"Eumm, apa ya? Kalau kata gue. Kak Hali itu orang nya kasar. Perkataan nya pedes dan selera lidah nya juga aneeehh" Itu adalah jawaban yang selalu Taufan berikan jika orang-orang bertanya, 'sebenernya, Halilintar itu orang nya gimana sih?'
"Pernah nih, Suatu hari..... "
Seolah wawancara ini adalah sebuah rekaman film, kita sebagai penonton dibawa ke alur mundur untuk sesaat dan berhenti saat hari dimana bencana melanda sebuah rumah minimalis kediaman 7 bersaudara. Saat itu rumah sedang kacau-kacau nya, akibat kurang nya kehadiran seseorang yang berwenang untuk membuatkan mereka makan malam. Gempa, sebagai anak yang terampil dalam memasak; memutuskan untuk menginap dirumah teman karena adanya keperluan tugas kelompok. Gempa yang tidak ingin di kejar deadline mau tidak mau harus mengirimkan pesan bahwa ia tidak bisa pulang untuk saat ini. Alhasil, Sebagai anak sulung, Halilintar hanya bisa menghela nafas dengan pasrah.
Pada dasarnya mereka ber 6 tidak memiliki skill memasak sebaik apa yang dilakukan oleh Gempa. Halilintar apa lagi? Boro-boro memasak, memotong sayuran saja dia tidak bisa. Terakhir kali ia memotong, ia harus merelakan jari manis nya tersayat oleh pisau sayur dan berakhir dengan Gempa yang menertawakannya sambil membelit kan hansaplast diatas lukanya.
Halilintar hendak memesan makan secara online tapi mendengar Taufan yang dengan senang hati menawarkan diri untuk memasak, membuat Halilintar mengurungkan niat sesaat.
"Biar gue aja yang masak kak, lo semua duduk diem aja di ruang makan," Taufan berucap sambil menepuk dada nya sendiri dengan bangga, menganggap dirinya adalah super hero yang datang untuk menyelamatkan krisis bencana kelaparan suatu negara. Halilintar diam, menatap wajah pongah Taufan dengan curiga.
"Yakin lo masak? Gue tau kalau semua orang dirumah ini payah dalam hal memasak kecuali Gempa. Tentu aja, dia kan yang pegang kendali soal perut kita" Mendengar jawaban dari sang kakak membuat Taufan berdecak dengan sebal. Bahkan ia sempat menghentakkan satu kaki nya sebagai pelampiasan rasa tersinggung nya.
"Kok lo ngga percayaan sama gue sih? Gue udah pernah masak ya bareng Yaya kalau lo lupa"
"Nggak, gue bakalan delivery aja" Tolak Halilintar mentah-mentah membuat Taufan memasang wajah paling malas sedunia. Halilintar bergidik ngeri saat netra ruby tersebut berpapasan dengan netra sebiru laut yang menatapnya seperti kucing meminta makanan. Ia tau jika iris sapphire milik Taufan bisa berkilau di waktu tertentu tapi untuk saat ini, kilauan tersebut terlampau terang.
Halilintar mengibaskan tangan, mendorong wajah Taufan kebelakang membuat anak tersebut mundur 2 langkah untuk menyeimbangkan badan yang sebentar lagi akan ambruk. "Jauhin muka jelek lo dari gue. Yaudah sana masak aja, jangan bakar dapurnya"
Setelah cengiran konyol yang Taufan sungging kan, ia lekas berlenggang ke arah dapur membuat Halilintar was-was barang sejenak.
Menggendikkan bahu, Halilintar memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan kemungkinan buruk yang bisa Taufan wujudkan, seperti membakar dapur misalnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
older brother.
FanfictionKepribadian Halilintar menurut sudut pandang ketujuh adik-adiknya. Bila ditanya, menurut mereka "Halilintar tuh orang nya kaya gimana sih?" dan inilah jawaban dari mereka beserta kenangan paling membekas diantara mereka dan sang kakak sulung. boboi...