muka lo juga mirip beruk kalo dibandingin sama Karin mah," balas Juno tak mau kalah.
Juno tak memusingkan perdebatan kedua temannya yang terus berlanjut.
Juno jadi berpikir, apa benar ia terlalu cuek pada Karin?
***
"Kok kesini? Mau kemana sih?" Tanya Karin saat Juno malah melajukan motornya berbelok. Ini jelas bukan arah pulang ke kosannya.
"Warung babeh"
"..."
"Pulang?"
"Engga, mau ikut." Jawab Karin sambil menggelengkan kepalanya ke punggung Juno. Terdengar deheman dari laki-laki itu sebagai jawaban. Karin mendengus, Ia benar-benar tidak bisa marah terlalu lama.
"Aku sayang banget sama kamu Jun," gumam Karin. Suaranya mungkin tidak akan terdengar Juno saking kecilnya.
Tidak ada sautan, hanya terdengar suara deru mesin motor berbalapan. Karin pikir, ia cukup dengan begini, untuk saat ini.
Tak lama mereka sampai di depan sebuah warung sederhana bertuliskan 'Warung Babeh Jay'.
"Babehh, mau baso dua ya. Makan disini"
"Ehh, neng Karin ini teh? Babeh dah lama ga liat euy. Sibuk pisan kuliah nya, ya?" Tanya babeh.
"Biasa aja beh, nihh dia nya aja yang sok sibuk," tunjuk karin ke arah Juno dengan kesal.
"Sibuk gimana teh? a' Juno mah sering kesini. Kemarin oge mampir bareng temennya." timpal Aisyah, anak Babeh yang berumur 15 tahun itu.
"Ohh gituu," Jawab Karin. Biasanya setelah ini Karin akan misuh-misuh, dengan pertanyaan "kok kamu ga ajak aku? Kenapa ga ajak aku? Kamu sama siapa? Teman yang mana?" tapi untuk hari ini dia akan diam.
Sedangkan Juno menatap Karin yang duduk diam, terlihat menyibukkan diri dengan handphone miliknya. Tumben, pikir Juno.
"Besok, aku jemput kamu" Suara Juno terdengar memecahkan keheningan diantara mereka.
"Ngapain? besok kan sabtu" Jawab Karin bingung.
Juno terdiam akan kebodohannya. Dia tadi sedikit gelisah karena Karin terlihat tidak biasa. "Nanti kita kesini lagi" lanjutnya.
"Engga ahh, kan sekarang udah. Ga usah masang muka begitu dong, aku kan ga gigit." balas Karin karena melihat raut gelisah Juno.
"Nih baso punya a' Juno sama teh Karin udah jadi," ucap Aisyah sambil menaruh mangkuk itu di meja.
"Makasih ya Syah," Jawab Karin yang langsung meracik kuah baso favoritnya.
"Kurangin sambal nya Karin," titah Juno. Karin hanya membalas dengan anggukan.
"Denger ga? Nanti sakit perut," Juno melanjutkan lagi. "iya sayangg, ini udah dikitt lohh," balas Karin.
Karin mendengus kesal, giliran masalah begini ngomel terus. Juno tersenyum tipis melihat gadis didepan nya mendengus dengan dua buah baso kecil di pipi kanan kirinya. Persis seperti tupai.
Juno mengelus pipinya, lalu mengacak-acak rambut Karin. Begini nih, bentukan Juno kalo lagi ga kumat. Karin jadi paham, alasan kenapa ia masih tahan sama Juno.
***
Karin turun dari atas motor hitam itu. "Makasih udah anter aku balik," Ucap karin sambil berusaha melepas kaitan pada helm.
"Nih, helm nya," Tangannya menyerahkan helm itu pada Juno yang langsung ia terima.
"Besok, kemana?" Tanya karin. "Nugas, kerkom di kafe" Jawab Juno singkat.
Tuh kan emang kampret, balik lagi dah si Juno mode cuek bebeknya. Padahal pas di warung Babeh, dia bilang mau jemput. Karin tadi emang bilang engga, tapi harusnya Juno inisiatif dong ajak kemana kek.
Dengan wajah cemberut Karin lalu menganggukkan kepala tanda mengerti, tak ingin membuat pertengkaran.
Mereka berdua saling diam. Karin menatap mata Juno dengan sisa kekesalannya, tangannya terangkat mengelus rahang tegas milik Juno. Matanya turun menatap bibir di depannya. "Can i kiss you, Jun?"
Tanpa menunggu jawaban, Karin mendekat lalu mengecup pelan bibir sang pacar singkat.
Juno terdiam, matanya ikut tertuju ke arah bibir yang mengecupnya tadi. Wajahnya menunduk dan Juno langsung meraup bibir merah itu. Memiringkan kepalanya ke kanan kiri dan melumatnya.
"Nghh" erangan Karin terdengar. Mereka benar-benar berciuman intens di depan pagar kos Karin.
——
Aduhh, gimanaa part inii. Baper ga sama Juno? Udah paham kan alesan karin ga bisa lepas sama juno tuh ituu. Tau lahh act service nya kalo lagi ga kumat gimanaa. Udah gitu He's a good kisser brouu. Haha
Oke deh, sampai jumpa di part selanjutnya. Jangan lupaa vote, komen dan follow biar aku semangat okee. Paipaiii
KAMU SEDANG MEMBACA
Babe, please!
RandomHidup lagi capek-capek nya malah punya pacar cuek macam bebek. Ya Tuhann.. Jadi pengen request, Ini boleh pindah alam aja ga sih? Jadi tunangan antagonis juga siap lahir batin, dah! cover by pinterest