satu

1 0 0
                                    

Claira Wiratama
22 tahun

Malam selalu mempunyai cara untuk memberi ruang pada setiap jiwa. Tidak ada yang istimewa dari malam ini, langit gelap seperti biasa, tidak ada bintang
yang patut untuk dipuji, hanya kesunyian dari potongan malam yang terlihat dari jendela kamar.

“Ra, kok belum siap siap?”. Sosoknya muncul dari balik pintu, mengambil posisi duduk dan bergabung menikmati kesunyian bersama.

Ini Ayah, lelaki berusia lima puluh dua tahun yang berhasil membesarkan
putrinya sendiri.

“Kamu tau ra, Aira itu cinta pertama Ayah”.

Aku menatap sosoknya dari samping, garis wajah yang berkerut itu menampilkan senyuman tipis.

“Bunda?”

“Kadang kita baru menyadari sesuatu setelah kehilangan. Sayang, perihal perasaan tidak sesempit itu, suatu saat
nanti kamu akan mengerti pemahaman kasih sayang yang sesungguhnya, cinta itu memiliki artian yang luas”.

Ayah mengusap bahuku pelan.

“Ayah”.

Hanya itu yang bisa aku katakan, bagaimana caraku menjelaskan bahwa aku ingin lari dari segalanya, aku ingin menghindar dan menyudahi apapun yang
sekarang aku rasakan, aku ingin menangis sekencang kencang nya tanpa orang lain tau, aku ingin memahami satu persatu seberapa luas tentang perasaan seperti yang dikatakan ayah.

Besok adalah hari keberangkatanku ke
Amerika untuk melanjutkan program studi S2 atas keinginan Ayah.

“Besok kita ke makam bunda ya”.
Aku mengangguk.

Ayah tidak pernah lupa hal itu, pemakaman sepetak yang entah pernah diisi atau memang kosong, aku pernah menanyakan kenapa tidak ada tanggal kematian di nisan
bunda, Ayah hanya diam merasa pertanyaan itu tidak perlu dijawab.


“Apa orang yang akan menjemput Aira di Amerika adalah anak ayah? saudara kandung Aira?”


“Sudah semakin larut, ra! kamu persiapan terus tidur”.


Ayah dan segala misterinya dan aku dengan segala tanda tanya yang tak pernah terjawab hidup dalam satu rumah
tanpa kebisingan yang bersuara.

Aku menatap layar ponsel, tidak ada panggilan maupun pesan masuk, malam ini adalah kesempatan terakhir untuk mengatakan tidak apa apa atas rangkaian
peristiwa yang mengalir bagaikan air di sungai.


Panggilan ku berdering, pertanda sang pemilik diseberang sana sedang berada dalam urusan lain.


Thanks for calling. Just leave a massage, and we’ll return your call……..


Aku menyunggingkan sebuah senyum jauh kearah luar sana, kepada bulan yang enggan melengkapi sabit nya, seperti musim semi yang berganti ke musim musim setelahnya, bukan perihal perubahan yang harus disalahkan, memang perputaran kehidupan telah sampai pada sebuah keputusan kuasa yang jauh lebih besar.


Untuk semesta yang menjadikan panggung
pertunjukan tanpa tokoh utama, kemarilah! biarkan aku bercerita kepada sunyi malam sebelum esok melewati malam malam sunyi lain nya di langit Amerika.

OrbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang