"Jadi? Laki-laki itu adalah salah satu anak buahnya?" Edward membuka suara.
"Sudah jelas, aku melihat sebuah tato bergambar elang di sisi kiri jari tengahnya." Seru Justin yang kini sedang berkumpul dengan Michael dan Edward.
"Kenapa kau tidak katakan saja pada Anné kalau pacar dari temannya itu adalah salah satu dari anak buah musuh kita?" Sahut Michael.
"Aku tidak ingin melibatkan dia dalam hal seperti ini, sebaiknya dia tidak tau apapun."
"Tapi jika kau tidak memberitahu nya, dia tidak akan berhenti membencimu." Seru Edward.
"Aku akan memikirkan itu nanti."
"Jadi itu sebabnya juga kau merobohkan rumah Anné, agar Anné bisa tinggal di sini?" Tanya Michael dan mendapat anggukan langsung dari Justin. "Tentu saja! Karena bagaimanapun sekarang musuh sudah tau apa yang mereka cari, aku tidak ingin setelah ini anak buahnya akan datang lagi ke rumah itu jika tidak ku hancurkan segera."
"Tapi menghancurkan rumah Anné bukan keputusan yang tepat, karena bagaimanapun kau bisa menyuruh Anné untuk ikut tinggal denganmu dan mengosongkan rumah itu."
"Apa kau pikir gadis kepala batu itu akan mengikuti ucapan ku tanpa berteriak dan menolak dengan lancang?"
Benar juga.
"Kenapa kau membiarkannya pergi begitu saja dengan membawa informasi? Seharusnya kau habisi dia detik itu juga." Ucap Michael.
Justin tersenyum miring. "Apa menurut kalian, dia masih bernapas hingga saat ini?"
Michael dan Edward saling memandang satu sama lain.
Sementara itu, Anné kini sudah rapi dengan seragam sekolahnya.
Seperti yang dikatakan oleh Justin, dia tidak akan kemanapun dan hanya boleh keluar untuk sekolah saja, hal tersebut membuat Anné merasa dirugikan sekaligus tidak terima dengan keputusan Justin, karena bagaimanapun dia tidak akan pernah setuju untuk tinggal di rumah laki-laki tersebut.
Namun apa daya, Justin tetap memaksanya dan mengancam Anné akan ditelantarkan dan tidak dibiarkan hidup tenang.
Brengsek!
Anné menuruni tangga diikuti oleh dua orang pelayan di belakangnya dan Thomas yang berjalan di depan.
Saat sudah sampai di bawah, Justin, Edward dan Michael sedang duduk di salah satu sofa yang Anné lewati. Dan Anné bisa merasakan kalau tiga laki-laki di sana sedang menatap ke arahnya.
Ekhem!
Justin berdehem, berusaha menarik perhatian Anné, namun Anné tidak menoleh dan tetap melanjutkan langkahnya.
Karena merasa di abaikan, Justin berdehem sekali lagi dengan sedikit lebih keras.
Ekhem!
Untuk kedua kalinya, Anné mencampakkan Justin membuat laki-laki tersebut kesal.
Michael menahan tawanya.
Kemudian Thomas berhenti dan menoleh pada Anné.
"Nona, apa anda tidak akan berpamitan pada tuan Justin terlebih dahulu?" Tanya Thomas yang dari tadi paham dengan deheman sang tuan.
"Kenapa aku harus berpamitan padanya?" Jawab Anné tanpa menoleh pada Justin.
Justin yang mendengarnya menjadi tertohok.
Baru saja ingin berdiri dan menghampiri Anné, gadis tersebut langsung berjalan keluar dengan langkah lebar sedangkan Justin hanya bisa menahan kesal.
Ini pertama kalinya dia di campakkan oleh seorang wanita.