Happy Reading...
Seperti yang sudah dikatakan Ji Hoon sebelum nya, kini kedua nya sudah sampai didepan rumah bertingkat dua dengan warna cat yang didominasi berwarna putih dan biru. Ji Hoon mengambil ponselnya dan menguhubungi Jo Yeong mengatakan bahwa ia sudah sampai didepan. Pintu terbuka menampakkan sesosok Jo Young dengan kaos lengan pendek berwarna hitam.
"Silahkan masuk" ujarnya mempersilahkan keduanya untuk masuk.
"Paman aku ingin bertemu imo kemarin" ujar Rowon tak lupa dengan pandangan memohon nya.
"Rowon-ah paman tahu kau ingin kemari karena ingin bertemu dengan imo tapi sayangnya imo sedang sakit jadi tidak bisa diganggu" ujarnya berusaha untuk memberi pengertian.
"Imo?" beo Ji Hoon "Imo siapa? Kau tinggal dengan orang lain disini?" tanya nya karena selama ini ia kira Jo Yeong menyewa sebuah rumah.
"Pemilik rumah ini. Aku sebenarnya hanya menyewa sebuah kamar bukan rumah" jelasnya.
"Kupikir kau tinggal dengan kekasihmu"
"Kau meledek ku?" desisnya tak terima dan hal itu mengundang tawa sang lawan bicara.
"Maaf aku lupa kau sama seperti ku" kekeh nya
"Paman antarkan aku bertemu imo! Aku ingin menjenguknya" belum sempat Jo Yeong membalas tiba tiba terdengar seruan seorang perempuan memanggil namanya.
"Oh ada tamu yah? Maaf aku mengganggu" ujarnya merasa tak enak akan tetapi tiba tiba pandangan nya terpaku pada sesosok pria yang tak asing berdiri dibelakang Jo Yeong. "Kau?!" pekiknya terkejut. Bagaimana bisa pria ini ada dirumah nya? Apa dia membututinya?
"Wahh aku tidak menyangka kita bertemu lagi" seru Ji Hoon seraya menghela nafas kasar. Berbanding terbalik dengan respon yang di berikan Rowon. Anak kecil itu terlihat sangat antusias saat melihat orang yang ia cari dari tadi.
"Imo!" serunya seraya berhambur ke pelukan Tae Ra.
"Rowon sayang jangan mendekat nanti kau tertular" pekik Ji Hoon menjauhkan sang anak dari Tae Ra.
"Apa kau bilang?!" pekik Tae Ra tak terima.
"Memang benar kan kau sedang sakit bisa saja kau menularkan penyakit mu itu pada anak ku"
"Yang benar saja sejak kapan PTSD bisa menular" gumamnya hampir tak terdengar.
"Kau bilang apa?"
"Tidak aku merasa aura disini berubah panas sejak kau datang" mengibaskan tangan dengan gaya pongah.
"Sudah sudah lebih baik kita duduk aku lelah terus berdiri dan menyaksikan perdebatan kalian" setelah diam dan menyaksikan keduanya bertengkar akhirnya Jo Yeong buka suara dan melerai keduanya. Dapat Jo Yeong simpulkan bawah mereka memang sudah pernah bertemu tetapi dalam keadaan yang kurang baik.
----
Kini keempat menusia berbeda usia itu duduk di sofa ruang tamu. Jo Yeong duduk bersebelah dengan Ji Hoon sementara Tae Ra duduk dihadapan keduanya dengan Rowon di pangkuannya. Anak itu terus merengek ingin berdekatan dengan sang imo hingga mau tidak mau Ji Hoon meng-iya kan saja dari pada sang anak tantrum.
"Begini, Taera perkenalkan ini Ji Hoon bos ku di kantor sekaligus sahabat dekatku dan Ji hoon perkenalkan ini Tae Ra pemilik rumah ini" Jo Yeong memperkenalkan keduanya.
"Tidak perlu" sahut Ji Hoon sekenanya.
"Hei kau tak boleh seperti itu karena bagaimana pun kau nanti akan merepotkan Tae Ra kedepanya" seru Jo Yeong dengan pandangan tak percaya pada sang bos sekaligus sahabatnya.
"Tahu dari mana aku akan merepotkan dia? Aku saja tidak kenal dia siapa" sifat keras kepala Ji Hoon memang hal yang paling Jo Yeong tidak sukai.
"Liat anak mu dia bahkan sangat lengket pada Tae Ra. Bukankah tadi pagi kau bilang Rowon merengek ingin kemari? Alasan dia ingin kemari bukan karena aku tapi dia ingin bertemu Tae Ra" penjelasan Jo Yeong sedikit menggangu pikiran Ji Hoon. Sejak kapan anak nya dekat dengan wanita ini? Dan bagaimana bisa kedua nya dekat? Setahu Ji Hoon Rowon adalah anak yang sulit untuk didekati bahkan Jo Yeong saja sampai harus berbulan bulan agar bisa sedekat itu dengannya tapi lihatlah anaknya itu seperti tidak ingin di pisahkan dari wanita yang terus ia panggil imo.
"Sejak kapan kau dekat dengan anak ku?" pertanyaan itu ditujukan pada Tae Ra.
"Kalau kau bertanya 'dekat' aku tidak tahu kapan karena aku baru bertemu dengan anak mu kemarin" jawabnya.
"Kemarin? Kau baru bertemu dengan putraku kemarin? Wahh" ujarnya menatap tak percaya. Ini tidak mungkin! "Kau yakin tidak melakukan macam macam pada putraku sampai dia sedekat ini dengan mu?" tanyanya mengintimidasi.
"Jika kau terus menuduhku tidak jelas lebih baik kau pulang" kesabaran Tae Ra sepertinya sudah habis sejak tadi Ji Hoon seolah olah memandangnya seperti seorang penjahat. Ia mulai beranjak dan mendudukan Rowon di kursi.
"Imo jangan pergi" serunya dengan mata yang bekaca kaca dan hal itu tak bisa Taera abaikan.
"Sayang maaf yah imo sepertinya tidak bisa lama menemanimu jadi kau bermain dengan paman Jo Yeong saja yah" ujarnya hati hati seraya mengelus kedua bahu kecil Rowon.
"Tidak mau" menggeleng ribut lalu membalikan tubuhnya menghadap sang ayah. "Appa sebaiknya appa pulang saja aku masih ingin disini bersama imo kalau aku ingin pulang aku bisa minta paman Yeong antarkan" mendengar perkataan sang anak Ji Hoon seketika melongo. Apa itu artinya ia diusir?
"Say—"
"Aku mohon appa" apalah daya jika sudah begini Ji Hoon hanya bisa menuruti keinginan sang anak.
"Baiklah kau boleh bermain dengan imo tapi appa tidak akan pulang. Appa akan menunggu disini bersama paman Yeong mana bisa appa meninggalkan anak kesayang appa ini hum" berusaha mengerti keingiinan sang anak seperti nya memang benar yang di katakan Jo Yeong tadi.
"Yey! Terimakasih appa aku mencintaimu" soraknya bahagia lalu kembali menghadap Tae Ra " Imo ayo aku antarakan ke atas aku akan menemani imo istirahat" ujarnya bak orang dewasa.
Tae Ra terkekeh "Lucu sekali yasudah karena imo tidak bisa menolak ayo antarkan imo ke kamar" mengandeng Rowon dan mulai menaiki tangga.
Setelah keduanya menghilang dibalik pintu. Jo Yeong mulai beranjak dan hal itu disadari Ji Hoon yang langsung menahan pergerakan Jo Yeong.
"Mau kemana?" tanyanya dengan tangan yang menarik kaos yang digunakan Jo Yeong.
"Ke kamar melanjutkan tidur ku yang terganggu karena ulahmu dan anakmu" jawabnya seraya melepaskan cengkraman Jihoon pada kaosnya.
"Kau mau meninggalkan aku sendirian disini begitu? Ck tidak sopan sekali aku ini atasan mu! Harusnya kau hormati" serunya tak terima enak saja ia ditinggalkan sendirian disini.
"Selama hari libur kau bukan atasan ku tuan Lee Ji Hoon yang terhormat" meninggalkan Ji Hoon dengan dengusan kasar.
"Awas saja kau! Akan ku balas nanti di kantor" dengusnya tak terima. "Aku harus apa bahkan mereka tak memberiku minum atau cemilan" matanya melirik kiri kanan siapa tahu ia menemukan satu kaleng minuman atau makanan namun nihil ruangan ini sangat bersih saking bersihnya sampai tidak ada makanan satu pun disini. "Ck benar benar menyebalkan" decaknya seraya mulai berbaring. Mungkin melanjutkan tidur disini tidak masalah karena bukan hanya Jo Yeong saja yang tidurnya terganggu tapi juga Ji Hoon ia bahkan tidur hanya beberapa jam sebelum Rowon merengek ingin kemari.
Poor Ji Hoon Appa
TBC
Hai aku balik lagi nihh ada yang rindu aku? Hhe bukan
Ada yang rindu Tae Ra Ji Hoon? Atau Rowon?
Maaf yah sebelumnya aku hiatus ga bilang bilang soalnya sempat mentok dan lagi sibuk sibuknya ujian hehe
Sekarang aku mungkin akan berusaha lebih sering update lagi semoga masih stay yah! See you!
Jangan lupa vote komen nya💐
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Killing Me
Fanfiction'Tepat ketika aku berpikir aku telah mengatasimu dan hanya ketika aku berpikir aku bisa berdiri sendiri. Tapi kenangan itu datang menerjang dan aku tidak bisa melanjutkan tanpamu' Jihoon