🤞🏻💫

9 4 0
                                    

samarinda, 18 mei 2011.

Aurellia neisyah  yang biasa dipanggil neisyah adalah anak kecil yang baru saja menginjak usia lima tahun. dia masih sulit untuk menyusun kalimat yang ingin dia ucapkan tapi ada saja orang yang paham apa yang dia katakan.

Dia mempunyai teman laki-laki yang lebih tua dua tahun darinya, yang rumahnya tepat bersebelahan dengan rumah neisyah.

"siap, ga, aku cari!" teriak neisyah penuh semangat.

Di pagi hari menjelang siang hari dengan permainan petak umpet. neisyah mencari teman-temannya yang bersembunyi, menyusuri seluruh sela-sela rumah antar rumah terus berjalan tanpa mengalihkan pandangannya, lalu mencoba mencari di belakang pohon sampai matanya tertuju ke atas pohon.

"aku yang pikir ada yang sembunyi di atas pohon," ucap neisyah sambil menghela napas panjang.

Neisyah tidak menyerah dia terus mencari teman-temannya dengan semangat, walaupun dia sedikit kesal pada dirinya sendiri karna merasa tidak ahli dalam permainan ini. menit permenit dihabiskan neisyah untuk mencari teman-temannya, ini cukup lama untuk mendapatkan orang pertama.

"ah! aku nyerah aku nyerah! aku bingung dimana kalian," teriak neisyah dengan patah semangat.

Teman-temannya yang tadi tidak ada dipenglihatannya keluar satu persatu.

"ga jago kamu neisyah," ucap salah satu temannya.

"iya, gitu aja kamu udah nyerah."

"aku lelah tau, yakan tadi—" ucap neisyah terpotong demi melihat sesosok orang yang sangat tidak asing baginya dari jauh.

"kak ian... kamu dari mana aja?!" teriak neisyah sambil melambaikan tangan ke arah anak laki-laki itu berusaha agar dinotice.

Ian? iya dia teman baik neisyah, abian samudra.

"habis dari sekolah," jawab abian yang sudah ada di samping neisyah.

Mereka berjalan ke arah rumah sampai lupa kalau neisyah sebenarnya masih bermain petak umpet dan mengabaikan anak-anak yang lain.

"oh, iya. lupa." neisyah langsung berbalik badan.

"teman-teman lanjut besok lagi kita, ya! aku mau main sama kak ian," teriak neisyah yang mulai menjauh dari yang lainnya.

"besok lagi, ya!" sahut teman-temannya.

***

Sesampai di rumah abian, langsung saja mereka melepas alas kaki dan menuju pintu utama abian yang tidak sabar ingin menceritakan yang terjadi di sekolahnya.

"loh? kok terkunci, bunda ada nitipin kunci ke kamu ga?" tanya abian kepada neisyah.

"ga ada," jawabnya sambil mengangkat kedua bahunya. "hemm, coba periksa jendela! mungkin terbuka,"

Abian dengan cepat memeriksa jendelanya berharap terbuka. sembari abian memeriksa jendela neisyah memperhatikan gagang pintu.

"apa kita dorong kuat-kuat aja?" kata-kata yang muncul di kepalanya.

"kak ian, aku punya ini," ucap neisyah sambil menunjukkan jepit rambut lidi berwarna hitam.

"ini bisa dipakai buat membuka pintunya, dicucuk gitu di lubang kuncinya terus ceklek dan terbuka deh gitu. aku pernah lihat di film-film sih," jelasnya panjang lebar.

"ini bukan film, ga mungkin bisa."

"coba saja dulu, kakkkkkk." Neisyah memberinya kepada abian.

Dengan mendengar penjelasan neisyah yang sebenarnya tidak jelas, abian berusaha mempraktekkan sesuai ucapan neisyah. dengan berusaha keras berharap pintu terbuka, tapi sialnya mereka sudah berdiri lama di situ dengan hasil yang sia-sia.

"ga bisa."

Neisyah memejamkan matanya ia terlihat serius memikirkan sesuatu.

Neisyah membuka matanya dengan senyuman yang terpampang di wajahnya. "gimana kalau kita ke rumahku aja? aku lapar."

***

"nanti kalau mau nambah bilang, ya," ucap wulan—mama neisyah, sambil memberi sepiring nasi goreng ke neisyah lalu abian.

"makasih banyak, ya, tante."

"iya, kamu jangan malu-malu, ya, abian."

Wulan meninggalkan neisyah dan abian di ruang makan, melanjutkan pekerjaannya di dapur.

"jadi gimana, kak ian? Di sekolah barunya gimana? Apa di sana ada banyak ayunan atau permainan lainnya?" tanya neisyah.

"ga ada yang begitu, di SD mulai belajar menghitung, membaca, dan lainnya."

"apa itu, sd?"

Sambil terus menyendokkan nasi goreng ke dalam mulut mereka, terkadang berhenti untuk meminum air mineral.

"aku juga bingung jelasinnya," keluh abian.

"kalau bingung, aku bakal masuk ke SD kak ian," sorak neisyah yang semangat.

"ga bisa, cya. Umur kamu baru lima tahun, kamu di PAUD aja dulu."

Janji Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang