3

42 19 27
                                    

Heii, thanks buat kamu. Iya kamuu, yang udah mau mampir ke ceritaku. Tolong bantu ramaikan cerita Juno-Karin dengan vote, komen dan follow. okee~

——
Warn! [sedikit eksplisit]

Sabtu pagi selalu bisa bikin karin malas bangun. Meregangkan badannya dan kembali menyerukkan wajahnya pada guling sekeras batu. "Hah, sekeras batu?"

Mata nya mengerjap pelan yang langsung disuguhi pemandangan surgawi, karin hampir ngiler kalau ga cepat sadar. Tapi bukannya cepat bangun, karin malah makin mendusel ke dada bidang di depannya.

"Rin" suara bariton itu terdengar seperti geraman.

"Hmn" balas karin makin menduselkan wajahnya lagi. "Jangan mancing" geraman itu makin terdengar seolah kehilangan kesabaran.

Karin terkekeh, "mancing apa sihh jun? Kan lagi dikasur" Senyumnya makin terbit. Sambil menyangga kepala nya menyamping, karin menatap Juno yang ikut menatap mata nya tajam.

Karin mendekat ke wajah Juno, menggodanya. "Kamu– tegang yaa" bisik Karin sensual.

"Karinn" Juno hampir berteriak keras, suara nya tertahan dan hanya bisa mengusap wajahnya frustrasi. Benar-benar berusaha menyadarkan diri dari godaan iblis kecil, bernama Karin.

Dengan suntuk, Juno keluar kamar mandi. Melihat jam yang menunjukkan pukul 8 pagi dan 2 jam lagi dia harus sudah sampai di cafe untuk mengerjakan tugas proyek bersama temannya.

"Jun, sinii sinii. Makan duluu, aku masak nasgor" ucap karin yang melihat juno keluar kamar.

Tanpa menjawab juno hanya duduk di dekat ruang tv. Sebenarnya, kosan karin hampir tidak bisa disebut kosan karena kalau dilihat-lihat lebih mirip apartemen versi mini.

Karin mendengus, membawa 2 piring berisi nasi goreng buatannya. "Nihh, makan dulu. Isi perutnya, habis ini bakal hectic banget kan sama tugas proyek?" Pertanyaan karin hanya dijawab anggukan oleh Juno.

"Kamu serius, mau kerjain tugas proyek di cafe? Mending di apart kamu aja tauu. Kalo dicafe emang kalian bisa fokus?" Rentetan pertanyaan dikeluarkan dari mulut karin. Juno hanya berdehem, sambil mengunyah nasi goreng dimulutnya. Tak peduli.

"Ihh Juno, jawab kek. Mulut nya dipake dong sayangg. Kamu tuh–" karin berhenti berbicara.

"–giliran urusan semalem aja itu mulut ga bisa ngerem" lanjutnya dengan suara menciut.

"Iyaa" jawab Juno kalem. Karin yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas lelah.

Tuhan, mau tuker tambah pacarr~

——

Kalau ditanya, kok bisa Juno jadi tidur di kosan karin?Ayo dehh kita putar waktu lagi.

Tangan karin terangkat. Dengan sisa kekesalannya, karin mengelus rahang tegas milik Juno. Mata nya menatap bibir di depannya. "Can i kiss you, Jun?"

Tanpa menunggu jawaban, Karin mendekat lalu mengecup pelan bibir sang pacar singkat. Juno terdiam, mata nya tertuju kearah bibir yang mencium nya tadi. Wajahnya menunduk mengelus pipinya dan Juno langsung meraup bibir merah itu. Memiringkan kepalanya ke kanan kiri dan melumatnya.

"Nghh" erangan karin terdengar. Mereka berciuman intens didepan pagar kos karin.

"Udah jun" karin berusaha bicara ditengah ciuman mereka. Mendengar itu, Juno menjauhkan wajahnya. Tapi tak lama, mengecup nya lagi dan berakhir menyatukan dahi keduanya. Nafas mereka memburu.

"Kamu– mau mampir?" Karin memecahkan keheningan.

"Yaa" jawab Juno dengan suara seraknya.

Juno mendudukkan dirinya di atas sofa dengan kepala yang mendongak. Sedangkan karin menatap juno sambil meneguk ludahnya, gugup.

"Kamu mau minum apa?" Tanya karin.

"Air dingin" jawab Juno singkat. Karin mengangguk faham dan tak lama dia kembali membawa segelas air dingin.

"Nih minum" tangannya menyodorkan gelas itu. Lalu duduk di lantai tepat ditengah kedua paha Juno menyandarkan kepala ke salah satu paha Juno sambil menyalakan tv didepannya.

"Kamu– ga mau tinggal di apart aja?" Suara Juno memecahkan keheningan.

Karin tersenyum sambil menjawab. "Apart kamu? Emang siap dimesumin aku, hehe.." dia tertawa sambil mendongak kan kepala nya untuk melihat ekspresi Juno.

Juno hanya mendengus mendengar profokasi Karin. "Harusnya aku yang tanya kamu begitu" balas Juno.

Karin merinding, suara Juno benar-benar berat membuat dia gemetar. "Nanti aku pikirin lagi, lagian enak disini kok. Dekett bangett sama kampus" karin menjawab, berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

Tidak ada yang terjadi, sampai karin menutup mulutnya yang menguap karena kantuk. "Ngantuk, hum?" Tanya Juno yang dibalas anggukan dari Karin.

Dengan sigap, Juno menggendong karin menuju kamarnya. Meletakkan karin dengan hati-hati diatas kasur. "Kamu, mau pulang?" Mata karin mengerjap sambil bertanya.

"Yaa" jawab Juno

"Aku mau cium lagi, junn" Juno tersenyum tipis mendengar itu. Lalu mengecup lama bibir Karin. Ini bukan ciuman yang karin mau. Dia membuka mulut, mengeluarkan lidah nya dan menjilat bibir bawah Juno, memprofokasi.

Juno tersenyum miring, lalu membungkam karin dengan ciuman yang keras. Mengecup, melepas tautan mereka lalu lanjut melumat nya lagi. Hal itu terus berulang sampai nafas karin memburu tak karuan.

"Ini mah kelamaan" batin karin. Memukul dada keras juno berkali-kali karena dia kehabisan nafas.

"Hngg, udahh" Juno melepaskan bibirnya sejenak, tapi kembali mendaratkan ciuman di ceruk leher karin.

Ternyata, bukan hanya karin. Nafas Juno pun memburu, Juno menghirup aroma yang menguar dari karin dengan rakus.

"Ayo tidur" ucap Juno.

––

Nahh ituu dia flashbacknyaa, terjawab kan udahh?

Btw, chapter ini full kemesraan Juno-Karin. Walaupun Juno nyaa ngomong dikit banget, kek orang sariawan.

Oke dehh, sampai ketemu lagii. Jan lupa vote, komen dan follow untuk dukung author. Paipaii~









Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Babe, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang