Bab 9

5 2 0
                                    

Shima melangkah penuh was-was saat masuk dalam minimarket itu. Sorang gadis seusia dengannya berdiri di depan mesin kasir. Dengan hati berdebar, Shima menghampirinya.

"Mba, maaf, Bu Dita ada?" Gadis berbaju seragam toko itu pun menatap lekat Shima. Dia memindai penampilan Shima dari ujung kepala hingga kaki. Gadis di depannya ini menatapnya dengan rasa takut. Di tangan sebelah kanan sedang mendekap map plastik.

"Mba anak baru? Mau nyerahin berkas ke Bu Dita?" tanyanya menyelidik.

"I-iya, be-benar mba."

"Baiklah kalau begitu. Aku Jasmine, pegawai di sini," sapanya sambil mengulurkan tangan. Shima menjabat tangannya dan memperkenalkan diri juga.

"Ruangan Bu Dita ada di lantai dua, Mba. Sudah ditunggu Bu Dita."

"B-bu Dita sudah datang dari tadi, Mba? S-saya terlambat ya?" tanya Shima gusar. Dia melihat jam hitam hadiah mending ibunya yang melingkar di tangan. Pukul 7.45 seharusnya dia menemui Bu Dita pukul 8.00,itu yang disampaikan Sita padanya.

"Udah, santai aja. Beliau emang selalu datang lebih awal. Cepat naik gih. Temuin Bu Dita," suruh Jasmine agar Shima lekas menemui manager tokonya.

Shima naik ke pantai dua dengan jantung berdebar. Bulir-bulir keringat muncul di dahinya. Dia merapalkan banyak doa agar diberi ketenangan Tuhan saat menemui Bu Dita.

Gadis itu mengetuk pintu tiga kali. Suara dari dalam mempersilakan masuk.
"Selamat pagi, Bu. Saya Shima."

Perempuan berambut pendek itu mendongakkan kepala lalu tersenyum ramah.
"Silakan duduk dulu. Saya menyelesaikan beberapa urusan sebentar."

Shima mengangguk hormat lalu duduk di sofa. Gadis itu merulang kali meremas jemari tangannya. Menyeka bulir keringat di dahi padahal suhu ruangan sangat dingin.

"Maaf, sudah membuatmu menunggu lama." Dita duduk di depan Shima. Perempuan berusia 25 tahun itu membawa beberapa map lalu meletakkannya di atas meja.

"Silakan perkenalkan dirimu. Singkat, padat, dan jelas," kata Dita sambil mengamati gadis yang berada di depannya.

"S-saya Shima Maharani. Usia 20 tahun. Tinggal di desa Winangun. Sebelumnya saya bekerja di toko sembako dekat rumah saya." Gadis itu terdiam setelah mengenalkan diri.

"Desa Winangun? Bukankah itu terletak di kota tetangga?"

"I-iya, Benar, Bu. Saya di sini ngontrak rumah tidak jauh dari minimarket ini."

"Oke. Sekarang saya akan membacakan peraturan yang ada. Sebelum itu, harus kamu tahu, di sini terbagi dalam dua shift. Pertama, jam 06.30-13.00, sedangkan yang kedua jam 12.00-21.00." Dita melihat Shima mengangguk. Dia pun melanjutkan ucapannya. "Supermaket buka pada jam 7.00. Sebelumnya kamu harus ikut membersihkan tempat ini, menata barang-barang atau menyortir barang-barang yang sudah kadaluwarsa. Setelah itu kamu boleh langsung bekerja. Minta seragam pada Jasmine. Dia yang akan membantu kamu selama bekerja di sini."

Shima keluar dari ruangan itu dengan napas lega. Dia turun ke pantai dasar untuk menemui Jasmine dan memberitahu apa yang sudah diperintahkan oleh Dita.

"Ini seragam kamu. Di belakang ada musalla kecil dan juga ruang istirahat. Tas kamu taruh di belakang saja. Kalau bawa bekal kamu bisa makan waktu istirahat. Kita bisa bergantian saat istirahat nantinya."

"Makasih, Jasmine. Hari ini aku enggak bawa bekal. Biar nanti aku beli roti aja di sini. Aku baru kemarin sampai kota ini," terang Shima sambil tersenyum.

"Oke, Shima. Semoga harimu menyenangkan di sini. Aku akan mengajarimu apa yang harus dilakukan hari ini. Aku tunggu di depan setelag kamu ganti bajumu."

Shima melangkah menuju kamar mandi dan mengganti bajunya dengan seragam toko. Pakaiannya dia lipat rapi lalu dimasukkan ke dalam tas. Gadis itu tak henti-hentinya mengucap syukur dan berharap hari ini semua pekerjaannya diberi kelancaran.

#IWZPAMER2023

On-OffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang